2. Pembulian

8.2K 1K 12
                                    

Jangan menilai seseorang dari luarnya saja. Terkadang, sebuah sampul buku saja tidak menjamin isi kertasnya.

-Asyilla Maharani Carroline-

Seorang gadis berkacamata bulat, dengan rambut yang berkepang dengan ciri khasnya, tengah menyibukkan diri di sebuah perpustakaan. Baginya, ini adalah tempat teraman untuk menghindari dari sebuah pembulian.
 
Atta terus stay di tempatnya dan membaca sebuah novel yang berjudul Senja. Tiba-tiba saja, perutnya berbunyi, menandakan bahwa dirinya tengah merasakan lapar sekarang. Ingin sekali Atta berjalan menuju kantin, namun dirinya merasakan sangat takut akan pembulian yang akan menimpa dirinya kembali.
 
Namun sialnya, perutnya semakin berbunyi tak henti-hentinya. Cacing-cacing di dalam perutnya terus berdemo meminta makan. Dengan secara terpaksa, gadis itu mencoba beranjak dari tempatnya. Dan melangkahkan kakinya keluar menuju Kantin.

“Semoga saja, Iren dan teman-temannya gak melihat aku,” gumam Atta dengan kecemasan di hatinya.
 
Iren Intania Julia, adalah gadis cantik yang terkenal suka membuli murid-murid nerd seperti Atta. Maka tak heran, Atta selalu ketakutan jika harus berhadapan dengan gadis yang tak punya hati itu.
 
Atta terus berjalan menyusuri koridor sekolah. Akibat kepalanya yang terus di tundukkan, membuat Atta harus menabrak seseorang. Dan mengakibatkan dirinya tersungkur ke bawah.
 
Brukk!
 
“Ma-maaf, sa-saya gak sengaja.” Atta berujar dengan terbata-bata. Wajahnya tidak berani mendongakkan kepalanya untuk menatap seseorang itu. Sedangkan mata seseorang itu melihat ke bawah, menatap Atta yang sedang ketakutan.
 
“Lain kali, kalau jalan kepalanya jangan nunduk,” ujar laki-laki itu dengan suara coolnya. Tanpa mau buang-buang waktu, laki-laki itu langsung meninggalkan Atta tanpa berniat membantu gadis itu terlebih dahulu.
 
Teman-teman dari laki-laki itu langsung melirik pada Atta. Bahkan, kakinya menyepak tubuh Atta yang tengah tersungkur di bawah.
 
“Untung si Asegaf lagi baik, lo! Kalau enggak, lo bisa di caci habis-habisan, burik!” cibir Riki dengan mulutnya yang pedas melebihi mulut perempuan.
 
Marvel berdecit, wajahnya menunjukkan tampang tak suka pada gadis itu. “Cih, sana jauh-jauh, kuman!”  tukas Marvel dengan seraya memasang wajahnya sangat jijik.
 
Sudah Atta duga, harusnya dirinya tidak usah keluar perpustakaan tadi. Akibat kenekatan dirinya, akhirnya mengakibatkan dirinya di buli kembali. Dasar bodoh!
 
Atta mencoba bangkit dan berdiri. Hingga bibirnya yang bergetar, mencoba berujar, “Sa-saya permisi dulu,” ucap Atta dengan wajahnya yang menunduk.
 
“Pergi sana yang jauh! Bila perlu ke ujung dunia!” pekik Ogi sangat lantang.
 
Entah mengapa, semua orang selalu menatap Atta dengan tatapan jijik. Padahal, Atta sama seperti mereka. Hanya saja, penampilan dirinya yang berbeda.
 
Ternyata benar, tolak ukur untuk seseorang lebih di hargai itu adalah soal pisik. Jika tidak mempunyai pisik yang good loking, maka siap-siap untuk menjadi bahan hujatan dari orang-orang.
 
Gadis itu langsung kembali melanjutkan langkahnya menuju Kantin. Jika boleh di jabarkan, sebenarnya Atta sangat lelah. Hujatan, cemoohan, selalu ia terima dari setiap orang. Mereka tidak pernah menghargai dirinya secara layak.
 
Gadis itu mencoba menyemangati dirinya sendiri. “Semangat, Ta. Gak boleh cengeng,” gumam Atta.
 
Jika bukan diri sendiri yang memberikan semangat, mau siapa lagi? Karena Atta tidak memiliki satu teman pun yang mau berteman dengan dirinya.
 
Namun, pembulian itu tidak hanya sampai di situ saja. Ata harus kembali berhadapan dengan Iren yang sudah berkecak pinggang di hadapannya. Baru saja Atta menginjakkan kakinya di kantin, namun ia harus kembali menerima hujatan atau apa pun yang akan di berikan oleh Iren.
 
“Bagi duit dong, gue laper pengen makan.” Iren mencoba memalak Atta.
 
“Sa-saya gak punya uang, Iren,” jawab Atta sangat gugup.
 
Iren merotasikan matanya. “Halah ... mana mungkin lo gak punya duit?! Lo itu anak orang kaya, jadi gak usah ngeles sama gue, Atta!”
 
Dengan tanpa persetujuan Atta, Iren mencoba menggeledah saku seragam Atta begitu saja. Iren tersenyum, saat dirinya berhasil mengambil selembar uang berwarna merah dalam saku gadis cupu itu.
 
“Nah gini kek, gue gak usah repot-repot ngebentak lo dulu.” Iren mencoba menepuk bahu Atta pelan. “Thanks, ya. Gue cabut dulu, by!”
 
Atta hanya bisa meremas rok abu-abunya. Kini, uangnya sudah di ambil oleh Iren. Dan ia tidak mempunyai uang lagi untuk membeli makanan. Hanya uang itulah satu-satunya yang ia punya, karena dirinya jarang sekali di beri uang saku oleh tantenya. Dan sekarang, Atta hanya bisa menahan laparnya sampai pulang sekolah.
 
***
 
Di sekolahan yang berbeda, Asyilla tengah berjalan angkuh membelah jalanan koridor. Walaupun ia seperti itu, tapi Asyilla banyak dikagumi oleh siswa-siswi SMA Angkasa. Terlihatnya saja yang angkuh, tapi Asyilla mempunyai kepribadian yang baik dan sangat hiperaktif. Membuat dirinya gampang bergaul dengan semua orang.
 
Ketika sedang berjalan, tiba-tiba saja, “Asyilla!” Teriakan itu mampu menghentikan langkahnya. Hingga wajahnya mencoba menoleh ke belakang, dan menemukan Andre yang tengah berjalan menghampiri dirinya.
 
“Kenapa teriak-teriak? Lo pikir ini hutan, apa?!”  tukas Asyilla sangat sewot. “Apa jangan-jangan, lo kangen sama gue? Hayo ... ngaku lo, Ndro!”
 
Andre membulatkan matanya sempurna. Wajahnya ia pasang sangat galak, sepertinya ia ingin menerkam temannya itu. “Hah! Sekate-kate ya, kalau ngomong! Ogah dah, gue kangen sama lo,” sebal Andre sangat muak. “Oh iya, satu lagi. Nama gue Andre, bukan Indro. Paham?” lanjutnya.
 
Asyilla tertawa melihat tingkah temannya itu. Apalagi ekspresi Andre yang sangat lucu. “Haha ... nama gue juga Asyila, bukan Sisil. Tapi gue fine-fine aja, tuh,” sahut Asyila mengedikan bahunya sebelah.
 
Oh, ayolah. Asyilla selalu seperti itulah. Jika berhadapan dengan gadis itu, harus selalu bersedia ekstrak sabar. Dengan sangat beruntungnya, Andre sudah terbiasa dengan gadis itu, membuat dirinya memaklumi sikapnya.
 
“Serah lo deh, Sil! Yang penting, lo ikut gue ke ruangan pak kepsek sekarang juga,” ucap Andre pada Asyilla.
 
Asyilla mengeritkan dahinya bingung. “Ngapain? Perasaan, gue gak pernah bikin kasus apa-apa deh,” heran Asyilla dengan jari yang terus mengetuk-ngetuk dagunya.
 
Andre menghela nafasnya pelan. “Kebanyakan mikir, ayok!” Laki-laki itu main asal menarik pergelangan tangan Asyilla begitu saja. Hingga membuat gadis itu hampir saja tersungkur.
 
Asyilla tidak tahu apa tujuannya ia harus mendatangi ruangan kepala sekolah itu. Ia hanya mengikuti ajakan Andre saja, sampai ia dan juga Andre berhenti tepat di ruangan kepala sekolah tersebut.
 
Asyilla mengatur deru nafasnya, dan mencoba merapikan seragamnya terlebih dahulu. Dengan sangat sopan, Asyilla mencoba mengetuk pintu ruangan itu.
 
“Permisi, Pak. Katanya bapak mencari saya?” Asyilla bertanya dengan sangat sopan. Mencoba memasang wajahnya sangat lugu di hadapan kepala sekolahnya.
 
Kepala sekolah itu pun langsung menatap pada Asyilla. Hingga bibirnya langsung berujar, “Duduk dulu, Asyila,” titah pak Hendri. Asyilla langsung duduk dan di temani oleh Andre di sampingnya.
 
“Jadi begini, bapak mau minta bantuan ke kamu untuk umum in ke semua kelas XII mengenai perkemahan yang akan sekolah kita selenggara ‘kan,” jelas Pak Hendri memerintah. “Karena untuk menyuruh para OSIS, mereka semua sedang sangat sibuk,” lanjutnya.
 
Mata Asyilla seketika langsung berbinar. “Wuohh! Campping di mana, nih, Pak? Kayanya seru.”  Asyilla sangat antusias. Menurutnya, ini bakal jadi momen yang indah untuk menghabisi masa-masa kelas XII nya.
 
“Camppingnya di Bandung. Nanti bapak akan kasih kertas selebaran ke kamu, guna lebih memperjelas lagi informasinya,” omong pak Hendri.
 
“Ok, baik pak!”
 
“Terima kasih, kamu boleh keluar sekarang. Nanti biar ketua OSIS yang akan memberikan kertas itu ke kamu, karena kertasnya masih dicetak,” tutur pak Hendri.
 
“Baik Pak!”
 
Asyilla dan Andre langsung meninggalkan ruangan tersebut. Namun, wajah Asyilla tampak sangat ceria sekali. Entah mengapa, hatinya seperti berbunga-bunga dan tampak seperti anak yang baru saja di berikan mainan.
 
Andre melirik ke arah Asyilla dengan mengeritkan dahinya. Ia tampak sedikit heran dengan kelakuan temannya yang satu ini. Senyum-senyum sendiri, tampak seperti orang gila.
 
“Kenapa sih, lo?” tanya Andre sangat heran. Pasalnya, setelah keluar dari ruangan kepsek tadi, Asyilla terlihat sangat bahagia.
 
“Gue lagi senang, hehehe. Akhirnya, kelas dua belas bisa campping juga. Kan enak tuh, sebelum ujian refresing otak dulu.” Asyilla menjawab dengan sangat riang. Momen ini, momen yang sangat di tunggu-tunggu oleh Asyilla. “Lo juga pasti seneng ‘kan?”
 
“Sebenarnya, gue gak suka campping. Banyak nyamuk pastinya," keluh Andre. Dirinya tidak bisa membayangkan akan tidur ditengah-tengah hutan.
 
“Cih, sama nyamuk aja takut! Kalau ngambil duit emak lo aja, lo gak takut,” ungkap Asyilla sedikit berdecih. Dirinya tidak habis pikir dengan pola pikir temannya. Harusnya dia senang, karena bisa menghabiskan waktu kelas 12nya.
 
Andre tertawa renyah mendengar pertuturan Asyilla. “Hahaha ... beda lagi itu mah, ‘kan gue punya jurus andalan,” ucapnya di sela-sela tertawanya.
 
“Jurus apaan?”
 
“Jurus babi ngepet .... khokk!!” Andre berusaha memperagakan hewan yang ia sebutkan dengan sedikit mengorok di akhir kalimatnya.
 
Asyilla ikut tertawa. “Haha ... goblok lo! Belum kena azab sih!”
 
Entahlah, ternyata bukan Asyilla saja yang merasa sangat bodoh. Ternyata, temannya juga ikutan bodoh seperti dirinya. Bisa-bisanya, temannya mengambil uang ibunya setiap saat dengan jurus andalannya.
 
“Btw nih ya, Ndro. Yang jagain lilinnya siapa?” Asyilla bertanya sangat polos.
 
“Yang lagi baca cerita ini, hehehe. Yuk, kita ngepet bareng-bareng!”
 
Astagfirullah, Andre malah mengajarkan perbuatan sesat yang berusaha menjerumuskan para pembaca. Sudahlah, kelakuan Asyilla dan Andre sama saja. Di mana salah satu temannya ada yang bobrok, maka mereka akan ikut terkena bobrok juga.
 
Ada yang mau jadi partner ngepetnya Andre di sini?
 
 
Thanks for reading!!!

See you again!!!

Switched Souls - Asyilla & Atta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang