Tok tok tok
Sudah satu jam lamanya suara ketukan di pintu terus bergema membuat tidur pria yang tengah bertelanjang dada terusik dari mimpinya.
Ia berdecak sebal lalu melampiaskan kekesalannya pada kasur yang ia tempati.
"Iya maa! Ini Devan udah bangun!" teriak Devan yang berjalan ke arah pintu.Devan langsung kecewa ketika membuka pintu kamarnya tidak mendapati keberadaan mamanya seperti yang ia harapkan melainkan pembantu di rumahnya yang ternyata sedari tadi mengetuk pintu kamarnya.
"Maaf den, bibi takutnya ntar den Epan telat ke sekolah ini udah jam setengah delapan soalnya" ucap bi Inah membuat Devan langsung menormalkan ekspresinya dan membuang harapannya jauh - jauh seperti yang sering kali ia lakukan.
"Mama sama papa berangkatnya jam berapa bi?" tanya Devan
"Jam 5 den, tadi ibu pengen pamit tapi.."
"Ah iya bi, yaudah Devan mau mandi dulu udah telat nih makasih ya bi udah bangunin Devan" setelah mengatakan hal itu Devan langsung mengacak rambutnya dan bergegas kedalam kamar mandi.
Setelah bajunya terpasang, dengan tergesa - gesa ia langsung mengambil asal hp dan tasnya tanpa mengganti buku sesuai dengan roster hari inI. Lalu berlari turun dan menuju pintu tapi langsung berbalik ketika mengingat sesuatu dan menuju ke arah meja makan dimana bi Inah tengah menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kebiasaan Devan yang tidak pernah berubah.
Devan langsung mengambil roti yang dibaluri coklat kesukaannya.
"Devan pergi dulu, udah telat Assalamualaikum" pamit Devan pada bi Inah."Den bekalnya!" panggil bi Inah membuat Devan langsung menepuk pelan jidatnya dan berbalik lagi cengengesan dengan mulut penuh roti, bi Inah hanya tersenyum dan memberikan bekal yang ia buat untuk Devan.
"Devan pergi" seru Devan yang lanjut berlari setelah menaruh bekalnya kedalam tas.
Karena Devan masih belum diizinkan untuk mengendarai kendaraan dirumah, ia bingung ingin menggunakan kendaraan apa menuju kesekolah bus di dekat rumahnya selalu berangkat lebih awal dan sekarang ia tidak menemukan angkot yang lewat satupun, melirik jam di layar handphone nya yang menunjukkan pukul 09.20 ia menghembuskan nafas kasar keberuntungan memang tidak pernah berpihak kepadanya.
Devan menekan beberapa digit angka dan mengarahkan benda pipih itu dekat dengan telinganya lalu duduk selonjoran di pinggir jalan, membuka dua kancing atas untuk menghilangkan gerah.
"Eh kulit kuaci, napa lu ngangkatnya lama? Bisa basi nih gua nungguin!" kesal Devan begitu teleponnya terhubung.
"KENAPA PAN?! GUA LAGI DI JALAN!"
"Nahh mantap!" seru Devan yang langsung berdiri bersemangat.
"Jemput gua cepet!"
"Kita beda sekolah bego! Ogah ah, gua udah telat malah makin telat kalo nganterin lu dulu"
"Gabakal telat jir! Udah cepetan jemput gua, udah gua share lock" Devan segera mematikan sepihak sebelum menerima protes dari Sion--orang yang ia hubungi--
Sion yang tengah mencari keberadaan Devan sesuai lokasi yang Devan kirimkan panik karena ia tidak bisa menemukan sohibnya itu, ia melihat ke kanan dan kiri jalanan mencari terus sembari menggerutu.
"Ni anak ngumpet apa gimana? Jangan - jangan gua di prank? Epan bangsat! Beneran di prank nih gua mana telpon gua ga diangkat - angkat. Awas aja lu Pan! Mana udah jam segini" Sion yang sudah kesal ingin melanjutkan perjalanannya jika saja ia tidak melihat seseorang disebrang jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asalkan Kau Bahagia
Romance'Lalu bagaimana denganmu?' tanya gadis itu dengan mata yang berkaca - kaca 'Tak apa, asalkan kau bahagia aku juga ikut berbahagia untukmu. lagi pula suatu hubungan yang dipaksakan rasanya pasti hambar dan menyakitkan' pria didepannya berusaha tersen...