Bagian 59 || Pikiran Memalukan

11 3 1
                                    

" Yah "

" Salwa sakit, sudah dari 3 minggu lebih yang lalu, dan bukan salah salwa jika tidak ada yang berani mengatakannya padamu. "

Reza terdiam mendengarkan penjalasan dari aga. Perasaanya kini campur aduk tidak bisa dijelaskan, meskipun ia yakin ada rasa marah, kesal, sedih disana tapi aga benar reza tidak bisa menyalahkan salwa.

" yah... Meskipun tidak dikatakan dengan jelas oleh salwa, " guman aga.

" Jujur saja za, adikku itu sekarang ini sudah seperti mayat hidup. "

Aga menghela napas.

Jantungnya sakit.

Sebagai seorang kakak, meskipun tiri ia sadar nyawa adiknya itu dalam bahaya, untuk sekedar bangun saja tubuhnya begitu lemah.

Semua yang menunggu salwa akan sangat bersyukur ketika melihat gadis itu membuka mata dan tanpa sadar salwa meminta izin lagi beberapa detik untuk tidur kembali.

Mungkin perasaan dimana kalian bangun lalu sedetik kemudian kalian merasakan lelah lagi.

" Kondisinya lemah, hampir tiga minggu ini semua orang lelah karena melihat ia terus saja tidak ada perkembangan. Terlebih... "

Reza menatap arga dengan pandangan penasaran, " Belum ditemukan obat untuk menyembuhkan Lupus. "

" aku mengerti, kak bisakah aku masuk dan menemuinya? "

Reza sekali mendengar itu langsung tau, salwa memang benar - benar kritis.

Arga mengangguk.

" Tentu saja bisa, kuyakin ia akan senang melihatmu. "

" Terimakasih kak. " Reza berjalan pergi dari hadapan arga.

Kini ia paham kenapa hanya dirinya yang tidak tahu menahu tentang salwa, kondisinya begitu buruk bahkan setau reza arga bukan tipe orang yang mau menjelaskan panjang lebar kepadanya jika itu tidak penting tapi arga, teman kakaknya itu mengangap semua ini memang melebihi penting.

Setelah sampai kembali didepan ruangan rawat salwa, rasanya kaki reza tidak kuat untuk berjalan.

" Kamu bisa masuk za, " ujar novi seraya menepuk bahu reza.

Reza yang sedikit tersentak awalnya menoleh cepat lalu setelah dirasa itu novi ia tersenyum tipis.

" Salwa masih tertidur, setidaknya kamu tidak perlu mendengar keluhan sakitnya, " bisik novi lagi.

Suaranya yang sangat lirih terdengar bergetar.

Melihat keterdiaman reza, novi berinisiatif untuk menggengam tangan kanan reza.

Reza yang merasakan tangan kanannya hangat menoleh. Senyumanya luntur.

Reza sangat yakin sekali jika novi dalam keadaan yang buruk juga, memang penampilanya tidak ada yang sakit tapi hatinya.

Reza adalah laki - laki yang peka, selama ini novi memang mengatakan bahwa ia sudah move on darinya tapi lihat sekarang. Topeng yang ia kenakan novi buang jauh - jauh. Hatinya pasti sakit. Ketika ia berada disituasi dimana ia kasian melihat sahabatnya salwa kesakitan didalam sana, tapi separuhnya lagi entah rasa lega ataupun rasa egois didiri novi ketika melihat reza goyah. Ketika melihat kesempatan yang muncul dengan sangat terbuka lebar untuk masuk dan memeluk hati reza.

Novi sangat yakin, rasa buruknya ini adalah egois memalukan yang pernah ia miliki. Dimana ia berharap salwa berhenti sampai sini.

Entah untuk penyakitnya ataupun untuk hatinya.

Honey & Heaven [Complate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang