Chapter 10 : Mengapa 'Kita'

757 78 68
                                    

"Lama banget dah, beli apa aja sih?"

Novia mengomel melihat teman-temannya yang baru sampai dari membeli bahan masakan.

"Gara-gara Lini tuh, nawarnya gak ngotak. Masa sepuluh ribu mau ditawar jadi seribu." Richard menggebu, mengingat aksi tawar-menawar Lini vs Tukang Telur yang sengit tadi.

"Gara-gara lo kali Bang! Ngambil gorengan lima bayar dua tapi ketahuan. Jadi kudu tengkar dulu kan kita!" balas Lini tak terima seperti biasa.

Keduanya benar, mereka memang lama gara-gara drama tawar-menawar dan drama gorengan. Tapi tenang, tadi sudah ditimpuk sandal oleh orang-orang di pasar.

"Lo juga bocah. Buat apa beli makanan kucing coba?!" lanjut Lini membuka kresek Keisya dan Tiara lalu mengeluarkan makanan kucing yang hanya tersisa bungkus itu.

Lyodra tertawa mendengarnya. Tentu Ia tahu pasti Keisya yang membelinya. Dasar, fanatik kucing.

Tapi dibanding bahan masakan kelompok Lini yang semuanya telur dan kresek Richard yang berisi gorengan lima bayar dua, milik kelompoknya jauh lebih baik. Ada bahan-bahan membuat sup dan nasi, bisa dibarter dengan telur dan gorengan milik teman-temannya.

Ia beruntung ada di kelompoknya saat ini. Hanya sedikit gila, lain dengan teman-temannya yang rusuh sendiri.

"Oi Sam, ambilin C12H22O11!"

Sudah bisa dipastikan itu Nuca. Mentang-mentang anak Kimia, bahasanya jadi Kimia semua.

Samuel hanya mengendikkan bahunya, lalu lanjut mengipasi boneka ikan milik Ziva yang dipanggangnya di atas batu bersama Richard yang bersiap menyayat ikan tersebut.

"Ini punya Jipa jangan lu bakar, bego!" seru Mahalini tiba-tiba memukul tengkuk Sam dan Richard, lalu merebut boneka ikan milik Ziva dengan gesit.

"Sama sekalian NaCl ya Sam!"

Masih saja Nuca dengan bahasa kimianya. Samuel dan Richard udah bodo amat sama Nuca. Mereka udah pindah lapak masak, gabung sama Novia, Ainun, dan Ziva, membiarkan Mahalini yang membantu Nuca.

Mahalini itu sebenernya pinter karena waktu SMA dia jurusan IPA, tapi lintas jurusan biar bisa masuk Komunikasi. Alasannya satu, Mahalini suka ngebacot, makanya masuk Komunikasi.

"Cuma gitu aja gatau lo, gue yang otak setengah aja tau!" ejek Mahalini mengibas rambutnya, berbangga karena dapat dengan tepat menyerahkan apa yang dibutuhkan Nuca.

"Iya lah otak lu kan setengah, Nuca satu setengah, jadi cocok!" balas Richard asal.

"Dih, bego ngaku aja, wlee!" ejek Lini lagi kemudian pergi menjauh.

Entah dia bakal ngebacot di lapak siapa lagi.

"Bleh asin banget! Kebelet nikah lo?"

Ternyata Lini ngebacot lagi di kelompok Lyodra. Jelas Lyodra tak terima, terlihat dari kerut dahinya dan lirikannya yang menatap Lini aneh.

Alis Tiara mengerut sedih mendengar komentar itu. Ia menyendok sebagian supnya, lalu menyuapkannya pada mulut Lyodra, "Emang keasinan ya?"

Menurut Tiara, sedikit modus akan bagus.

Lyodra mengangkat alisnya, sedikit terkejut akan aksi tiba-tiba itu. "Nggak kok, udah pas. Emang mulutnya Lini aja yang salty," ejeknya pada Lini.

Lini terdiam beberapa detik seolah tersadar. Lalu dengan cepat pergi, duduk di atas batu sambil memeluk lutut. Air mukanya juga aneh, seperti orang yang sedang tersinggung berat.

Lyodra tak salah, mulut Lini memang asin karena sendok yang dipakainya untuk mencicipi sup Tiara itu bekas garam. Tapi mungkin salty yang dipahami Lini adalah salty yang lain. Walau cocok-cocok aja buat mendeskripsikan Lini sih.

Chasing By The Past | Lyodra x TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang