Bab 20. Mengulang Masa Lalu

73 19 0
                                    

Beberapa hari setelah kepergian Sarah, pasangan Ali-Karin berjumpa dengan pasangan Angga-Widi di tepi danau rumah kotak.

"Jadi, ternyata Pak Dheng itu bokaplu. Hmm, pantes dia selalu ada buat elu. Terus, kenapa dia baru ngasih tahu elu kemarin?" tanya Ali pada Angga.

"Gue cerita dulu, ya. Pak Dheng dan seorang anak pembantu di rumahnya pernah saling jatuh cinta. Tentu aja, ibunya Pak Dheng enggak merestui hubungan mereka karena perbedaan status sosial. Ternyata, Pak Dheng tetap melangsungkan pernikahan dengan perempuan yang dicintainya. Saat istrinya mengandung, Pak Dheng mendapat panggilan untuk menjadi dosen di Amerika. Sayangnya, ia belum bisa mengajak istrinya ke sana. Akhirnya, gue lahir. Malangnya, ibu gue pergi untuk selama-lamanya meninggalkan bayinya. Ibunya Pak Dheng pun membayar orang enggak dikenal untuk ngebuang gue. Jadi, setelah itu, beliau juga juga enggak tahu lagi keberadaan gue. Alhamdulillah, bokapnya Sarah nemuin gue di panti asuhannya dan ngebesarin gue," ujar Angga.

"Kejadian itu bikin Pak Dheng terobsesi dengan mesin waktu?" tanya Ali.

"Beliau enggak pernah terobsesi dengan mesin waktu, apalagi berencana mengubah takdir. Batu hitam itu yang menyingkap rahasia dirinya pada Pak Dheng, lalu beliau memanfaatkannya untuk mencari keberadaan gue," jawab Angga.

"Oh, gue paham. Pantes Pak Dheng selalu ada dalam perjalanan hiduplu. Waktu kita masih SMP, kita berdua selalu diajak ke rumah Pak Dheng," ujar Ali.

"Di kampus, Pak Dheng juga deket banget sama Angga," tambah Widi.

"Sebetulnya, sejak gue masih balita," sahut Angga.

"Oke, pertanyaannya, kenapa dia baru ngasih tahu elu kemarin?" tanya Ali.

"Pertanyaan ini juga gue tanya. Beliau bilang, malam ini mau datang bersama istrinya untuk ngejelasin alasannya," sahut Angga.

Widi terkejut. "Semua orang di kampus, tahunya Pak Dheng udah lama hidup sendiri. Ternyata Pak Dheng udah nikah lagi?"

Ali tersenyum. "Kayaknya, jawabannya udah jelas. Pak Dheng udah nikah lagi, entah sejak kapan, sayangnya beliau belum ngasih tahu ke istrinya kalo udah punya anak."

"Atau sebaliknya, Angga kan dibuang sejak bayi. Menurut Pak Dheng, mungkin Angga yang belum siap kenalan dengan keluarga barunya."

Angga tertawa. "Semua pertanyaan yang sama juga udah ditanyakan. Jawaban Pak Dheng, sabar, ya. Besok malam, insya Allah, saya akan datang bersama istri saya. Nanti kalian pasti paham. Tolong undang Ali dan Karin juga, untuk bertemu di rumah kotak."

"Inikan sebetulnya urusan keluarga, kenapa Aku dan Al, juga diundang Pak Dheng, ya?" tanya Karin.

"Nah, itu dia, Pak Dheng dan istrinya," tunjuk Widi.

Pak Dheng dan istrinya terlihat berjalan dari kejauhan. Semakin dekat wajah istri Pak Dheng terlihat semakin jelas.

Angga, Ali dan Karin sangat heran. Wajah istri Pak Dheng mirip Sarah, tetapi usianya sebaya dengan Pak Dheng. Ali, Karin dan Angga saling berpandangan karena bingung.

"Assalamualaikum. Kenalkan, ini istri saya, Salma. Kami sudah menikah sejak kami masih seusia kalian. Maaf, Salma adalah nama lain istri saya, saat berada di tahun yang tidak seharusnya," ujar Pak Dheng.

"Sarah!" teriak Karin.

Karin memeluk Ibu Salma. Keduanya menangis.

"Jangan sedih Karin. Alhamdulillah aku baik-baik aja," sahut Ibu Salma.

Angga dan Ali ikut memeluk Ibu Salma.

"Kamu yang bikin perjalanan hidupku jadi menantang. Makasih, Al," ujar Ibu Salma pada Ali.

Al Kahfi Land 3 - DelusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang