9. A Mysterious Call

205 21 1
                                    

I feel the cold all around my body, it makes me open my eyes. Cahaya matahari menembus jendela membuat kamar Harry menjadi terang. Tapi diluar sana sedang turun salju-salju halus, pantas saja aku merasa kedinginan. Bagian sebelah kasur kosong, Harry tidak ada disini.

Aku menarik selimut untuk menghalangi udara dingin dan menatap dinding kamar Harry. Wow, I actually sleep on Harry’s bed.. Is there any chance that he likes me back? Hmm, I hope. Aku ingin bicara dengan Gemma, menanyakan saran-saran kepadanya. Aku membayangkan reaksi Gemma bila aku bilang kalau aku menyukai Harry, it will be precious. Oh phone, why did you died.

Harry keluar dari kamar mandi dan sedikit kaget saat melihatku sudah bangun.

“Morning, sleep well?” katanya sambil tersenyum.

”Morning, and yes, I did sleep well.” jawabku membalas senyumannya.

“Good. Should we have a breakfast?” tanya Harry sambil berdiri di ujung kasur.

Aku menggeleng, “you go. I’m gonna stay here.” kataku sambil menarik selimut lebih dekat. “blame your over-comfort bed.” Lanjutku tersenyum lebar.

Harry mengerutkan dahinya, “you’re not gonna stay here,” katanya sambil menyeringai.

“Oh really? Make me.” I said and Harry looks amused to hear my challenge.

“You gotta be careful of your words, Miss Campbell.” Kata Harry dengan cepat menarik selimutnya dari badanku. The cold suddenly wrap my skin. Harry menarik kakiku dan seluruh tubuhku terseret ke ujung kasur.

“Harry, don’t!” aku berteriak sambil tertawa, mencoba untuk pergi dari pegangannya.

“Ha! I got you!” kata Harry menyeringai lebar. Kakiku sudah jatuh ke lantai tapi tubuhku masih terbaring di atas kasur, I laugh too much I feel so weak. Harry memegang kedua tanganku dan menahannya di setiap sisi kepalaku.

Dia mencondongkan tubuhnya kebawah sehingga wajah kami saling bertemu. Nafasku tidak teratur and I feel so exposed to him. Kami saling menatap dalam diam selama beberapa detik.

“Should I carry you downstairs?” tanya Harry pelan, his deep voice makes me shiver.

Aku tidak melepaskan mataku dari matanya, “I can walk.” Kataku.

Harry melihatku, amused. “I’m sure you can.” Kata Harry lalu melepaskan pegangannya. Aku berdiri dan mencoba mengatur nafasku agar kembali normal.

Harry hanya berdiri sambil melihatku. Okay.. this is odd. What should I do? Aku memutuskan untuk keluar dari kamar Harry dan turun kebawah. Harry berjalan tepat di belakangku, I can feel his eyes roaming my back. Why is he doing this to me?! Bagaimana pula dia bisa berganti ‘peran’ dari playfull Harry ke intimidating Harry. He makes me dizzy. Aku segera mempercepat langkahku dan pergi ke dapur.

“What are we gonna eat?” tanyaku untuk memecahkan keheningan.

Harry pursing his pink lips sambil berpikir. MAN HE’S CUTER THAN 101 PUPPIES IN DALMATIAN MOVIE. “what do you want to eat?” tanya Harry balik. Oh, his intimidating eyes are gone.

Moodku seketika naik, “Mm, a pancake would be nice.”

“Right! A pancake it is!” kata Harry semangat lalu membuka kulkas dan melihat isinya. Dia terdiam lalu melihatku, “do you know what should we have to cook a pancake?” tanya Harry ragu dan aku tertawa. He could be so silly sometimes.

“I can cook a pancake.” Kataku dengan bangga.

Harry mendengus tidak percaya, “No, I’m not gonna let you burn the pancake.” Kata Harry berdiri lalu mengambil hpnya.

Sweet EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang