"Aryan!"
Aryan yang sedang menghafal untuk kuis nanti sore jadi menoleh pada sumber suara. Ternyata itu Prima yang datang bersama tas gitar di punggungnya.
Dahi Aryan mengerut melihat sosok Prima muncul di kantin FKG. Padahal biasanya paling takut datang ke sini entah karena apa.
"Yan masih ada kelas?" tanya Prima menarik kursi duduk di hadapan Aryan dan meletakkan tas gitarnya di lantai.
"Nanti jam empat, kenapa Teh?" tanya Aryan balik menutup buku yang dibacanya.
Beberapa orang di kantin diam-diam mencuri pandangan ke mereka berdua. Di fakultasnya, Aryan menjadi salah satu mahasiswa populer karena wajah tampan yang dimiliki. Tapi sayangnya cowok itu sulit untuk didekati.
Dan mereka kaget Aryan terlihat tidak terganggu sama sekali oleh cewek berambut sebahu itu.
"Anterin gue beli senar dong, Yan. Gue mutusin senar gitarnya Aji."
"Lho, sejak kapan lo belajar main gitar lagi?" tanya Aryan terkejut mendengarnya, pasalnya dia tahu Prima sudah menyerah belajar gitar setelah jari tangannya kapalan dan mati rasa.
"Ini adalah bagian dari usaha gue. Anterin gue, Yan, cuma lo doang nih yang kelihatan gabut di sini," kata Prima sambil memukul-mukul kecil permukaan meja, memasang ekspresi sok imut. Walau dalam hati geli setengah mati atas sikapnya sendiri.
"Teteh ngantuk ya? Gue kan lagi baca buku, bukan lagi gabut nggak jelas."
"Tapi lo nggak lagi kelas kan kayak yang lain."
"Yaa enggak sih." Aryan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Tapi gue lagi belajar buat kuis nanti sore."
"Kan nanti sore. Anterin gue nggak sampai satu jam kok, tokonya nggak jauh dari sini. Ayolah, anggap aja lo membalas kebaikan gue nyetrikain baju lo kemarin," paksa Prima mengungkit kebaikannya kemarin.
Ini nih yang bikin Aryan paling malas kalau anak kosan sudah membantunya, pasti bakal diungkit-ungkit ketika mereka butuh bantuan.
Bukannya pelit atau jahat dan tidak mau membantu, tapi masalahnya Aryan harus belajar. Sudah baca dari tadi saja belum banyak yang masuk ke otak. Perlu diulang beberapa kali sampai dia berhasil menguasai materi kuis.
"Please please please.... Aji mau pakai gitarnya buat kelas jam dua nanti."
Aryan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Lah sekarang jam satu."
"Nah makanya! Gue butuh lo buat nganterin."
"Aduh Teh, tapi gue mau belajar. Kuisnya susah dan dosennya galak."
Prima cemberut. "Lo gitu Yan, sama aja ngeselinnya kayak Haris. Awas aja lo."
Dengan setengah hati Prima bangkit menggendong tasnya lagi berjalan pergi dari kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Housemates
Teen FictionRumah itu bukan rumah biasa. Tersimpan banyak kisah dari para penghuninya. Disclaimer : semuanya hanya fiksi yang tidak ada hubungannya dengan realita sama sekali. Started : 10 Oktober 2020 End : 14 Januari 2021