I. PROLOGUE

11 2 0
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Karangan yang aku buat adalah murni hasil dari kerja keras ku sendiri. Tidak ada unsur plagiarisme, jiplak menjiplak, atau pun sebagainya.

Warning; Di beberapa part ada sedikit adegan dewasa  yang kemungkinan besar gak semua umur bisa membaca, so be smart guys :)

—00—

Seokjin adalah tempat favorit Moon Jinae, ketika dirinya merasa lelah, kesal, sedih, bahkan bahagia dalam waktu bersamaan. Bagi Seokjin pula, Jinae itu adalah candu terindahnya.

Apapun yang Jinae lakukan pasti akan terasa sangat indah bagi Seokjin. Jinae itu permatanya Seokjin, gadis itu sangatlah berharga baginya, bahkan sekalipun nyawa yang jadi taruhannya Seokjin ikhlas, demi sang terkasih.

"Kak Seokjin sudah bangun?"

Di pagi hari yang cerah, Jinae yang tengah berkutat di dapur apartemen Seokjin dikagetkan dengan tangan kekar pria tersebut yang secara tiba-tiba memeluknya dari belakang. Seokjin itu memang penuh kejutan, dan Jinae sangat menyukai hal tersebut.

Yang ditanya masih dalam keadaan setengah sadar, wajahnya sengaja disembunyikan didalam ceruk leher gadis tersebut. Dan, wangi stroberi segar Jinae adalah wangi favorit Seokjin.

Seokjin kini berusaha mengumpulkan nyawa sebanyak mungkin, ia tersenyum sayu dan membalas, "Sudah, sayang. Tapi, rasanya aku tidak ingin pulang." Semakin mengeratkan pelukannya, Seokjin membalikkan tubuh gadis itu hingga menjadi berada dihadapannya. "Aku tidak ingin jauh darimu, sungguh."

Pun Jinae menghentikan aktivitasnya, dan membalas pelukan Seokjin begitu hangat. Ia tahu Seokjin tidak ingin jauh darinya tetapi teringat pada satu kenyataan, Jinae benar-benar ditampar keras pada kenyataan tersebut.

"Aku juga tidak ingin jauh dari Kak Seokjin. Tapi—" Jinae berusaha menguatkan diri, menahan diri agar tidak menumpahkan setitik air mata ke atas permukaan wajahnya. Namun, sekuat apapun Jinae berusaha, nyatanya Seokjin berhasil meruntuhkan pertahanan gadis itu.

"Kau tau, Ji." Wajah Seokjin memerah, kedua irisnya berbicara, mengatakan jikalau dirinya sedang tidak baik-baik saja, "Aku sangat mencintaimu— jauh sebelum orang tua kita saling mengenal." Lagi, Seokjin kembali memeluk Jinae, bak barang berharga, Seokjin sama sekali tak ingin melepas Jinae.

"Aku menyesal, saat itu memperkenalkan Ayahku pada Ibumu." Seokjin terisak, berusaha sebisa mungkin menstabilkan kondisi pernafasannya, dan kembali menyatakan segala penyesalan, "Dan, lebih bodohnya lagi, aku bilang pada mereka jika kita hanya berteman. Maaf— maafkan aku, Ji. Tidak bisa menjadi pria yang baik."

Jinae tahu, rasanya sangat pahit, bahkan menyesakkan ketika kau yang akan baru membuka lembaran baru justru terhalang dengan keadaan. Bahkan keadaan tersebut malah membuatmu semakin merasa serba salah. Antara melepaskan atau menetap, Seokjin dan Jinae sama-sama tidak bisa menentukan.

Posisi mereka sama-sama berada di arus yang cukup kencang, sehingga membuat keyakinan dihati mereka bak terombang-ambing.

Seokjin tahu, ia pernah menyatakan hal yang salah, tetapi Jinae menerima dan tidak banyak protes. Namun, disatu sisi, Jinae yang ingin mereka tetap utuh malah dihancurkan oleh realita.

Kini Jinae melepas pelukan Seokjin. Untuk pertama kalinya dalam sejarah setelah bangun tidur; Seokjin menangis sampai lupa mandi dan sarapan. Konyol tapi begitulah adanya. "Kak Seokjin, jangan cengeng, ya. Aku tahu ini berat untuk kita jalani, tapi Tuhan punya rencana indah dibalik ini semua." Menangkup wajah bantal prianya, Jinae mengecup sekilas bibir plump pria muda itu dan melanjutkan, "Kak Seokjin percaya, kan, jika rencana Tuhan itu selalu indah? Kita sebagai umatnya hanya mampu menjalani. Aku yakin, selagi kita mampu, pasti akan ada keajaiban dibalik ini semua."

Jinae berusaha menghibur, meski memang gadis itu tidak percaya jika Seokjin akan terhibur dan tidak mudah larut dalam kesedihan, namun pada akhirnya, pria pemilik marga Kim tersebut kembali tersenyum meski ada secercah rasa bersalah dalam dirinya.

Selama Jinae bersabda, selama itu pula Seokjin berpikir lebih jernih lagi.

Kini senyum pria tersebut terbit kembali, dan Jinae dapat bernafas lega.

"Kau tahu, Ji. Kau selalu saja berhasil mengembalikan senyum ku dengan caramu yang unik."

Tawa Jinae meledak kala itu, menertawakan wajah polos Seokjin yang baru saja jujur tentang Jinae.

"Kok ketawa?" Mengerutkan dahi sedalam mungkin, Seokjin cukup terheran-heran.

Namun Jinae tak menggubris, ia lantas melempar selembar handuk putih pada Seokjin, "Mandilah, Kak. Sudah hampir siang, nanti terlambat ke kampus." Mendekatkan wajahnya pada wajah pria tersebut dan berceletuk, "Jangan sampai gelar Dosen sempurna tercoreng hanya karena kau datang terlambat."

"Dasar, nona Moon. Kau mengejekku barusan." Celoteh Seokjin dan pada akhirnya mau tak mau harus meninggalkan gadis itu untuk sementara.

"Oh, iya, buatkan sarapan pagi yang enak, ya, sayangku."

Jinae hanya mampu menggelengkan kepala, tak habis pikir. Beberapa menit yang lalu Seokjin menangis, beberapa menit kemudian pria itu bisa kembali menjadi Seokjin yang sebenarnya.

Gadis itu kembali berkutat dengan alat dapur, mulai memotong beberapa potong daging ayam untuk diolah menjadi santapan pagi.

Tetapi, lagi-lagi langkahnya terhenti manakala ponsel kesayangannya berbunyi, menandakan ada sebuah pesan masuk. Sampai ketika pesan tersebut terbaca, mood Jinae justru semakin memburuk, lebih buruk ketika ia melihat Seokjin mesra dengan anak didiknya dikampus.

Rasa-rasanya ingin sekali ia membanting ponsel kesayangannya tersebut, saat pesan yang ia baca berisi perintah semaunya.

Ibu;
Jinae-ya, pulanglah! Calon ayah akan berkunjung ke rumah malam ini.

[]

Annyeong, adakah yang masih melek?
Duhh, pusing deh yang satu masih on going sekarang nerbitin lagi cerita baru 🤣🤣 but, enjoy guys! mau baca yang mana aja bebas, ya, free. Gak usah dibaca juga gwenchana hehe.

Dengan segala kerandoman mood ku, aku nyatakan FEELING resmi debut tanggal 12 Oktober 2020 yuppp😍😍

Mohon maap baru prolog doang ni, e tapi jangan emosi dulu yaaa baru pemanasan ni hihiwww

*Mau debutin tgl 13 biar pas sama b'day Jimin tapi takut jamuran 🤧🤧 ya udah deh sekarang aja yakk hehe.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Big luv,

Vijin istri sahnya mas ganteng🐹

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang