"Mark, sini!"
"Tangkap aku, Papaaa!"
Taeyong meringis gemas sambil meletakkan Sungchan di lantai kamar mandi. Mark berlarian keluar kamar mandi tanpa handuk. Selalu begini.
"Nah dapat!" Taeyong berhasil merebut Mark.
"Ehehehe." Mark memainkan rambut pink Taeyong, pasrah digendong.
"Mark, dengar. Hari ini kita mau belanja. Mark bisa beli cokelat nanti." Taeyong membawa Mark ke kamar.
"Sungguhan, Pa?" Mark berbinar.
Taeyong mengangguk. "Makanya, pakai baju dulu."
Mark merebut baju yang hendak dipakaikan Taeyong. "Ya sudah sana, Papa. Cepat mandikan Sungchan. Biar cepat."
Bola mata Taeyong berputar. "Dipakai ya bajunya."
"Ya masa aku ke toko telanjang." gantian Mark yang memutar bola mata.
Taeyong tertohok. Darimana anaknya belajar itu semua?
Taeyong tidak ingin memikirkan itu sekarang. Dia memilih berlari mengambil Sungchan yang nyaris memasukkan sikat lantai ke mulutnya. Bayi itu hampir menangis kalau saja Taeyong tidak buru-buru memandikan Sungchan.
Sekarang Taeyong yang ingin menangis. Sungguh melelahkan mengasuh kedua anak sendirian.
"Nah, tampan." Taeyong mengangkat Sungchan dari bathtub. Sekarang dia pergi ke kamar untuk memakaikan Sungchan baju dan mengecek Mark. "Astaga!"
"Hai, Papa! Aku sudah oke?"
Mark menghadap Taeyong. Wajahnya belepotan bedak bubuk Taeyong dan kuas bekas blusher masih ada di tangan Mark. Taeyong meletakkan Sungchan lagi di lantai sambil bersimpuh. "Mark sedang apa?"
"Mau seperti Papa. Biar keren." jawab Mark polos.
Taeyong melongo, meskipun sebelah tangannya tetap terlatih untuk mengambil brush yang akan dimakan Sungchan. "No, Sungchan."
"How, Papa?" Mark menaik turunkan alisnya.
Astaga, tolong ingatkan Taeyong anaknya ini bahkan belum masuk sekolah dasar!