23 - Rumah ❄

279 16 14
                                    

Apakah rumah masih jadi tempat ternyaman kalau di dalamnya hanya ada kesedihan ?


PRANG!!

Anisa yang sedang membaca novel hanya bisa menghela napas kasar. Orang tuanya pasti bertengkar lagi, ia tidak tau masalah apa yang sedang di hadapi orang tuanya. Beberapa bulan belakangan ini ,orang tuanya sering sekali bertengkar dan berakhir dengan memecahkan beberapa barang yang ada di rumah.

Anisa sebenarnya sudah muak dengan semua ini, rumah yang seharusnya menjadi tempat paling nyaman sekarang berubah maknanya menjadi tempat yang ingin sekali ia hindari. Ia lebih nyaman berada di luar bersama teman-teman nya dari pada harus berada di rumah yang setiap hari hanya terdengar teriakan dan tangisan.

Terkadang sekolah adalah tempat yang paling tepat untuk menghilangkan semua bebannya. Ia dapat mudah melupakan semua masalah dan tertawa bersama teman-teman nya, meskipun sebagian orang menganggap sekolah adalah tempat yang membosankan karena harus berkutat dengan berbagai materi dan ujian, tetapi menurut Anisa sekolah sudah menjadi rumah untuknya.

Anisa segera mengambil sweter dan berjalan keluar rumah, ia akan pergi ke taman untuk menenangkan diri daripada harus di rumah dan hanya mendengarkan pertengkaran kedua orang tuanya. Dulu keluarga Anisa sangat harmonis tetap sejak papa nya mendapat tugas ke luar kota semuanya jadi berubah, Anisa seringkali menemukan mamanya menangis sendirian di kamar.

Anisa mendudukkan diri di salah satu bangku di taman, kebetulan cuaca malam ini sangat cerah, sehingga ia bisa melihat Bintang yang bertebaran di langit. Andai ia di beri kesempatan untuk memilih, ia pasti akan memilih untuk menghilang sebentar dari bumi. Mencoba menghindar dari hiruk pikuknya dunia dengan segala masalahnya.

Anisa memperhatikan salah satu anak kecil yang terlihat bahagia bersama kedua orang tuanya, ia jadi membayangkan betapa bahagianya ia dulu yang mendapat limpahan kasih sayang kedua orang tuanya. Tapi sekarang itu hanyalah hayalan semata, ia tidak bisa berharap kalau keluarga nya akan kembali seperti dulu lagi. Karena sebuah kaca yang retak akan sulit untuk di satukan kembali.

" Sa lo ngapain malam malam di sini?"

Merasa namanya di panggil Anisa langsung mengalihkan pandangannya ke samping, nampak sosok Bagas sang ketua kelas berdiri di situ sambil menggenakan jaket denimnya.

" Nggak papa, cuma jalan jalan aja, lo sendiri ngapain di sini? "

Bagas mendudukkan diri di sebelah Anisa, " tadi habis ke rumah Reza, trus mampir sini bentar, eh ternyata ketemu sama lo."

Anisa menganggukan kepala dan kembali pada pikirannya tadi, memikirkan nasib keluarganya akan seperti apa, apakah dia akan menjadi anak broken home.

" Gas menurut lo definisi rumah itu apa sih," seru Anisa memecah keheningan.

Bagas menggerutkan dahi bingung,tapi masih menjawab pertanyaan gadis itu, " Menurut gue sih rumah itu jadi tempat ternyaman setelah kita lelah dengan hiruk pikuk dunia."

" Kalau di dalamnya hanya ada kesedihan berarti rumah bukan lagi jadi tempat ternyaman? "

" Lo lagi ada masalah ya Sa," seru Bagas sambil memperhatikan wajah Anisa yang nampak sedih dan menyimpan banyak beban.

" Apapun itu masalah lo, rumah itu masih jadi tempat lo untuk pulang terlepas itu jadi tempat ternyaman atau enggak buat lo, " lanjutnya.

Anisa nampak memikirkan sesuatu. Mencoba memahami perkataan yang di lontarkan Bagas," Makasih ya gas, " seru Anisa sambil menatap ke arah Bagas.

" Santai aja kali Sa. lo kalau ada masalah bisa cerita sama gue, meskipun gue gak bisa kasih solusi sesuai sama apa yang lo harapin, tapi setidaknya lo bisa mengurangi beban lo dengan cerita. "

Aletha [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang