"Papa harus mengizinkan kami minum dari gelas kaca." Jaemin bertolak pinggang.
Jaehyun menurunkan gelas anggurnya. Anggur baru yang dikirimkan padanya kali ini memiliki after taste yang berbeda. Jaehyun harus merekomendasikan ini ke restoran.
"Kenapa harus gelas kaca? Kalian bahkan masih sering menumpahkan sereal dari mangkuk Pororo." Jaehyun memandang lurus sepasang putra kembarnya.
"Karena kami sudah jadi big boys!" seru Jeno.
"Kata siapa?" tantang Jaehyun.
"Kata bu guru!" Jaemin menambahkan serius.
"Tapi Papa belum lihat tuh." Jaehyun menyesap anggurnya sekali lagi. "Buktikan."
"Oke!" Jaemin berjalan ke arah Jaehyun. Telunjuknya mengarah ke wajah Jaehyun. Sambil menatap ayahnya serius, Jaemin bersungguh-sungguh. "Berikan kami waktu. Kami akan membuktikannya!"
Jaemin dan Jeno serempak keluar dari ruang baca Jaehyun. Jaehyun membiarkan mereka sebelum mencoba mengintip. Jaehyun tersenyum kecil.
Jaemin dan Jeno bahu membahu membersihkan kamar, ruang bermain, dan ruang baju mereka. Jaemin menjadi tumpuan Jeno saat saudaranya itu menyimpan buku di rak yang tinggi, Jeno buru-buru menutup Jaemin ketika nyaris bersin karena debu, dan mereka berdua melipat baju yang berserakan.
"My Boys." Jaehyun menghilang ke dapur.
Selepas kepergian Jaehyun, Jaemin dan Jeno menata mainan-mainanya. Jeno yang kelelahan menyandarkan punggung di punggung Jaemin. Dia sudah lelah.
Jaemin menguatkan dirinya untuk menata leggo milik mereka. "Ayo, Jeno. Kita harus minum dari gelas kaca."
"Minum dari keran saja deh." Jeno menunjuk wastafel di kamar mandi yang terbuka.
Jaemin memukul pelan kepala Jeno. "Ayo, Jenooooo."
Meski sambil malas-malasan, Jeno tetap membereskan barang-barang mereka. Setelah itu mereka membersihkan lantai menggunakan vacuum cleaner. Mereka sampai tidak dengar Jaehyun memanggil.
Jaemin dan Jeno kaget saat mesinnya mati. Jaehyun berdiri di depan pintu sambil memegang ujung kabel. "Ke bawah dulu sebentar."
"Belum selesai." kata Jaemin.
"Ke bawah dulu sebentar." kata Jaehyun.
Jaemin mengekori Jeno. Jeno mengikuti ayahnya. Jeno berjingkrak senang ketika melihat hamparan makanan. Malah Jaemin yang kesal.
"Sengaja kan supaya kerjaan kami tidak selesai?" Jaemin menuduh Jaehyun.
"Ih. Kok gitu?" Jaehyun tidak terima. "Itu loh lihat. Untuk kalian."
"Halah. Bohong." Jaemin tidak percaya. "Papa kan belum lihat hasil pekerjaan kami."
"Jaemin berisik nih. Makan saja ayo." Jeno menarik Jaemin ke tikar piknik.
"Sebentar ya ada yang ketinggalan." Jaehyun pergi ke dapur.
"Kok kamu begitu sih?" Jaemin bersungut-sungut.
"Lapar tahu." ucap Jeno.
"Big Boys!"
Jaemin dan Jeno menoleh. Mata mereka langsung berbinar. Bukan pada jus jeruk, namun 3 gelas kaca di nampan. Jeno dan Jaemin melompat senang.
"Yeay!"
Jaehyun menuangkan jus jeruk untuk kembarnya. Sengaja diisi setengah supaya tidak berat. Jaemin merengut lagi. Katanya dia sudah besar. Harusnya penuh.
"Cheers!" Jaemin dan Jeno mempertemukan gelas mereka. "Woo!"
Jantung Jaehyun nyaris copot. Beruntung hanya isinya yang tumpah. Gelasnya tidak jatuh.
Ya...meskipun itu mengorbankan karpet bulu favoritnya.