GC 26

485 51 72
                                    

Kaku.

Keras.

Panas.

Tegang.

Dan basah. Luar biasa.

Daniel sukses merasakannya. Merasakan hal yang membuat birahinya bergejolak menyenangkan.

Sampai-sampai ia ketagihan. Tangkupannya tidak lepas dari benda kenyal sialnya montok menodai mata, seolah minta dimanja hanya karena bergetar sukar dengan sentuhan lembutnya.

Daniel pusing, sesak didada menjadi saksinya kalau ia tak mampu menampung gejolak birahi. manusiawi.

Candu, tangannya enggan pergi. Melempar asal salap kecil dilantai. Perspektifnya terpaku pada Jihoon yang menggeliat tidak nyaman.

Lenguhan itu bagai undangan, Daniel tersenyum sayu hanya karena itu.

Membasahi tenggorokannya, mengangkat tubuh itu seolah mengangkat bantal, tidak ada beban ia rasakan. Daniel merebahkan Jihoon ditengah tempat tidurnya.

Mata bulat itu menatap sayu, deru nafas keduanya memberat seperti habis meraton padahal hanya disebabkan menahan sesuatu yang bisa dikatakan dosa.

Mengusap sayang pipi Jihoon yang merona. Anak itu terisak kecil memandangnya. "gatal daddy...hikss gatal"

Paham.

Sangat paham.

Ia tidak bodoh.

Daniel tidaklah bodoh mengartikan itu semua. Darah keduanya mengalir deras menuju jantung, memompa dan bekerja dua kali lipat. Wajah memerah, bulir keringat berlahan keluar. Daniel memejam mata, menetralkan deru nafas, menetralkan pusing yang menghantamnya.

Mengerang frustasi. Dalam batin.

Menyibak lembut helaian rambut Jihoon yang menempel, ia kecup lama. Berlahan menuju kelopak mata yang spontan menutup ketika menyapa. Ujung hidung yang mancung cantik itu tak lupa ia sapa, Daniel mengangkat wajahnya setelah melayangkan kecupan kapas.

Beradu, saling mengunci diri. Kedua mata mereka bergetar ingin lebih. Daniel tanpa sadar melenguh, lemah sekali.

"daddyy lubang Jihoonie gatal dad hiks..." rengek Jihoon kembali, seolah meminta Daniel menggaruk kulitnya sehabis digigit nyamuk dilengan. Tidak semudah itu.

Kedua tangan menumpu tubuh, pengap disekitar. Jaket denim yang ia gunakan dilepas dengan sembari tidak tergesa.

Membiarkan kaos hitam yang ia gunakan masih melekat. Daniel kembali diposisi. Tanpa menghimpit, memberi jarak meraup udara kehidupan yang sesak didada.

Anaknya dibawah masih merengek kecil padanya, jemari kecil itu membuka kaitan baju berkata disela isak jika di sini panas. Daniel tidak hentikan apa yang dilakukan.

Mata sipit nan tajamnya senantiasa meniti Jihoon tanpa teralihkan. Mengunci objek, seolah takut terlewatkan momen yang ditampilkan.

Daniel mengontrol diri untuk tetap tenang.

Mengusap tulang pipi Jihoon sebentar, sebelum lecutan baju berakhir menampilkan lekukan itu dengan sempurna, Daniel menarik tangan Jihoon menjauh. Mengait dengan pas disela jarinya disamping kepala.

 Mengait dengan pas disela jarinya disamping kepala

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Get Closer (NIELWINK) I√Where stories live. Discover now