Donghan menyeka ujung mulutnya yang berdarah, suara tawa menyebalkan dari anak - anak kelasnya yang memukulinya terdengar dengan begitu jelas, tatap matanya mengarah pada sosok Yohan yang belum juga ikut pergi dengan teman - teman penindasnya.
"Apa yang kau lakukan Yohan? Ayo..."
Donghan masih menatap pada Yohan yang kemudian pergi setelah dirangkul oleh sang ketua genk yang tidak lain dan tidak bukan adalah kekasih Yohan sendiri - Jeon Jungkook, anak laki - laki dari pemilik yayasan yang super duper menyebalkan karena akan menindas siapa saja yang tidak disukainya. Dan Donghan yang menjadi korbannya, ia tidak bisa melawan, tidak bisa dengan anak buah Jungkook yang banyak itu. Donghan hanya bisa berharap semua ini segera berakhir.
@@@@@
"Kenapa kau tadi menatapnya?"
Yohan menolehkan kepala, menatap pada kekasihnya Jungkook yang ternyata menatapnya dengan begitu tajam, "Memastikan dia masih hidup saja karena kalian memukulinya terlalu keras."
"Kau peduli sekali padanya..." Jungkook melangkah mendekat, ia menjambak kasar rambut belakang Yohan hingga kepala Yohan mendengak kearahnya, "Ingat... kau itu milikku.."
"Aku hanya tidak mau kena masalah jika dia kenapa - kenapa," kata Yohan, "Kau enak karena punya banyak bekingan, sedangkan aku... atau kau akan mengorbankanku jika sampai terjadi apa - apa pada Donghan."
Jungkook melepaskan jambakannya, ia memeluk lembut pada tubuh Yohan dan tersenyum lebar, "Tentu saja tidak sayang... masa aku setega itu."
Yohan diam saja, dia tidak membalas ucapan Jungkook tetapi tidak melakukan apapun juga meski disisi lain dia juga tidak percaya dengan ucapan Jungkook.
@@@@@
Mata Donghan menyipit menatap curiga pada Yohan yang menyodorkan plester luka padanya.
"Tidak usah sok baik," kata Donghan.
"Lebih baik kau menurut saja pada Jungkook atau malah hanya akan jadi bulan - bulanannya terus seperti ini," kata Yohan.
"Oh.. jadi itu yang kau lakukan untuk mendapatkan keamanan, kau berpura - pura menurut pada Jungkook sialan itu," kata Donghan.
"Memang apalagi yang bisa aku lakukan, aku siswa beasiswa, jika aku melawan dan beasiswaku dicabut malah hanya akan merepotkan diri sendiri. Lebih baik seperti ini, toh hanya tinggal satu tahun lagi," Yohan meletakkan plester luka di dekat Donghan duduk.
"Aku takkan mau menjadi penjilat sepertimu," ucap Donghan.
"Tapi kau juga tidak punya kekuatan untuk melawan kan..." balas Yohan.
Donghan mendengus kesal, menatap kearah Yohan yang melangkah pergi dari hadapannya.
@@@@@
Suara tawa dari Jungkook dan kelompoknya benar - benar membuat Donghan merasa kesal dan tidak enak hati, ia melirik kearah mereka dan kekesalannya semakin bertambah saat melihat senyum palsu Yohan. Meski begitu, Yohan aman disana sementara Donghan....
Baru saja Donghan berhenti bermonolog dalam kepalanya, ia melihat nampan makanannya yang masih berisi banyak nasi dan lauk pauk di siram dengan cola dan juga susu. Kepalanya mendongak dan benar saja, siapa lagi kalau bukan anak buah Jungkook.
"Kenapa kau melotot padaku hah???" bentak salah satu anak buah Jungkook.
@@@@@
Yohan menatap kearah ribut - ribut dikantin yang tadinya damai, tentu saja anak buah Jungkook yang memulai duluan tapi siapa yang akan peduli memangnya jika mereka yang memulai duluan karena yang terpenting adalah sikap dari si tertindas. Yohan berharap Donghan untuk tidak bersikap berlebihan, tetapi ia salah besar Donghan malah berdiri tegak dan balas menantang anak buah Jungkook. Ia menghela nafas panjang ketika akhirnya melihat Donghan lagi - lagi dipukuli.
"Dasar bodoh..." ucap Jungkook yang justru merapatkan duduknya pada Yohan dan merangkulkan tangannya.
Yohan menatap kearah Jungkook, ia tersenyum lebar dan mengubur dalam - dalam keinginannya untuk menolong Donghan.
@@@@@
Donghan masih merintih kesakitan ketika ia melangkah menuju rumahnya, langkah kakinya terhenti saat melihat Yohan berdiri menyandar di tembok sembari menatap kearahnya.
"Mau apa kau?" tanya Donghan.
"Mau sampai kapan kau seperti ini terus?" Yohan balik bertanya, "Tubuhmu itu bisa - bisa rusak dan psikismu lama - lama akan kena juga, lebih baik berpura - pura ja..."
"Diam..." Donghan mendekat pada Yohan, menekan tubuh Yohan kearah tembok dengan lengan tangannya, "Aku sama sekali tidak butuh pendapat darimu itu... aku tidak butuh pendapat dari seorang penjilat."
"Dasar bodoh... kau bahkan tidak bisa menyadari betapa pedulinya aku hingga rela memberitahumu seperti ini terus menerus," Yohan berusaha memberontak, berusaha melepaskan diri dari Donghan yang anehnya malah tidak mau melepaskan tubuhnya sama sekali, "Lepaskan aku."
"Jika aku menyakitimu... apa Jungkook akan berhenti mengangguku?" tanya Donghan.
Yohan menatap tidak percaya kearah Donghan, ia mendadak begitu ketakutan saat melihat seringai diwajah Donghan. Dengan kekuatan yang lebih, Yohan mendorong tubuh Donghan dan pergi dengan terburu - buru dari hadapan Donghan, ia hanya ingin menolong tapi mengapa malah dirinya merasa dalam bahaya yang luar biasa besar.
@@@@@
Donghan benar - benar merasa dirinya telah kehilangan akal, tetapi dia tidak tahu lagi apa yang bisa ia lakukan. Donghan mencari kesempatan dimana Yohan seorang diri tanpa Jungkook dan teman - temannya itu dan ketika kesempatan datang padanya, ia langsung saja tanpa ragu - ragu menarik Yohan menuju toilet lantai 2yang berada diujung, yang jarang dikunjungi.
"Mau apa kau?? Lepas!!!" teriak Yohan yang benar - benar terkejut saat Donghan justru merobek pakaian seragamnya kasar, "Ya!!! Lepas!!!"
"Diam kau... diam.." Donghan menahan kaki Yohan yang bergerak - gerak liar dengan kakinya sendiri, ia benar - benar takkan melepaskan Yohan begitu saja, "Aku akan mengalahkan Jungkook dengan bantuanmu."
"Ya!! Sudah gila kau ha... aku ini sama sekali tidak berarti untuk Jungkook... kau mau berbuat apapun padaku dia hanya akan membuangku dan mencari yang lain," kata Yohan yang masih berusaha untuk melepaskan diri.
"Aku tahu... aku melihatnya menjambak rambutmu dengan kasar..." ucap Donghan dengan seringai lebarnya.
Yohan menatap kearah Donghan dengan tatap nanar, ia terkejut tetapi tidak begitu terkejut pula. Sebelum bibirnya bisa berkata sesuatu, ia
"Ya!!! Apa yang kau lakukan??"
Donghan menolehkan kepala, menatap pada Jungkook yang menerobos masuk dan menendang tubuhnya dengan keras hingga ia berguling jatuh menjauh dari Yohan.
"Yohan... kemarilah..."
Donghan melihat dengan jelas ketika Jungkook mengangkat tubuh Yohan dengan begitu lembut, menutupi tubuh Yohan dengan melepaskan jaketnya sendiri dan memeluk posesif pada tubuh Yohan.
"Dia mau menyentuhku... dia..."
Mata Donghan terbelalak tidak percaya kearah Yohan.
"Tenanglah.. kau sudah aman denganku," Jungkook memeluk erat pada tubuh Yohan, mengelus lembut pada kepala kekasihnya dan kemudian menatap pada teman - temannya, "Habisi sampah menjijikkan ini."
Tubuh Donghan membeku, ia benar - benar tidak menyangka jika Yohan akan bersikap seperti itu kepadanya. Meski didalam kepala Donghan berputar - putar banyak pertanyaan, kepalanya tidak bisa berfikir jernih ketika pukulan dan tendangan mengenai tubuhnya. Mungkinkah ia salah karena tidak mendengarkan Yohan. Mungkinkah dia sudah salah semenjak awal.
@@@@@
Yohan melangkah disamping Jungkook tanpa memperdulikan teriakan - teriakan kesakitan yang terdengar dari arah toilet, ia justru mendekatkan diri pada Jungkook, memeluk lengan kekar kekasihnya dan meletakkan kepalanya dengan manja.
"Sudah puas bermainnya chagi?" tanya Jungkook.
Yohan tersenyum lebar, ia menganggukkan kepala dan memberi hadiah sebuah ciuman lembut pada pipi Jungkook.
YOU ARE READING
Yaoi Oneshoot Series - Book 2
FanfictionWARNING!! TOLONG DIBACA LEBIH DULU!! Ini ff Yaoi alias boys love, alias gay story dengan berbagai macam pasangan yang pada umumnya tidak umum ditemukan di ff lain. Aku suka JiMir couple, Jiyoung alias bang GD dan Mir Mblaq. Kalau enggak suka couplen...