●●●
better if kalian listen to that playlist yang udah kutaro di wall because I want y'all to imagine Dejun swaying his ass on the balcony and Hendery saying move baby, move baby, I'm in love
●●●
jeffrose_'s present
●●●
"DIKHIANATI?"
Hendery bingung kenapa Dejun mengucapkannya seolah-olah pengkhianatan adalah sesuatu yang tidak pernah terjadi di sejarah hidup manusia. Alis-alis Dejun yang tebal dan cokelat tua menyatu, membuatnya begitu mencolok di bawah rambut platinumnya yang terang.
"Bukan berarti aku benar-benar dikhianati. Ini hanya prasangka saja," ujar Hendery meluruskan.
"Bukan begitu. Aku tidak mengerti," Dejun lalu memelankan suaranya, "tapi siapa yang mengkhianatimu?"
Angin berhembus dari arah barat, menyibak seluruh rambut platinum itu hingga kedua alis yang awalnya tersembunyi kini terlihat melintang dengan kokoh di atas mata yang ujungnya seolah memiliki garis tarik ke atas, seperti mata kucing.
Hendery senang melihat mata kucing itu. Terlebih lagi ketika kelopaknya menutup sesekali, memamerkan helai-helai yang panjangnya dapat menyentuh kantung mata dibawahnya.
"Tentu saja temanku," kata Hendery ringan. "Aku sudah menjelaskannya padamu tadi."
"Kau tidak berminat menjelaskan siapa temanmu itu padaku?" tanya Dejun mencoba peruntungan.
"Tidak."
Dejun memajukan bibirnya seperti anak kecil yang tidak diperkenankan membuka bungkus hadiah ulang tahunnya sebelum pesta selesai. Hendery mati-matian menahan geli karena itu. Ia lalu menegakkan tubuh dan merapikan kemejanya.
"Sudah kubilang aku ini terlalu banyak bicara," katanya. "Keadaan akan jauh lebih baik apabila kita saling menjauh, Dejun."
Laki-laki yang bersurai gelap kemudian lagi-lagi meninggalkan kawannya yang menyimpan berjuta pertanyaan dibalik surai terangnya.
●●●
Jeno membenarkan posisi kruknya dengan gigih. Tulang-tulang di ketiaknya sedang berjuang dengan keras sekarang. Laki-laki itu bisa membayangkan betapa besar otot tangan kanannya nanti setelah beberapa hari membantunya berjalan.
Kendati hari kian menggelap, Maria Russel masih seramai biasanya, terlebih lagi di geladak terbuka ini. Pasangan-pasangan lansia adalah komunitas yang banyak mendominasi. Para wanita bercengkerama dengan anting dan batu cincin sebesar buah berry yang keemasan, sementara sang suami berdiri di belakang istrinya dengan wajah congkak dan sikap yang menjaga jarak.
Sebagai orang yang terbiasa memerhatikan dan mengamati segala sesuatu, Jeno berhasil menemukan sosok muda Park Chanyeol dan Joy Park diantara para lansia itu.
Park Chanyeol berdiri dengan setelan mahal buatan Italia berwarna biru laguna. Tegap dan tampan. Pria itu sedang berbicara dengan nuansa resmi bersama seorang pria lain yang setengah botak dan jauh lebih pendek ketimbang dirinya sendiri. Pria setengah botak itu juga sama mahalnya seperti Park Chanyeol. Mungkinㅡdan Jeno yakin sekaliㅡmereka sedang membicarakan bisnis.
KAMU SEDANG MEMBACA
High By The Beach ● HenXiao ●
Фанфик[Completed] Lights, camera, acción Xiao Dejun bingung. Ia selama ini yakin telah menikah dengan wanita baik-baik ㅡmeskipun ia tahu istrinya sama sekali tidak mencintainya, tapi itu bukan masalah, ia pun menikahi wanita berusia 40 itu semata-mata kar...