19| La Familia

7.1K 936 171
                                    

Setelah sampai di rumah, Rachel langsung buru-buru berjalan masuk dan menemukan Papanya berada di ruang tengah sudah duduk tenang dengan buku di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sampai di rumah, Rachel langsung buru-buru berjalan masuk dan menemukan Papanya berada di ruang tengah sudah duduk tenang dengan buku di tangannya.

Rachel berlari menghampiri Papanya lalu memeluknya erat. "Papa! Acel kangeeeeen."

Papanya hanya terkekeh sambil membalas pelukan putri bungsunya itu. "Papa tinggal 2 minggu kok kamu kayanya udah makin gede aja, Dek."

Rachel melonggarkan pelukannya dan menatap Papanya tajam. "Papa yang keenakan di Auckland. Kenapa sih lama banget???"

"Ya namanya juga kerja. Banyak yang harus diurus Papa di sana. Adek selama ditinggal sendiri makan sehat kan? Gak makan gula banyak-banyak kan?" Laki-laki berumur setengah abad itu mengelus pelan surai putrinya, menatapnya penuh kasih sayang.

"Heheheh... Makan sehat kok tapi makan manis juga."

"Ck. Kamu ini emang kebiasaan."

Rachel kembali memeluk erat dan menyandarkan kepalanya pada dada bidang Papanya. "Adek habis dari mana?" tanya sang Papa.

"Habis makan roti bakar deket kampus."

"Sama siapa? Alyssa sama Abraham? Kok gak mampir?"

Rachel menggeleng pelan, "bukan sama mereka Papa."

"Ya terus sama siapa?"

"Sama itu, yang waktu itu Acel aduin ke Papa," jawab gadis itu ragu.

Papa Rachel tampak menyernyit bingung, tidak mengerti maksud ucapan putrinya itu. "Siapa sih, Dek? Jangan tebak-tebakkan Papa udah tua."

Rachel terkikik pelan, "itu loh cowok yang udah bikin Pak Yanto jobless."

Papa Rachel tertawa setelah mengingat orang yang dimaksud Rachel. "Oh, jadi sekarang kamu udah akur sama dia?" Dia jadi mengingat hari dimana Rachel meneleponnya malam-malam. Gadis itu berkata dengan kesal bahwa ada seorang lelaki yang berniat merebut pekerjaan Pak Yanto sebagai supir pribadi Rachel.

"Belum akur, dia nyebelin tau, Pap!"

"Siapa namanya? Kamu kenal dimana?"

"Keenan, dia temen kampus Acel."

"Kenapa gak kamu suruh mampir tadi? Kan Papa juga mau liat orang yang udah bikin anak kesayangan Papa marah-marah."

Rachel mendongak menatap Papanya. "Papa pengen ketemu sama Keenan?"

Papanya hanya mengangguk. "Why not? Ajak dia ke sini kapan-kapan. Papa mau bilang makasih karena udah gantiin kerjaan Pak Yanto sekaligus jagain anak Papa yang bandel ini."

"Acel bisa jaga diri sendiri tau, udah gede." Tiba-tiba ia jadi mengingat tentang ajakan Keenan untuk makan malam bersama keluarganya besok. Dia harus meminta izin Papanya juga. "Pap, besok malam Acel diajak makan malam sama keluarganya Keenan, boleh gak?"

SerotoninTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang