Pertemuan

37 2 0
                                    

Aku Dita. Seorang gadis tak terlalu cantik dan introvert. Kesukaanku membaca dan menulis tentunya. Sekarang aku tingkat akhir di sebuah universitas negeri bagian barat Indonesia. Untuk statusku, sudah bisa ditebak. Betah menjomblo bertahun-tahun hehe.
Tetapi, ada seseorang yang membuatku bertahan untuk tak mencintai laki-laki lain lagi. Laki-laki yang selalu aku puja itu bernama Dimas.

Aku mencintainya tanpa pemberitahuan apapun pada dunia. Aku hanya sendiri menghadapi semua rasa yang terkadang begitu menyesakkan, bahkan sampai bulir lembut mataku ikut bertamu.

Semua ini memang tak adil untuk diriku, tapi aku tak punya banyak cara lain. Aku punya keterbatasan sebagai wanita. Biarlah aku menyimpannya, sampai aku temukan ujungnya nanti.

Sosok laki-laki yang membuatku jatuh cinta terlalu dalam itu adalah seseorang di masa lalu yang pernah membuatku kagum. Dia begitu menjadi idamanku sejak lama. Sikapnya yang lembut, tutur bahasanya begitu menyejukkan, kesederhanaan serta semua hal indah lainnya yang membuatku terpesona.

Bertahun-tahun aku kehilangan kabarnya setelah sama-sama lulus dari SMA. Kami sama-sama berjuang meraih mimpi di universitas masing-masing. Meskipun tak saling berkabar, di tahun-tahun itu tak pernah kehilangan hari bagiku untuk merawatnya di hatiku.

Miris memang, aku tetap menjaganya meskipun orangnya tak mengetahui sedikitpun. Aku menjaganya lewat doa. Aku terlalu jatuh hati.

****

Hari ini aku ada pertemuan keluarga besar untuk rapat pernikahan tanteku. Acara ini sudah sejak lama disepakati dan sekaligus untuk perayaan ulang tahun sepupu laki-lakiku. Sepupuku ini bernama Faza.

Dia seorang mahasiswa kedokteran, dan sekarang sedang menjalani coass di sebuah rumah sakit daerah asal kampusnya. Ketika melihat Faza, tentunya banyak gadis yang terpikat olehnya. Wajah tampan dengan kulit putih sudah melekat di ingatan tiap mengingat Faza.

Ketika aku sedang duduk di meja bundar besar berisikan semua keluargaku, tiba-tiba Faza yang sedang berulang tahun datang berdua dengan seorang laki-laki yang pastinya teman dekat Faza.

Tapi, sosok ini belum pernah aku kenal sebelumnya. Tubuhnya yang tinggi, kulit sawo matang dan berkacamata seolah menyiratkan dia anak yang cerdas bagiku. Dari caranya berjalan menghampiri kami, terlihat dia orang yang fokus dalam melakukan sesuatu.

Suara keluargaku berpadu menjadi satu untuk menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun tepat ketika Faza berdiri di depan kami semua. Suara yang tak semua bagus itu menggema di ruangan ditemani tepukan meriah dari setiap pemilik tangan.

Faza yang saat itu tak terlalu mengetahui akan diberi surprise, tampak begitu terharu. Faza diminta datang memang hanya untuk ikut berpartisipasi dalam rapat pernikahan tante kami.

Semua orang sibuk menyalami, berpelukan dan berfoto untuk mengenang hari lahirnya Faza. Tapi entah kenapa, aku teringat temannya Faza yang belum aku ketahui namanya itu.

Dan ternyata, saat aku melirik ke arahnya, laki-laki itu seperti sudah lama memandang ke arahku. Aku seketika melihat ke arah belakang dan sampingku, bisa saja yang dilirik bukan aku. Tapi, arah yang sama memang hanya aku sendiri. Pikiranku dibawa terbang entah kemana.

Ketika aku sibuk dengan pikiranku sendiri, tiba-tiba ada yang berdiri di sampingku. Dan suaranya terdengar jelas di telingaku.

"Hai. Kamu Dita ya?" Ucap laki-laki tanpa nama itu.

"Iya. Kenapa?" Tanyaku seadanya.

Dalam Diam Kita BertemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang