페이지 29

850 159 19
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Sabtu, 2020

"Ah, Jisung. Kita kan kelas tambahannya siang, kenapa harus berangkat pagi-pagi sih?" Renjun merajuk tidak terima rencana untuk tidur lebih lama terpaksa dibatalkan karena Jisung sudah berada di rumahnya untuk mengajaknya ke sekolah pagi-pagi tanpa sepengetahuannya.

Jisung yang mengajaknya berangkat pagi-pagi dengan alasan belajar bersama sebelum kelas tambahan dimulai pun sudah pasti diizinkan oleh ibunya. Membuat Renjun tidak bisa menolak permintaan Jisung.

"Loh, kenapa kita berhenti di taman sekolah? Ku pikir kita akan belajar di perpustakaan." Renjun merasa heran ketika Jisung menghentikan kakinya di taman sekolah alih-alih ke perpustakaan sekolah yang tentu saja letaknya bukan di sini.

"Sebetulnya, aku sedang menculikmu karena ada seseorang yang ingin mengatakan sesuatu padamu." Jelas Jisung yang membuat keheranan Renjun bertambah.

"Siapa?" Tanya Renjun.

"Aku."

Bukan Jisung yang jawab.

"Haechan?"

Renjun kaget saat melihat Haechan di belakangnya.

"Hallo, Chenle." Sapa Haechan.

"Oh, atau perlukah aku memanggilmu Renjun? Renjun Hyung?" Haechan menunjukkan senyuman yang lebih terlihat smirk daripada senyuman manis.

Mata Renjun terbelalak kaget.

Darimana Haechan tau namanya?

"Apa maksudmu?"

"Tidak mungkin kan ada dua Chenle di dunia ini? Jadi sudah pasti Hyung bukan Chenle, karena akulah Chenle yang tubuhnya diambil oleh Hyung." Ucap Haechan yang kini Renjun ketahui adalah Chenle.

Renjun masih diam tidak berkata-kata, lebih tepatnya bingung harus berkata apa karena dirinya masih terkejut. Saat ini ia seperti tengah tertangkap basah telah melakukan kejahatan.

"Hyung ingat kejadian delapan tahun yang lalu, bukan? Saat itu aku pikir aku sudah mati. Tapi aku tidak mengerti, kenapa aku tidak segera dibawa ke akhirat dan malah berakhir gentayangan? Lalu Jeno Hyung mengatakan bahwa aku seharusnya masih hidup, tapi karena tubuhku dimasuki arwah lain jadi aku harus mencari tubuhku." Jelasnya.

"Awalnya aku tidak percaya, sampai aku melihat tubuhku dengan mata kepalaku sendiri. Tubuhku yang bergerak, namun bukan aku yang menggerakkannya. Lalu saat aku melihatnya, aku melihat Renjun Hyung dan Jaemin Hyung yang penuh kebahagiaan seperti sudah lama tidak bertemu. Aku pun merasa, ah... sepertinya perasaan 'ingin hidup' Renjun Hyung sangat kuat sampai berani memasuki tubuhku. Karena itulah aku jadi berpikir seperti selama ini pun tidak apa-apa." Jelas Chenle.

"Tapi-" Gantung Chenle sambil melirik Jisung dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"-Aku suka pada Jisung, Hyung!" Jisung yang mendengar pengakuan bernada lirih itu pun terkejut tidak percaya.

"Aku ingin mengobrol dengan keluargaku, teman-temanku, dan juga Jisung! Aku bukanlah reinkarnasi Renjun Hyung! Jangan berbohong seperti itu pada Jaemin Hyung, itu terdengar seperti tubuhku mutlak milikmu padahal Hyung mencurinya dariku!!" Tangisan Chenle pecah, membuat Renjun panik.

Renjun pun memutuskan untuk memeluk Chenle erat sambil mengusap puncak surai itu.

"Maaf, Chenle. Selama ini aku selalu memikirkan diriku sendiri. Aku hanya tidak rela meninggalkan Jaemin sendirian, saat itu aku benar-benar panik lalu melihat tubuhmu seperti tanpa arwah. Kupikir tubuhmu juga seperti tubuhku, ternyata saat aku mencoba memasuki tubuhmu, aku berhasil dan aku seperti diberi kesempatan untuk bertemu Jaemin lagi. Aku tidak tahu kalau ternyata tindakanku membuatmu terluka seperti ini. Maafkan aku." Ucap Renjun tulus, karena bagaimanapun tindakannya salah dan dia harus mengakui itu.

"Tapi Chenle, itu-" Renjun ragu untuk melanjutkan kalimatnya setelah mereka selesai berpelukan.

"Katakan saja, Hyung." Ujar Chenle.

"Mungkin ini terdengar seperti tidak tahu diri mengingat apa yang sudah kulakukan padamu. Tapi, bisakah kamu beri aku waktu berduaan dengan Jaemin besok? Cukup besok saja, setelah itu semuanya akan ku akhiri."

Chenle menganggukkan kepalanya. "Tentu, Hyung."

Renjun kembali memeluk Chenle sambil tersenyum. "Terima kasih."

"Nana-ya, besok kan hari minggu, kita pergi ke taman bermain yuk!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nana-ya, besok kan hari minggu, kita pergi ke taman bermain yuk!"

Mereka sedang berada di rooftop.

Setelah kejadian tadi, karena jam masuk kelas tamban masih ada tiga puluh menit lagi, Renjun pun mencari Jaemin dan saat bertemu ia mengajak Jaemin ke rooftop.

Chenle? Dia sudah keluar dari tubuh Haechan setelah mereka selesai berbincang. Sepertinya Chenle malu karena sudah mengungkapkan perasaannya ke Jisung, jadi dia melarikan diri dengan keluar dari tubuh Haechan agar Jisung tidak bisa menginterogasinya. Hehehe, manisnya.

"Besok? Kenapa mendadak sekali?" Tanya Jaemin.

"Jadi Nana tidak mau jalan-jalan sama Injun?" Raut wajah Renjun yang dibuat sedih membuat Jaemin kebingungan.

"Bukan begitu. Memangnya Injun tidak lelah? Injun kan full sekolah dari senin sampai sabtu. Lagi pula masih bisa lain kali kok." Ujar Jaemin.

"Tidak mau. Kalau tidak besok, tidak bisa."

Jaemin berpikir sejenak. "Kalau Injun bilang begitu, baiklah."

Apakah ada sesuatu yang hanya terjadi besok, ya? Batin Jaemin.

"Akhirnya." Renjun menghela napasnya, lalu menyunggingkan senyum manisnya. "Jadi tidak sabar menunggu besok."

Semoga besok waktu berjalan sangat lambat.

.

.

.

~♡~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~♡~

Back To First Love || 잼런 • 지천 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang