.
.
.
Minggu, 2020
Jaemin tiba di depan rumah Jisung. Ia keluar dari mobilnya, lalu menghampiri Renjun yang sudah menunggunya di depan rumah Jisung.
Mereka janjian di rumah Jisung karena Renjun tidak mau membuat ibunya –ibu Chenle– curiga karena dia berencana pergi hanya berdua dengan gurunya, hingga akhirnya Renjun mengatakan kepada ibunya ingin pergi bermain di rumah Jisung, dan tentu saja ibunya mengizinkannya.
Jisung tentu tidak keberatan dijadikan alasan Renjun agar bisa pergi dengan Na Saem, karena bagaimanapun setelah ini semuanya akan berakhir dan Chenle akan kembali seperti yang Jisung kenal dulu.
"Injun-ie." Panggil Jaemin saat ia sudah mendekati Renjun.
Renjun sempat terkejut mendengar sapaan Jaemin yang kemudian dijawab dengan senyuman yang terlihat sedikit dipaksakan. "Eh? Ah, Nana-ya." Lalu ia berjalan menghampiri Jaemin.
Sepertinya tadi aku melihat raut wajah Renjun sedikit muram, apa aku salah liat?
"Nana-ya, kamu membawa mobil?" Tanya Renjun yang terheran melihat ada mobil di depan rumah Jisung.
"Iya. Khusus hari ini aku membawa mobil supaya kita tidak membuang banyak waktu karena harus menunggu bis yang dapat mengikis waktu kita untuk berada di sana lebih lama." Jawab Jaemin dengan wajah yang ceria, melupakan pikiran yang ia lihat tadi dan berusaha berpikir positif.
Renjun menganggukkan kepalanya, dengan senyum yang kian melebar.
"Ayo naik." Ucap Jaemin sembari menggenggam tangan kanan Renjun dan membawanya ke pintu depan mobil bagian kanan. Membukakan pintu, lalu menutup kembali pintunya setelah Renjun sudah duduk di bangku mobilnya.
Ia sendiri pun berjalan melalui bagian depan mobil, lalu masuk dan duduk di bangku depan bagian kiri untuk mengendarai.
Tidak butuh waktu lama, Jaemin pun menyalakan mobilnya, lalu melaju santai menuju taman bermain.
Setibanya di taman bermain, Renjun menarik tangan Jaemin sambil menunjuk sebuah wahana di sana.
"Nana-ya! Bagaimana kalau kita naik carousel dulu? Injun mau naik yang kuda warna putih itu!"
Jaemin menatap wajah Renjun, terlihat wajah yang sangat bahagia di sana. Sepertinya Jaemin memang salah lihat tadi.
"Baiklah, ayo kita mengantri." Ucapnya sambil mengaitkan kelima jari mereka. Mereka saling menatap satu sama lain dengan raut wajah bahagianya hingga akhirnya berjalan bersama menuju wahana carousel.
Sejak masuk taman bermain, Renjun melupakan kekhawatiran yang terus dirasakannya sejak malam. Lebih tepatnya berusaha melupakannya.
"Injun-ie, ini ambil." Jaemin menyodorkan hot dog dan botol berisikan air putih di depan Renjun yang kemudian diterima oleh Renjun lalu digigitnya hot dog pemberian Jaemin.
"Bagaimana kalau setelah ini kita bermain bom bom car?"
Renjun terkekeh mendengar kalimat dengan wajah antusias dari kekasihnya.
"Tentu saja. Menaiki semua wahana di sini pun tidak masalah. Nana tau kan kalau Injun ini pemberani?" Ucap Renjun bangga sambil menepuk-nepuk dada kirinya.
Kini Jaemin yang terkekeh mendengar kalimat Renjun sambil mengusap puncak surai gelap kekasihnya.
"Baiklah. Kita akan naik semua wahana yang diperbolehkan anak sekolahan sepertimu."
Renjun yang awalnya tersipu malu pasca diusapnya surai miliknya berubah menjadi cemberut setelah mendengar ledekan Jaemin.
Jaemin yang melihat perubahan ekspresi kekasihnya pun tertawa lepas. Renjun yang melihat itu pun perlahan tersenyum ringan.
Nana-ya, kamu harus tau ini. Aku selalu ingin kamu tersenyum seperti itu walaupun aku sudah tidak ada nanti.
Jaemin menggenggam tangan Renjun erat namun lembut. Mereka sudah selesai makan dan duduk dengan keheningan yang damai sambil menunggu makanannya tercerna dengan baik.
Mata Renjun beralih ke tempat duduk yang berada di seberangnya. Tempat yang diduduki oleh keluarga kecil lengkap: ayah, ibu, dan anak perempuan mungil –mungkin berusia 4 tahun– terlihat tertawa bahagia.
Seharusnya kami juga bisa memiliki masa depan seperti itu.
Renjun tersenyum masam melihat keluarga kecil yang duduk di seberangnya. Lalu kepalanya menunduk. Lebih tepatnya menatap tangannya yang tengah digenggam Jaemin.
Kenapa aku meninggal? Kenapa aku harus melepaskan tangan ini lagi?
Kalau aku tidak melepaskan tubuh ini, aku bisa hidup dengan Nana lebih lama lagi.
Tapi, hidup dengan mengambil kehidupan orang lain... kalau aku melakukan itu, apakah aku benar-benar bisa bahagia?
Renjun menghela nafas dengan berat, masih menunduk.
Seolah tersadar akan sesuatu, Renjun pun menegakkan kepalanya dengan raut wajah yang seolah tengah menyemangati diri sendiri.
Aku tidak boleh ragu sekarang!
Saat itu aku sudah memutuskannya. Menangis ataupun tertawa, yang ada hanyalah hari ini.
Renjun mengangguk tegas untuk memantapkan diri.
Ia menatap Jaemin yang ada di sebelahnya, lalu tersenyum cerah. "Nana-ya, ayo kita naik bom bom car sekarang."
.
.
.
~♡~
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To First Love || 잼런 • 지천 [✓]
FanficTidak apa berbohong. Aku tidak mau kembali lagi kalau Nana tahu aku mencuri tubuh orang lain. Tidak untuk saat ini. "Kamu percaya reinkarnasi?" _____ Status: Completed [Prolog + 37 part + Bonus (5 part) + From author (3 part)] Rating: PG +15 Main pa...