8. Switched Souls

5.4K 741 8
                                    

Tidak ada yang mustahil di dalam dunia ini. Semua akan terjadi, jika Tuhan sudah menghendaki.
 
-Sandy Antonio.

 
Di sebuah kantor polisi, Sandy tengah di pintai keterangan oleh pihak berwajib. Kantor polisi ini sungguh sangat mencengkam. Aroma para nara pidana tercium sangat jelas. Sandy sangat takut, jika dirinya akan menjadi bagian dari mereka. Aish, semoga saja tidak.

“Coba jelaskan kronologinya seperti apa?” tanya polisi itu sangat tegas.
 
Sandy menghela nafasnya dalam-dalam, ia mencoba menetralkan deru nafasnya. Gugup, itulah yang di rasakannya saat ini. Tapi Sandy mencoba berusaha senetral mungkin. Dengan bismillah, Sandy langsung memberikan sebuah penjelasan tanpa ada kata-kata yang di reka sama sekali.
 
“Waktu saya lagi menyetir, tiba-tiba saja di depan mobil saya ada seseorang yang memakai topeng dan mendorong gadis itu ke depan mobil saya. Hingga saya membanting setir untuk menghindar. Namun, karena jaraknya yang sangat dekat dengan mobil saya, gadis itu akhirnya tertabrak oleh mobil saya, Pak. Dan saya juga menabrak trotoar di sana, karena saya membanting setir tadi.” Sandy mencoba menjelaskan tanpa ada unsur yang di buat-buat.
 
“Baik, keterangan Anda akan saya proses,” ucap polisi itu.
 
“Tolong jangan tahan dia, Pak. Karena ini bukan kesalahannya. Jika seseorang itu tidak berusaha mencelakakan gadis itu, mungkin kecelakaan ini tidak akan pernah terjadi,” bela Bisma pada pihak berwajib.
 
“Saya tidak akan menahan beliau, Pak. Saya akan terus menelusuri kasus ini. Jika di cerna, sepertinya ini kasus tentang percobaan pembunuhan. Tapi tetap, Nak Sandy harus melakukan wajib lapor setiap minggunya, sebelum kasus ini di nyatakan terungkap,” jelas polisi tersebut.
 
“Tolong cari orang yang bertopeng itu, Pak. Karena ulah dia, anak saya juga menjadi korban di sini,” omong Bisma. Kalau orang itu tidak mencelakai gadis itu, mungkin kecelakaan ini tidak akan menimpa pada putrinya. Tetapi, semua ini memang sudah di tentukan oleh Tuhan. Kita tidak bisa mencegah apa yang sudah Tuhan garisi.
 
“Baik, saya akan proses kasus ini. Tapi, apa nak Sandy bisa menceritakan ciri-ciri sang pelaku itu?”
 
Sandy mengangguk. Ia mencoba menceritakan ciri-ciri orang tersebut. Setiap penjelasan dari Sandy, polisi tersebut langsung menggambar sebuah sketsa tentang ciri-ciri orang tersebut. Dengan lihai, polisi itu bisa menyimak dan jari-jarinya mulai menari. Polisi itu memahami semua penjelasan Sandy. Hingga semua laporan itu ia terima, dan akan di proses segera mungkin.
 
“Saya akan proses kasus ini segera mungkin. Jika saya membutuhkan bantuan Nak Sandy, saya akan menghubungi Anda.”
 
“Baik, Pak, terima kasih. Saya permisi dulu,” ucap Bisma dan Sandy lalu meninggalkan kantor polisi tersebut.
 
Sandy dan Bisma meninggalkan kantor polisi itu. Tujuannya sekarang adalah menuju rumah sakit lagi. Mereka ingin mengetahui perkembangan kondisi Asyilla dan gadis itu seperti apa. Mereka berharap, Asyilla dan gadis itu akan segera sadar.
 
****
 
Saat sampai di rumah sakit, Sandy melihat Kayra, Noval, dan juga Andre. Kayra terus menangis, dan menggenggam erat tangan Asyilla. Kayra sangat berharap, Asyilla dapat membukakan matanya kembali. Agar ia mampu menyunggingkan senyumannya yang menjadi favoritnya.
 
“Kalian ada di sini?” tanya Sandy dan duduk di samping Andre.
 
Andre mengangguk. “Gue ke sini pakai taxi tadi. Kita udah minta izin kok, sama pihak sekolah. Rencananya, pihak sekolah akan segera melihat kondisi Asyilla setelah campping selesai. Lo tahu ‘kan, pihak sekolah gak mungkin membubarkan campping itu begitu saja,” jelas Andre pada Sandy.
 
“Oh ya, San, kenapa lo sama Asyilla bisa kecelakaan?” tanya Noval sangat penasaran.
 
Sandy menunduk dalam. Ingatan kecelakaan itu kembali berputar. Saat di mana, ia dan juga Asyilla begitu sangat syok ketika melihat seseorang yang mencoba mendorong gadis itu ke depan mobilnya. Setiap teringat kejadian itu, hati Sandy merasakan sangat sakit yang amat mendalam.
 
“Ceritanya panjang. Ya intinya, gue mencoba menghindar dari seseorang, agar mobil gue tidak menabrak dia. Tapi tetap, jaraknya yang sangat dekat, membuat gue harus menabrak seseorang itu dan membanting setir hingga gue harus menabrak trotoar,” jelas Sandy pada teman-temannya. “Namun satu yang gak bisa gue maafkan tentang kecelakaan itu, akibat kecelakaan itu Asyilla harus koma seperti ini.”
 
Kayra mencoba mendekati Sandy. Ia duduk di samping laki-laki itu. “Apa ada harapan untuk Asyilla kembali siuman, San?” Kayra bertanya lirih. Bahkan, isak tangisnya begitu sangat kuat. “Gue gak mau kehilangan Asyilla, Sandy. Gue gak mau.”
 
Intan yang melihat Kayra yang terus menangis pilu, wanita paruh baya itu mencoba menghampiri dan memeluk Kayra sangat erat. Keduanya sama-sama menangis, bahkan Kayra semakin mengencangkan tangisannya.
 
“Kamu harus yakin, bahwa Asyilla bisa melewati masa komanya, dan bisa kembali di tengah-tengah kita,” ujar Intan pada Kayra, sahabat putrinya. “Tante minta doa sama kamu, agar Tuhan memberikan keajaiban untuk Asyilla.”
 
“Kay sayang sama Asyilla, Tante. Kay gak mau kehilangan, Asyilla.” Kayra menangis di pelukan Intan. “Kayra selalu berdoa mengenai kesembuhan Asyilla. Kay yakin, Tuhan tidak pernah tidur. Tuhan akan mengabulkan doa-doa kita.” Kayra meleraikan pelukannya, dan menyeka air matanya.
 
Sementara Ani, ia mencoba sedikit bertanya pada putranya. “Bagaimana di kantor polisi tadi, Sandy?”
 
“Polisi akan memproses kasus kecelakaan ini, Bunda. Tapi Bunda jangan khawatir, polisi tidak menahan Sandy. Karena kasus ini murni ke tidak sengajaan,” jawab Sandy membuat Ani bernafas lega.
 
Namun, harapan mereka hanya satu untuk saat ini. Berharap kesembuhan Asyilla, dan bisa melihat senyuman Asyilla kembali. Sakitnya Asyilla sekarang, menjadi boomerang ke hancuran untuk mereka. Bahkan, mereka semua tampak sedih tentang keadaan Asyilla yang seperti ini.
 
*****
 
Waktu terus berputar sangat cepat. Sudah hari ke tiga, namun Asyilla dan gadis itu masih setia dalam tidur panjangnya. Bayang-bayang kehilangan semakin menghantui mereka, apa lagi dengan kedua orang tua Asyilla. Mereka takut Asyilla akan meninggalkan mereka.
 
Sementara itu, Sandy tengah menjaga gadis itu di dalam ruangannya, karena Bisma yang menyuruhnya. Karena sampai detik ini, mereka belum juga menemukan pihak keluarga gadis itu. Sungguh, begitu malang nasib gadis itu.
 
Di sebuah kursi sofa, Sandy merebahkan tubuhnya dan terlelap tidur di sana. Batinnya sekarang sangat merasakan lelah. Karena terlalu banyak masalah yang harus ia urusi mengenai kecelakaan yang di timpanya.
 
Dari arah sebelah kiri, di sebuah brankarnya. Gadis itu mulai mengerjapkan matanya perlahan. Pandangannya sedikit kabur namun mencoba menetralkannya. Ketika akan bangun dari tempatnya, gadis itu malah meringis kesakitan di bagian kepalanya.
 
“Awww!” Gadis itu meringis, satu tangannya mencoba memegang kepalanya yang sedikit sangat sakit.
 
Sandy yang mendengar suara rintihan itu langsung terbangun dari tidurnya. Matanya langsung menoleh ke arah brankar. Dan betapa terkejutnya, gadis itu tiba-tiba saja sadar dari komanya. Membuat Sandy bernafas lega, dan menghampiri gadis itu.
 
“Syukurlah, lo udah siuman. Gue bener-bener bisa bernafas sedikit lega.” Sandy menarik kursinya, dan duduk di samping brankar gadis itu.
 
“Gue di mana, San? Kenapa gue ada di sini? Kenapa kepala gue rasanya sakit banget. Sebenarnya apa yang sudah kita alami?” Gadis itu melontarkan beberapa deretan pertanyaan. Sandy mengerutkan dahinya bingung. Mengapa gadis itu mengetahui namanya? Karena sebelumnya, Sandy tidak pernah bertemu dengan dia.
 
“Kok lo tahu nama gue? Sebelumnya, kita itu gak pernah ketemu 'kan?”
 
Gadis itu ikut terheran, bagaimana mungkin Sandy tidak mengenali dirinya? Jelas-jelas, keduanya saling kenal satu sama lain. Mengingat, bahwa mereka adalah sahabat sejak kecil.
 
“Gak pernah ketemu gimana? Kita itu sahabatan dari kecil, San. Lo lupa sama gue? Kalau lo lupa, biarkan gue memperkenalkan diri gue kembali,” ucap gadis itu yang masih terbaring di brankarnya. “Kenalin, nama gue Asyilla Maharani Carolline. Gadis cantik, pujaan semua orang.”
 
Sandy memijit pelipisnya sedikit bingung. “Lo gila, ya? Asyilla itu masih terbaring koma di ruangannya. Oh ... atau jangan-jangan, lo itu penjahat yang mau menguras duit gue, karena gue sudah menabrak lo ‘kan? Ngaku aja deh, lo!”
 
Asyilla sangat syok. Mana mungkin tubuhnya koma? Jelas-jelas, ia sudah sadar dalam tidur panjangnya. Dan kini, ia ada di depan laki-laki itu. Bagaimana mungkin Sandy tidak mengenalinya?
 
“Gue Asyilla, Sandy. Gue Sisil sahabat lo! Lo yang suka kentutin gue, lo yang suka ngabisin makanan gue, dan lo juga yang udah ngasih tahu kalau Noval itu sudah selingkuh di belakang gue! Dan yang paling gue tahu, lo punya tompel di pantat.” Lagi-lagi gadis itu mencoba meyakinkan Sandy. Bagaimana mungkin Sandy tidak mengenali dirinya. Sahabat macam apa dia?
 
Pernyataan yang dilontarkan gadis itu semuanya benar. Apa mungkin, dia benar-benar Asyilla? Tapi, lihatlah, raganya jelas sangat berbeda.
 
“Lo lihat wajah lo sendiri, deh.” Sandy memberikan ponselnya yang sudah terletak kamera di sana, hingga gadis itu menerimanya.
 
Gadis itu sangat terkejut, saat melihat pantulan wajahnya yang berbeda. Ia terus meraba wajahnya. Mulai dari mata, hidung, bahkan bibirnya. Tidak, ini bukan wajah dirinya. Hingga ia mencoba memastikan kembali, dan melihat ke arah tangannya yang terlihat putih namun sangat kering.
 
“Sandy, gue kenapa? Ini bukan wajah gue, San. Kenapa gue ada di tubuh orang lain? Ini gak mungkin, ini gak mungkin terjadi!” Gadis itu histeris, ia meruang sangat keras, tidak percaya apa yang sudah terjadi pada dirinya.
 
“Lo tenang dulu, Sil. Sepertinya, jiwa lo tertukar sama gadis yang gue tabrak itu.” Pertuturan dari Sandy membuat Asyilla menggeleng kepalanya tidak percaya. “Jiwa lo hibernasi ke tubuh orang lain.”
 
“Yang bener itu transmigrasi, San. Bukan hibernasi! Aaa ... sekarang gue harus gimana? Gak mungkin gue menjalankan hidup di tubuh orang lain? Gak lucu, Sandy,” rengek Asyilla yang sudah kebingungan.
 
“Makanya, lo kalau nyasar itu gunain Google map biar gak salah masuk ke tubuh orang lain,” imbuh Sandy pada Asyilla. “Tapi otak lo masih aman ‘kan, Sil? Otak lo gak ikutan tertukar ‘kan, ya?”
 
“Otak gue aman, San, tapi kayaknya sedikit miring, deh. Ah ... udahlah, masalah otak gue mah gak penting, masih bisa di service. Yang jadi pertanyaannya, tubuh gue sekarang di mana?” tanya Asyilla.
 
Jika Asyilla tahu dirinya akan nyasar ke tubuh orang lain. Mungkin dirinya sudah mempersiapkan GPS dari jauh-jauh hari. Ah, ini sungguh di luar dugaan. Mengapa Tuhan menukarkan jiwanya dengan orang lain?
 
“Tubuh lo sekarang masih koma,” ucap Sandy memberitahu.
 
“A-apa?”
 
Tbc!

Switched Souls - Asyilla & Atta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang