페이지 12

1K 183 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Renjun melangkahkan kakinya menuju ruang guru. Ia mengintip jendela ruang guru, mencari meja wali kelasnya. Ada delapan meja di sana dan satu loker besar di belakang kelas. Setiap meja penuh dengan kertas-kertas maupun buku-buku. Hanya ada lima guru yang berada di sana dan salah satunya berhasil membuat Renjun tersenyum lebar.

Na Jaemin. lelaki itu duduk di ujung ruangan, dekat jendela di luar gedung.

Lima menit berlalu dan Jaemin sepertinya menyadari ada yang memperhatikannya. Buktinya lelaki itu menoleh, balas menatap Renjun dengan keningnya yang berkerut.

Eh? balas menatap?

Renjun tersentak, buru-buru melangkah mundur. Tapi karena tergesa-gesa dan tidak melihat situasi sekitarnya, ia bertabrakan dengan seseorang yang tengah berlari di lorong. Tubuh mereka terjatuh dengan pantat mendarat di lantai lebih dulu.

Renjun merintih sakit sembari mengusap bokongnya. Benturan itu cukup kencang sampai salah satu lututnya lecet dan berdarah.

"Ha- hantu!!!"

Renjun mengangkat wajahnya melihat lelaki yang baru saja menabraknya, Lee Haechan. Wajahnya terlihat tegang, takut, dan entahlah. Intinya Haechan teramat terkejut melihat Renjun.

Apa lelaki itu tahu kalau Renjun tadi memperhatikan Jaemin? Apa tatapan wajahnya terlihat cabul dan menyeramkan sampai membuat Haechan takut seperti itu?

Haechan tidak segera pergi, tangannya meraba-raba lantai, mencari suatu benda. Ternyata kacamata yang dicari lelaki itu jatuh tepat di kaki Renjun dan Haechan tidak melihatnya. Lelaki itu terus merapal kan doa-doa yang terdengar asing di telinga Renjun.

"Aish, dimana kacamataku." Panik Haechan saat kacamatanya tak kunjung ditemukan.

Renjun meraih kacamata itu, kemudian mengambilnya, dan menyerahkannya pada Haechan.

Haechan tidak menerimanya begitu saja. Ia dengan cepat berdiri, berbalik, dan berlari. Tapi baru lima langkah, ia kembali, merampas kacamata dari tangan Renjun dengan kasar, kemudian berlari tunggang-langgang.

"Zhong Chenle. Kamu baik-baik saja?"

Deg.

Renjun belum sempat memikirkan apa yang terjadi dengan Haechan karena teguran khawatir dari seseorang yang terdengar tidak asing di telinganya. Ia menoleh takut-takut dan melihat Jaemin yang merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan Renjun. Menatapnya cemas.

"Astaga, lutut mu. Apa yang sebenarnya terjadi?"

Renjun mengerjapkan matanya berkali-kali. Belum sempat ia menjawab, guru di belakang Jaemin lebih dulu berbicara.

"Lututnya berdarah, Na Saem. Sebaiknya kau segera membawanya ke ruang kesehatan." Ucap Kim Saem yang ikut melihat situasi luar.

"Tentu." Tanpa diminta dua kali, Jaemin mengangkat tubuh Renjun. Bergegas membawanya ke ruang kesehatan.

Tidak menyadari wajah Renjun yang bersemu dan menghangat.

.

.

.

~♡~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~♡~

Back To First Love || 잼런 • 지천 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang