20| Piano

6.7K 917 190
                                    

Setelah menyelesaikan makan malam, Keenan mengajak Rachel ke lantai 2 rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menyelesaikan makan malam, Keenan mengajak Rachel ke lantai 2 rumahnya. Sedangkan keluarga Keenan yang lain rencananya akan melakukan movie marathon bersama. Sebenarnya tadi Rachel juga diajak ikut oleh Mami Rene, tapi Keenan menarik tangan gadis itu sebelum Maminya menyabotase Rachel.

"Mau ke mana sih?" tanya Rachel saat baru saja menginjakkan kaki di lantai 2 rumah Keenan.

Keenan menariknya masuk ke dalam ruangan yang berada di ujung lorong. Begitu lampu ruangan dihidupkan, mata Rachel menjadi berbinar. "Lo punya studio musik juga?"

Keenan menganggukkan kepalanya, "semua keluarga gue suka main alat musik."

Rachel mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Senyum cerah sedari tadi belum luntur dari bibir merahnya. Hingga matanya menangkap sebuah piano di ujung ruangan, mendadak wajahnya berubah pias.

Berbanding terbalik dengan Keenan, laki-laki itu justru berjalan mendekati piano hitam itu. "This is my favorite one."

Sorot Rachel berubah sendu, seperti ada kesedihan yang berusaha ia kubur dalam-dalam. "Sini duduk, gue mau mainin satu lagu." Keenan menepuk tempat di sebelahnya, meminta Rachel untuk duduk.

Rachel berjalan menuju Keenan dengan setengah hati, tangannya ia genggam erat agar tidak terus bergetar. Keenan tidak menyadari perubahan tingkah Rachel yang aneh karena tampaknya ia terlalu bersemangat untuk menunjukkan skill-nya pada Rachel.

Keenan mulai menekan tuts pianonya. Laki-laki itu memainkan nada-nada yang sangat Rachel kenali. Swan Lake milik Tchaikovsky, her favorite. Nada-nada itu berputar di dalam kepalanya. Membangkitkan memori-memori yang sebisa mungkin Rachel tepis. Tatapan matanya kosong memandang tangan Keenan yang menari di atas tuts piano. Tanpa sadar air matanya mengalir. Yang semula hanya isakan kecil kini berubah menjadi tangisan lirih.

Keenan segera menghentikan permainan pianonya, laki-laki itu terkejut saat melihat tubuh Rachel bergetar seiring dengan tangisannya. "Chel, what's wrong? Did i make a mistake?"

Keenan menatap Rachel khawatir, gadis itu masih saja membekap mulutnya untuk menahan isakan. Keenan langsung saja membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Menepuk pelan punggung Rachel untuk menenangkannya. Daripada bertanya alasan kenapa Rachel menangis, ia lebih memilih untuk menenangkan gadis itu.

Setelah beberapa menit, tangis gadis itu mereda. Keenan masih setia mengelus surai gadis itu lembut, sebelum Rachel melerai pelukan mereka. "Sorry, i feel so odd today." Gadis itu mengusap matanya yang berair, "baju lo juga jadi basah."

Keenan menangkup wajah gadis di sampingnya itu dan menggeleng, "don't be sorry. Lo udah gakpapa?"

Rachel balas mengangguk pelan. Gadis itu menatap kosong ke arah piano di depannya. "Permainan piano lo bagus."

"Thankyou, i guess?" jawab Keenan ragu.

"Yang lo mainin tadi itu favorit gue."

"Jadi lo nangis karena terharu gue mainin lagu favorit lo dengan bagus gitu?" Keenan mulai berani menggoda Rachel, setelah melihat gadis itu mulai tenang.

SerotoninTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang