Pagi Hari-

4.2K 434 43
                                    

Sunwoo yang habis Jaga Malam lagi ketiduran dinurse station. Belum terkumpul semua nyawa padahal bentar lagi waktunya follow up pasien.

Dan tepukan Felix tidak juga membuahkan hasil.

"Nu— heh bangun. Lu katanya tar lagi ada follow up. Kena marah dokteck Mati lu"

Melihat tak digubris. Felix memikirkan cara lain. Yang kebetulan Eric baru datang di ujung lorong.

"Ric—"

Berjalan santai Eric mendekat. "Apa?"

"Gak bisa dibangunin" Tunjuk Felix pada Sunwoo yang makin mengeratkan jas karena pagi ini Hawa dingin disertai Hujan.

"Sebentar. Gampang mah, gini doang"

Dan Eric berpindah. Pada sisi sebelah kanan Sunwoo menunduk sedikit mendekatkan bibir pada telinga Sunwoo.

"Nu, Dokter Tecky manggil katanya kasus kamu di Cancel"

Jeng jeng—

Sunwoo bangkit. Berdiri tegak. Mengahadap Eric dan Felix bergantian dengan mata merah. Kemudian menggoyang goyangkan tubuh Eric dengan cepat.

"Kata siapa? Bentar lagi loh di Oke— in"

"Makanya, sudah cepat follow up sana sebelum jadi kenyataan" Toyor Eric pada kepala Sunwoo kemudian meninggalkan kawan kawannya itu berjalan ke bagian Obsterti diujung yang lain bagunan Rumah sakit.

"Jangan lupa makan pagi" teriak Eric agak kencang kemudian dadah dadah. Mumpung Rumah sakit pagi ini masih sepi.

"Cuci muka dulu lu" kata Felix berjalan meninggalkan Sunwoo yang sibuk menata Berkas.

"Elahh bareng dong lix"

Jaemin sama Renjun kali ini. Kebetulan banget ketepatan jam yang sama pas mau jaga Poli.

"Kemaren kenapa jaem, Jeno lihat lo habis dari ruangan pasien, terus mata lo bengkak banget?"

Jaemin yang lagi nyetir mobil pun mulai melambatkan kendaraan seraya bercerita.

"Kemaren gue meriksa anak gadis remaja kalau gak salah usianya 16 tahun— meningoencephalitis" jeda Jaemin.

Renjun masih mengamati.

"Gue ada disana saat salah seorang keluarganya manggil karena gadis itu kejang. Gue segera ngecek apa benar itu kejang"

Jaemin menarik nafas kemudian melanjutkan.

"Pas gue samperin, kejangnya udah berhenti. Terus bagian tubuh sebelah kirinya kayak bergerak tapi tuh dalam frekuensi kecil, gak sampai menghentak, terus sampai 1 menit berhenti lagi"

"Apa benar itu kejang?" Tanya Renjun.

"Gue pastikan lagi ke Residen kan. Terus nyuruh gue untuk mengecek tanda vital. Tensinya 80/50 dengan perfusi pucat. Denyut nadi meningkat. Pasien ini syok. Akhirnya segera diposisikan syok, kemudian dipasang infus lagi jadi double line gitu"

"Gimana berhasil?"

Kata Jaemin lagi "Setelah digerojok cairan, denyut nadi mulai kuat. Namun nafasnya tinggal sepenggal-penggal. Alat bantu napas udah disiapkan. Akhirnya diputuskan untuk KIE keluarga pasien yang jaga, mengatakan bahwa saat ini kondisinya kritis, harap banyak berdoa. Kalaupun akhirnya memang meninggal, karena menurut Tuhan itulah yang terbaik"

Renjun menambahkan "pasti Karena jika sembuh pun, kemungkinan besar akan cacat karena sel otaknya sudah banyak yang rusak yaa?"

Jaemin mengangguk atas pernyataan Renjun.
"Tiba-tiba pasien tersebut gak bernapas. Diberi napas buatan serta dipijat jantung. Dia gak kembali"

Medical Top TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang