47. Si Raja Gombal

793 108 6
                                    

Hari libur seperti ini dimanfaatkan untuk bersantai-santai di rumah. Tapi, jika benar-benar tidak keluar rumah juga sangat membosankan. Belum lagi sore nanti di rumahnya akan ada acara arisan sang ibu. Seandainya saja sang paman dan sahabatnya belum pindah rumah, mungkin ia sudah mengungsi.

Yoona menatap layar LED berukuran 32 inci itu yang sedang menampilkan sebuah tayangan video dari YouTube. Saat ini ia sedang menonton videonya sendiri yang baru di-upload tiga jam. Anehnya, melihat dirinya yang sedang menikmati jjajangmyeon dan topokki, membuatnya sukses menelan ludah.

"Ck, jadi pengen makan itu lagi. Pasti ini yang dirasain sama mereka yang suka nonton video mukbang," celoteh Yoona dengan tangan kanan yang tak berhenti mengambil keripik kentang dari dalam toples di pangkuannya.

"Neng Yoona, ada temennya di luar," ucap Bi Odah yang baru saja tiba di ruang keluarga di mana Yoona berada.

"Temen?" tanya Yoona seraya berpikir.

"Iya, Neng. Katanya mau nganterin roti pesenannya Mami. Dia udah Bibi suruh masuk ke dalem, tapi gak mau, Neng."

"Oh... ya udah, Bi. Kalo gitu aku keluar dulu. Makasih, ya." Yoona meletakkan toples di atas meja tanpa menutupnya, lalu bangkit berdiri dan bergegas untuk menemui sosok yang sudah ia ketahui.

"Assalamu'alaikum, Yoon," ucap Dimas begitu melihat sosok yang ditunggunya baru saja keluar dari rumah tersebut.

"Wa'alaikumussalam," jawab Yoona. "Eh, kenapa gak masuk ke dalem aja sih, Dim? Udah kayak orang lain aja."

"Kirain aku kamu gak ada di rumah. Kan gak enak juga, Yoon," jawab Dimas.

"Oh... jadi mau ketemu sama aku nih?" tanya Yoona, mulai menggoda Dimas.

"Yeh... jangan mulai deh. Ini aku cuma mau nganterin roti goreng pesenannya Mami kamu, bukan mau ketemu sama anaknya," timpal Dimas, terkekeh kecil.

"Iya, iya. Aku juga cuma bercanda sih," ujar Yoona, mencebikan bibirnya sebal.

Dimas pun hanya tertawa kecil melihat hal tersebut. "Acaranya belum dimulai, kan? Aku takut terlambat. Soalnya tadi itu tumben banget jalanan rame sampe macet segala," jelasnya, menyodorkan dua kantong plastik besar yang masing-masingnya berisi seratus bungkus roti.

Yoona pun mencoba mengambil alih kantong plastik tersebut, namun tak lama kemudian kembali diletakkan ke lantai begitu sadar jika itu cukup berat.

"Kenapa, Yoon? Berat?" tanya Dimas yang dibalas anggukan oleh Yoona. Ia hendak mengambil kembali kantong plastik tersebut, namun ditahan oleh Yoona. "Aku bantuin bawa ke dalem."

"Gak usah. Nanti biar Mang Udin aja yang bawain ke dalem," ucap Yoona.

"Oh... ya udah." Dimas pun kembali meletakkan kedua kantong plastik tersebut di lantai teras rumah itu.

"Udah dibayar belum sama Mami?"

"Udah, kok. Bahkan begitu mesen roti goreng, Mami kamu langsung bayar."

Yoona hanya mengangguk paham, lalu melangkah menghampiri pos satpam. "Pak, tolong bawain roti ke dalem, ya."

"Oh, siap, Neng." Pak Udin langsung bergegas untuk membawa sekaligus kedua kantong plastik tersebut, tapi ternyata cukup berat juga. "Satu-satu dulu ya, Neng bawanya. Berat juga."

"Satunya biar aku aja yang bawa ke dalem," ujar Dimas, tanpa menunggu respon dari Yoona, ia membawa satu kantong plastik lainnya ke dalam.

"Si Dimas malah repot-repot," gumam Yoona, lalu menyusul masuk ke dalam.

Semua roti-roti itu dibawa ke halaman belakang di mana acara arisan ibunya akan berlangsung dalam satu jam lagi.

"Assalamu'alaikum, Tante."

Presiden Jomblo (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang