Singkat cerita, datanglah bulan suro dimana aku harus membawa keris itu kembali ke Gn. Lawu, kali ini aku ditemani oleh A'ang teman spiritualku, kami berangkat dari Bogor kurang lebih Jam 9 malam dengan menaiki bus, di sepanjang perjalanan kami kembali ke Gn. Lawu banyak sekali halangan dan goda'an yang kami hadapi.
Di tengah perjalanan tiba-tiba ban kendaraan yang kami tumpangi itu bocor, kami tidak tau sedang berada di daerah mana, soalnya waktu itu di tengah hutan.
Sambil menunggu ban yang sedang diganti kami berdua turun dari bus sambil menghisap sebatang rokok, kami berdua duduk di pinggir jalan, lalu tiba-tiba A'ang melihat ada seorang kakek tua yang sedang berjalan menggunakan tongkat di seberang jalan, melihat itu A'ang bilang kepadaku,"Met, kayak ada orang tua berjalan di sana?"
Mendengar itu spontan aku melihat ke arah orang tua yang ditunjuk A'ang, tapi aku tidak melihatnya, aku bertanya balik kepada A'ang,"Dimana Ang?"
"Tadi disana Met", jawab A'ang.Seketika itu aku teringat sesuatu tentang kakek-kakek di Gn.Lawu waktu itu, kemudian aku menyuruh A'ang untuk mengabaikannya dan bilang,
"Udah Ang biarin, aku ngerti apa yg kamu lihat"
Tidak lama kemudian ban bus sudah selesai diganti kami berdua masuk kedalam bus untuk melanjutkan perjalanan.
Kami berdua sempat tertidur, ketika kamu sedang tertidur tiba-tiba kami terbangun karena bus yang kami tumpangi itu mogok.
Waktu itu A'ang merasakan ada bentrokan energi sangat kuat ketika ia sedang tertidur.
Kemudian sopir bus meminta penumpangnya turun untuk di oper, karena waktu itu busnya sudah tidak memungkinkan untuk lanjut berjalan lagi.
Ketika semua penumpang sedang menunggu bus lainnya tiba-tiba A'ang dikejutkan oleh dua ekor macan putih yang berjalan tepat di seberang jalan.
Melihat itu spontan A'ang kaget dan membisikiku,"Met, kamu lihat sesuatu nggak di seberang jalan"
"Iya Ang tapi kamu jangan takut, dua macan itu adalah penghuni dari keris yang aku bawa sekarang", jawabku agar A'ang tidak takut.Tidak lama kemudian bus yang satunya datang dan semua penumpang pindah ke bus itu untuk melanjutkan perjalanannya.
Singkat cerita, sampailah kami berdua di pos pendaftaran Gn. Lawu via Cetho kurang lebih jam 10 pagi.
Sesampai disitu aku dihampiri oleh 2 ekor macan putih yang se'akan menjemputku dan mengucapkan selamat datang.
Tapi macan itu yang bisa melihat hanya aku, dan A'ang hanya bisa merasakannya saja.Mulai berjalan, di sepanjang perjalanan kami mengobrol, dan 2 macan putih itu ikut berjalan dibelakangku.
Pos demi pos pun kami lewati, sesampai di pos 3 macan yang tadi mengikutiku sudah tidak terlihat.
Kami istirahat lumayan lama, 30 menit kemudian aku mengajak A'ang untuk lanjut jalan, ketika A'ang berdiri dari duduknya tiba-tiba kakinya A'ang kaku seperti ada yang memegangi, hingga tidak bisa digerakan, spontan A'ang bilang kepadaku,"Met, kakiku kaku, gak bisa bergerak".
Mendengar itu aku langsung melihat kearah kakinya A'ang, sekilas aku melihat ada sebuah tangan yang menempel di kakinya A'ang, lalu aku mengambil tindakan sambil bicara kepada A'ang
"Diem Ang, ada tangan di kakimu".Aku membaca doa dan setelah membaca doa aku mengusapkan tanganku ke kakinya A'ang yang tidak bisa bergerak.
Tidak lama kemudian perlahan kaki A'ang sudah dapat bergerak, dan lanjut berjalan hingga sampai di pos 4.
Di pos 4 kami berhenti untuk minum, lalu tiba-tiba A'ang merasa kedinginan hebat, melihat itu akupun panik, kupegang keningnya A'ang ternyata suhu tubuhnya panas banget.
Seketika itu aku merasakan ada yang tidak beres, lalu aku mengambil air yang tadi kuminum dan aku baca-bacakab do'a.
Setelah selesai aku menyuruh A'ang untuk meminum air itu.Melihat keadaan A'ang yang tidak fit, aku memutuskan untuk istirahat dulu, dan menyuruh A'ang untuk tidur.
Ketika sedang istirahat, kami sempat bertemu dengan rombongan lain yang sedang naik dan rombongan itu bertanya
"Temannya kenapa mas?"
"Gpp bang, cuma kecapekan aja", jawabku kepada pendaki itu.Lalu rombongan itu berjalan duluan meninggalkan kami.
Sudah kurang lebih 30 menit suhu tubuh A'ang tidak juga menurun, aku hanya bisa menunggu di sebelahnya, tapi tidak lama kemudian A'ang terbangun, setelah terbangun aku bertanya,
"Udah baikan belum Ang?"
"Lumayan met", jawab A'ang.A'ang mengajakku untuk lanjut jalan, dan akupun lanjut berjalan.
Berjalan pelan, sampailah kami di area Bulak Peperangan, disitu hal mistis kembali kami alami.
Ketika sedang berjalan di area situ, A'ang melihat ada banyak sekali orang yang sedang berjalan, tapi orang yang dilihatnya itu bukan pendaki, melainkan seperti orang-orang pada zaman dulu, karena terlihat dari cara berpakaiannya.
Melihat itu A'ang memintaku untuk berhenti, dan mengatakan tentang apa yang dilihatnya itu.Sebenarnya aku juga sudah merasakan kalau disitu memang ramai oleh orang, tapi aku tidak bisa melihatnya.
(Jadi apa yang dilihat A'ang, dan aku rasakan waktu itu nyambung)Next part 6 ...

KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerita Horor Nyata
HorrorBerisi kisah-kisah nyata para pendaki dan kisah horor lainnya