Sesampainya mereka di ruang kesehatan, Junkyu langsung mendudukkan pemuda itu ke salah satu ranjang sedangkan Mashiho mengambil kotak obat.
“Shh!” ringis pemuda itu ketika kakinya ia angkat ke atas ranjang.
Junkyu dan Mashiho yang melihat itu ikut meringis.
“Mashi, sana obatin. Gue gak ngerti yang beginian.” Junkyu menyenggol tangan kiri Mashiho.
Mashiho yang disenggol hanya melirik lalu berjalan mendekat dan duduk di pinggir ranjang.
“Misi bang, gue obatin kaki nya ya,” ucap Mashiho lalu mulai mengobati.
Pemuda itu meringis. “Sorry ngerepotin.”
Junkyu yang mendengar itu mendelik tidak terima. “Apanya yang ngerepotin coba? Lo hampir aja mau dibunuh sama Pak Mino tau. Yakali gak kita tolongin ditambah lo yang udah luka gitu.”
Pemuda itu tersenyum simpul mendengar ocehan pemuda asing didepannya yang sedang mendelik.
“Makasih ya, kalo gak ada kalian mungkin gue udah mati tadi.”
“Kyu, buka!”
Mereka yang didalam sontak menoleh kearah pintu ketika mendengar suara bisikan itu.
“Mereka udah dateng.”
Ceklek
“Samlekom.”
“Anjeng cepetan masuk.” Jihoon mendorong Jeongwoo yang menghalangi jalan masuk lalu disusul oleh yang lain.
“Iya-iya njir.” Mereka langsung mengerubungi pemuda tadi.
Junkyu hanya geleng-geleng kepala lalu menutup kembali pintu itu. “Lo pada taruh dimana Pak Mino?”
“Ditoilet.”
Fokus keemoat pemuda itu kini tertuju pada pemuda asing yang sedang diobati oleh Mashiho.
Haruto menatap pemuda tadi dengan pandangan penasaran. “Bang, kok lo bisa gitu?”
Dan rupanya pertanyaan itu disetujui oleh semua orang termasuk Mashiho yang ternyata sudah selesai mengobati pemuda tadi.
Pemuda itu menghela napas berat lalu menatap adik kelas didepannya ini satu persatu– sepertinya mereka ingin tahu sekali.
“Lo pada tadi gak ngumpul di aula ya?”
Mereka mengangguk serempak.“Pantes. Jadi gini kalia–"
“Tunggu bang,” potong Jeongwoo membuat semua pandangan teralihkan padanya.
“Nama lo siapa?”
Semua langsung menatap Jeongwoo dengan pandangan malas.
“Gue kira apaan njing.”
Jeongwoo menyengir. “Biar enak manggilnya. Masa terus dipanggil bang kan dikira abang jualan bakso.”
“Ya gak gitu anjir.”
Pemuda itu terkekeh kecil.
“Nama gue Hyunsuk.”
“Hyunsuk?” gumam Jihoon sambil berpikir.
Matanya langsung melebar menatap Hyunsuk. “Lo yang waktu itu ada kasus sama Pak Mino?!”
Hyunsuk mengangguk.
Junghwan menatap mereka berdua bergantian. “Ini kita masih nunggu lanjutan ceritanya loh.”
“Iya-iya. Ini mau lanjut.”
“Pertamanya sih biasa aja, dikasi pengumuman gitu. Beberapa guru sama pak kepsek yang diem didepan dan kita yang berdiri ngedengerin pengumuman. Terus gak lama setelah itu, pintu aula ketutup rapat dan disana suasana udah berubah. Bener-bener mencekam banget. Semua orang ribut sampe tiba-tiba pak Kepsek ngeluarin pistol nya dan diarahin keatap.”
Penjelasan Hyunsuk membuat semua pemuda itu membulatkan mata–terkejut.
“Dia dari mana dapet pistol coba?” tanya Junkyu.
“Mana gue tau, tu pistol tiba-tiba udah ada ditanganya.”
“Lanjut-lanjut.”
“Nah setelah denger suara tembakan itu semua diem. Sampe tiba-tiba pak Kepsek ngarahin pistolnya ke salah satu siswa dan ditembak tepat didepan mata kita semua. Dan parahnya lagi guru-guru yang ada disana cuma ketawa ngeliat itu.”
“Njing! Bener-bener psikopat tu kepsek!”
“Disana semua langsung takut, panik pokoknya campur aduk. Kita berusaha buat buka pintu tapi gak bisa. Tiba-tiba ada asap yang keluar dari atap sekolah. Disana gue kira sekolah kebakaran tapi ternyata itu asap itu bikin siapa aja yang hirup bakal lemes.”
Hyunsuk terdiam, mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan membuat semua memandangnya bingung.
“Kenapa bang?”
“Haus gue.”
Semua langsung menatap Hyunsuk datar.
“Masih inget haus njir. Lah gue daritadi kagak tau inget napas apa enggak,” ucap Haruto.
“Goblok! Kalo lo gak napas dari tadi, lo udah wafat anjim.”
“Ya kan kondisi gawat darurat.”
“Sana ambilin minum.” Jihoon melirik Mashiho.
“Kok gue lagi? Noh Junkyu deket.”
“Kyu, ambil.”
“Gak mau! Jauh njir gak sampe tangan gue.”
“Bapak kau gak sampe! Tangan lo aja gak gerak.”
Junkyu menyengir. “Cepetan, Kyu!”
“Iya sabar! Udah nyuruh gak sabar lagi.”
Junkyu lalu memberikan segelas air pada Hyunsuk.
Hyunsuk tersenyum. “Thanks, ya.”
“Yes, I’m fine.”
Plak
“You’re welcome anjeng.”
“Kayaknya kak Junkyu emang bodoh ya.”
“Rugi ganteng tapi tolol.”
“Bukan temen gue.”
“Duain.”
“Orang ganteng bebas dong.”
“Udah-udah ini kak Hyunsuk mau lanjut lagi,” lerai Jihoon.
Semua langsung terfokus pada Hyunsuk.
“Dan puncaknya
Mereka dibunuh didepan kita semua tanpa ada belas kasihan.
Ditusuk, dirobek, dicongkel matanya.
Bahkan ada yang minum darah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Day ✔
Mistero / Thriller"Padahal baru tadi pagi gue liat kalian pada cengar-cengir gak karuan." Sebuah sekolah yang berada didaerah terpencil. Pada awalnya semua baik-baik saja. Namun semua berubah ketika mereka disuruh untuk berkumpul diaula sekolah. Suara teriakan, mayat...