"ᴀꜱ ꜱʜᴇ ʀᴇᴀᴅ, ɪ ꜰᴇʟʟ ɪɴ ʟᴏᴠᴇ ᴛʜᴇ ᴡᴀʏ ʏᴏᴜ ꜰᴀʟʟ ᴀꜱʟᴇᴇᴘ: ꜱʟᴏᴡʟʏ, ᴀɴᴅ ᴛʜᴇɴ ᴀʟʟ ᴀᴛ ᴏɴᴄᴇ"•••
Evanescent
Seperti biasanya, Livia dan Naya pasti selalu bareng kalo lagi istirahat. Apalagi semenjak Livia dan Luna diem-dieman karena masalah kemarin, jadi Livia cuma ditemenin Dara, Chika, dan Naya.
Livia sedih, lihat Linda, Luna dan teman-temannya yang lain mulai perlahan ngejauh dari dia. Padahal dulu akrab banget.
"Napa lu bengong?" sahut Naya tiba-tiba.
Livia cuma geleng-geleng kepala dan lanjutin makan lagi. Sedangkan di sisi lain Naya udah curiga kalo Livia lagi dijauhin sama geng nya Linda.
"Kalo ada masalah bilang, jangan di pendem Liv" ucap Naya.
"Maaf Nay, gue gak bisa ceritainnya sekarang" jawab Livia.
Naya tersenyum dan ngelus punggung Livia, "It's okay, Liv. Gue maklumin kok" terang Naya.
"Yaudah, kita balikin mangkok yuk ke kantin. Punya lo udah abis kan?" tanya Naya.
"Udah nih, kuy" jawab Livia.
Mereka berdua akhirnya ke kantin buat mulangin mangkok-mangkok kosong.
Saat sampai di kantin Livia agak ngelirik-lirik dikit ke kursi yang biasa Jeno dudukin, tapi karena suasanya rame banget jadi Livia gak bisa lihat karena terus ke dorong orang lain.
"Lia!"
Livia sontak menengok ke arah orang yang baru aja manggil namanya, dan itu ternyata Jeno yang udah senyum sambil jalan ke arah dia.
"Udah selesai makannya?" tanya Jeno.
"Udah, kamu?"
Jeno mengangguk, "Udah kok, Lia ikut aku sebentar ya?" ucap Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
Teen FictionJika ada kesempatan, ia--seorang gadis manis hanya ingin melihat sekali lagi bagaimana caranya 'dia' tersenyum untuk terakhir kali. Credit cover by: @hunyoel