Chapter 19

357 38 51
                                    

🥀HAPPY READING'S🥀

.
.
.
.

Daniel Alexander

Daniel Alexander

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Lo udah lama nunggu ya. Duh, maaf abis dari toilet." Ucap Ranty yang kini sudah berdiri bersama Ranty.

Mereka berdua menoleh.

Deg.

Mata Dinda membulat melihat Rayn.

Begitu pun Daniel yang terkejut melihat cowok brengsek yang sudah membuat—Dinda seperti ini.

Bahkan Rayn sama terkejutnya  melihat Dinda—perempuan yang selalu ada dipikirannya.

Apa semua ini kebetulan?

***

"Ngapain lo disini brengsek." Daniel mendaratkan satu pukulan pada perut Rayn—Bahkan sepupunya berteriak ia mengabaikan, ia melampiaskan semua kemarahan yang sudah menggebu. Dinda yang melihat Daniel terus memukuli Rayn berlari dan memeluk tubuhnya.

"Berhenti." Bisik Dinda makin mengeratkan pelukannya.

Pelukan Dinda mampu meredam semua emosinya. Ia berusaha mengendalikan dirinya. 'Tahan emosi lo Daniel.' Batinnya.

Ranty membatu Rayn untuk bangun—ia melihat bibir kekasihnya yang terluka dan ini perbuatan sepupunya sendiri. Sebenarnya apa yang membuat Daniel bertingkah seperti ini?

Apa mereka saling mengenal?

Dan kenapa Daniel mengatai Rayn brengsek?

Sebenarnya ada apa ini?

Kenapa ia berada di pihak yang tidak tahu apa-apa. "Lo apa-apaan si, pake mukulin pacar gue. Lo ada masalah apa sama dia." Teriak Ranty pada Daniel.

Sedangkan Rayn membeku menatap Dinda yang berada dipelukan Daniel—dan sialnya hatinya sesak melihatnya. Bahkan ia bisa melihat perut Dinda yang sudah membuncit, rasanya ia ingin memeluk Dinda dan menyingkirkan Daniel.

Ranty menatap Rayn yang sedang menatap mereka dengan tatapan sendu. "Rayn kamu mengenal sepupu aku." Ujar Ranty.

Deg.

What sepupu?

Mata Rayn membulat mendengar ucapan Ranty.

Kenapa Ranty tidak bilang dari awal?

Kenapa dia baru bilang disituasi serumit ini?

Sialan.

"Apa lo anjing liat-liat calon istri gue. Nyesel lo." Ujar Daniel terpancing emosi ketika ia melihat Rayn terus menatap Dinda.

'calon istri, sialan lo. Dia lagi hamil anak gue.' Batin Rayn—ingin sekali membalas pukulan Daniel tapi waktunya untuk sekarang tidak tepat mungkin lain kali ia akan membalas perlakuan Daniel.

"Nggak boleh berkata kasar." Ucap Dinda memegang tangan Daniel.

"Kendalikan emosi kamu. Awalnya aku juga kaget dengan pertemuan ini tapi mungkin semua sudah takdirnya dan jalannya seperti ini—dipertemuakan kembali dengan keadaan aku yang mulai membaik karena ada kamu." Ucap Dinda pelan.

"Iya Bumil." Ucap Daniel sambil mengelus perut buncit itu.

Dinda tersenyum—ia mulai mengambil nafas panjang sebelum berhadapan dengan seseorang yang dulu ia cintai.

"Perkenalan aku Dinda Kirana. Calon istri Daniel Alexander." Ucap Dinda.

Ranty tersenyum dan menyambut uluran tangan Dinda. "Aku Ranty Maria sepupu Daniel Alexander." Ucap Ranty tersenyum lebar. "Oh, iya dan ini Rayn Wijaya—pacar aku sekaligus calon suami." Ucap Ranty memperkenalkannya pada Dinda.

Sedangkan Dinda hanya tersenyum tipis dan menyambut uluran tangan Rayn singkat.

"Bumil, duduk ya. Kakinya pegelkan." Daniel menarik kursi untuk Dinda sedangkan Ranty terkejut mendengar sebutan 'Bumil'

"Kamu hamil?" Tanya Ranty pada Dinda.

"Iya. Aku hamil." Ucap Dinda jujur tidak mungkin ia menutupinya.

Ranty menatap Daniel tak menyangka jika dia akan segera menjadi ayah.

"Uh, sepupu aku mau jadi ayah nih." Goda Ranty.

'Gue ayahnya bukan si Daniel.' Batin Rayn—kesal sekali rasanya.

Rayn mengepalkan satu tangannya ketika perhatian Daniel pada Dinda seakan mengganggunya bahkan tangan itu terus saja mengelus perut buncit itu, ingin sekali ia berada diposisi Daniel.

Jengah sekali rasanya melihat tawa Dinda yang lebar karena Daniel bukan dirinya.

Rayn tidak sadar bahwa Ranty memperhatikan lelaki itu yang sedari tadi fokus pada calon istri sepupunya.

Sebenarnya apa hubungan Rayn pada Dinda?

Kenapa Rayn sedari tadi memperhatikan raut tidak suka ketika Daniel terus memperhatikan Dinda.

Ranty bertekad akan mencari tau sendiri—agar ia mengerti apa arti tatapan itu.

***

"Kamu kenapa?" Tanya Dinda pada Daniel yang sedari tadi cemberut.

Mereka sudah pulang dari cafe dan sekarang mereka berada dirumah Dinda.

"Aku nggak suka sama si brengsek itu yang terus natap kamu." Ucap Daniel benar-benar kesal. Jika tidak ada Dinda dan Ranty ia yakinkan dia akan babak belur karena nya. Ia jago dalam latihan bela diri karena waktu disekolah SMA dulu ia pernah mengikuti ekskul taekwondo bahkan ia sempat menjadi juara 1 selama dua kali berturut-turut. Maka ia sangat sangat bisa melumpuhkan Rayn dengan beberapa pulukuan miliknya.

Dinda tertawa kecil—ternyata Daniel cemburu. "Kamu cemburu ya?" Ujar Dinda.

"Ya jelas aku cemburu tau nggak." Daniel menangkap kedua pipi Dinda dengan kedua tangannya.

"Aku cemburu sangat." Bisik Daniel pelan—Dinda bisa merasakan nafas karena dia terus mendekat kearahnya. Ia hanya bisa terdiam ketika bibir Daniel sudah berada dibibir miliknya—ini pertama kalinya Daniel mencium bibirnya. Ia hanya memejamkan matanya sambil meremas kemeja milik Daniel.

Daniel menciumnya dengan penuh kelembutan.

Daniel menyudahi ciumannya. Ia langsung memeluk tubuh Dinda.

"Aku takut. Kamu bakal ninggalin aku dan milih Rayn." Ucap Daniel dengan penuh ketakutan.

Dinda membalas pelukan hangat Daniel—ia tak bisa menjanjikan apa pun karena ia takut ia tidak bisa memenuhi janjinya.

***

TBC!

Rabu—28 Oktober 2O2O

..

Segini dulu ya😊

Nanti dilanjut lagi❤️

 Sleep FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang