Bagian 12

39 9 1
                                    

"Jika aku tak begitu sayang, mungkin aku tidak memperhatikannya sebanyak ini. Semua ku lakukan karena aku sayang padanya"

- Dipta

💙💙💙💙💙


Semenjak naik ke kelas 2, kelasku berada di pojok dekat dengan ruang musik yang jarang orang masuk ke situ. Kelasku ini dekat dengan UKS.

Awal semester 2, sekitar awal bulan Januari. Pada hari Rabu biasanya dilakukan tadarus Al-Qur'an. Tadarus dimulai sekitar pukul 7 pagi setelah bel masuk sekolah.

Al-Qur'an dibaca dari pusat microphone sekolah dan suara disebar melalui speaker ke seluruh kelas. Surat Al-Baqarah dibaca bersama di seluruh ruang kelas.

Kebetulan saat tadarus, Ayu sedang datang bulan sehingga dia tidak membaca Al-Qur'an bahkan menyentuhnya. Di tengah satu sekolah bertadarus, Ayu duduk di dekat jendela yang mengarah lapangan tengah.

Suatu ketika dia melihat ke arah jendela yang mengarah ke ruang musik itu. Ayu yang tadinya duduk, tiba-tiba berdiri sambil tetap melihat ke arah jendela itu. Saat berdiri matanya terlihat takut, dan raut wajahnya pucat seketika.

"Haahh! haahh!" Ayu berteriak dan nafasnya tak beraturan seperti melihat sesuatu yang menakutkan.

Satu kelas panik karena mendengar Ayu berteriak, seisi kelas melihat ke arahnya. Tak lama kemudian Ayu lemas seketika hingga terjatuh badannya. Dia bawa ke UKS, diangkat oleh beberapa orang.

Jam istirahat telah tiba pada pukul 9 pagi. Aku mampir ke UKS untuk mengecek kabarnya. Dia masih berbaring di tempat tidur UKS.

"Tadi kok kamu tiba-tiba shock gitu, ada apa Yu?"

"Aku nggak mau cerita, takut didatengin lagi."

Jawabannya sangat jelas, dan aku tau mau dibawa kemana arah pembicaraanya. Ternyata Ayu ini bisa melihat "makhluk" itu. Pantas saja tadi wajahnya takut dan pucat sekali, dia sedang diganggu.

Mulai kejadian itu, Ayu jadi lebih sering mengirim SMS ke aku. Dia butuh teman curhat tentang masalah yang dialaminya waktu hari Rabu itu.

💙💙💙

Beberapa hari setelah hari itu, kejadian itu terulang lagi dan lebih parah. Pertama Ayu shock seperti sebelumnya. Lantas diikuti oleh teman kelasku yang bernama Sekar.

"Haahh! haahh!" Mereka berdua berteriak dengan melihat ke arah yang sama yaitu ke arah ruang musik.

Mereka berdua berdiri dari tempat duduknya. Gesturnya seperti sedang dikejar sesuatu yang membuat mereka takut.

Ayu lari keluar kelas, sedangkan Sekar tidak bisa lari karena tiba-tiba kakinya tidak bisa digerakkan. Sebagian teman dekat Ayu, mengejar Ayu. Sekar yang masih di kelas menangis keras sekali, dan tak lama kemudian tubuhnya lemas.

Anak laki-laki termasuk aku, menggendong Sekar ke UKS untuk istirahat sambil berbaring di tempat tidur UKS.

Dia tidak lemas seluruh badan seperti Ayu, tetapi hanya kakinya saja yang tidak bisa digerakkan. Pasti bisa dibayangkan satu kelas paniknya seperti apa.

Malam harinya aku mengirim SMS ke Ayu untuk menanyakan kabarnya, apakah dia masih takut atau tidak. Aku mengirim SMS sama seperti biasanya, setelah waktu Maghrib.

Dipta : Met malem Yu.
Ayu : Met malem juga Dip.
Dipta : Gimana Yu? Masih diganggu?
Ayu : Aku takut banget ini Dip.
Dipta : Tak kasih list doa ya Yu, bentar.
Dipta : Al-Fatihah 1x, Al-Ikhlas 3x, Al-Falaq 1x, An-Nas 1x, habis itu Ayat Kursi.
Ayu : Dibaca habis sholat Dip?
Dipta : Iya Yu habis itu minta perlindungan sama Allah.
Dipta : Ini kamu juga tak bantu doa Yu.
Ayu : Makasih ya Dip.
Dipta : Iya Yu, masama.

Aku juga mengirim list doa itu ke Sekar.

Sekitar pukul 9 malam ku SMS Ayu.

Dipta : Udah dibaca to Yu?
Ayu : Udah Dip, tadi habis sholat.
Dipta : Udah agak mendingan to? Nggak degdegan lagi?
Ayu : Alhahamdulillah udah mendingan Dip.

Aku juga mengirim SMS yang sama ke Sekar. Responnya positif, dia menjadi lebih baikan.

Paginya di sekolah aku datangi Ayu dan ku ajak bicara tentang itu.

"Gimana Yu? Udah agak mendingan to sekarang? Udah nggak kayak kemarin-kemarin to?"

"Iya Dip, udah lebih mendingan." tersenyum sambil menatapku.

"Alhamdulillah kalo gitu Yu." aku pun tersenyum padanya.

Sebenarnya dia masih tetap melihat 'mereka' berkeliaran. Akan tetapi sekarang pembawaannya lebih tenang.

Walaupun sudah mendingan tapi di beberapa tempat sekitar kelasku, Ayu dan Sekar tetap was-was karena 'mereka' masih terlihat berkeliaran.

💙💙💙

Beberapa hari setelahnya, kelasku di pindah ke tempat kelas 7 ku dulu. Mungkin niat dari pihak sekolah untuk meredakan kejadian itu.

Sesaat pindah kelas itu, dia juga melihat salah satu penunggu sekolah. Meja Ayu berada di sebelah kanan mejaku. Dia melihat jendela yang menghadap ke parkiran sepeda.

"Diipp, itu lho Dip." matanya menunjuk ke arah parkiran.

Seketika dia hendak menangis karena takut. Dia menggeret kursinya ke dekatku dan memposisikan agar badanku yang sebagai perlindungan dari 'makhluk' itu.

"Oh itu, sini-sini Yu... Udah.. nggak papa." aku menenangkan dia.

"Eh Dan, liat itu nggak?", Ayu menanyai Aidan.

"Badannya kurus habis itu tinggi, matanya merah, iya to Yu?"

"Heem." 

Temanku yang bernama Aidan yang duduk di sebelahku juga melihat sosok itu dan memang benar makhluk itu kurus, tingginya 4 meter, matanya merah, dan giginya bertaring. Ayu yang polos dan baru pertama kali melihat yang seperti itu pasti sangat ketakutan.

Jika aku tak begitusayang dengan Ayu, mungkin aku tidak memperhatikannya sebanyak ini. Semua kulakukan karena aku sayang padanya.


💙💙💙💙💙

Oke, bagian ini agak klenik temen".. 😶

Jangan lupa kritik dan sarannya ya..

Vote dan komen juga.. 😁

Hadir Sejenak {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang