MaLAm

2 1 0
                                    

Pulang ke rumah sekitar jam 8 mungkin belum terlalu larut bagi sebagian orang. Begitu juga denganku. Namun, malam ini aku berada pada posisi seorang siswa yang sudah sangat kelelahan.

Aku melangkah gontai menuju jalan rumahku yang sepi. Sebelumnya,aku bukanlah termasuk orang yang pengecut jika harus melewati jalan sseperti ini pada malam hari. Aku sudah biasa. Tapi, sejak malam itu juga, mungkin akan menjadi malam yang tak terlupakan dalam hidupku.

Kenapa aku harus pulang begitu lama? Sepulang sekolah, temanku mengajakku dengan alasan mengerjakan tugas bersama-sama. Aku pun menganggapnya ide yang bagus dan memutuskan untuk ikut. Tapi bukannya seperti yang diharapkan, kami malah nongkrong di cafe dekat rumahnya. Jadilah aku yang pulang terlalu lama karena mesti berjalan dari sana menuju rumahku.

Sampai di depan pintu, aku mengetuk pintu. Dan ternyata tak ada jawaban. Orangtuaku memang pekerja kantoran yang selalu pulang malam juga. Ternyata mereka masih belum pulang. Aku pun merogoh saku tasku dan mengambil kunci rumah cadangan yang selalu ku bawa untuk berjaga jika keadaan seperti ini.

Suasana dalam rumah begitu gelap. Hingga aku harus meraba-raba saklar lampu di dinding ruang tamu untuk penerangan prtama. Saat aku tau dimana seharusnya saklar itu berada, aku mengerutkan dahi,  bingung. Disana tidak ada saklar lampunya. Lalu dimana? Aku sedikit kesal.
Mungkin aku sudah terlampau lelah, sehingga aku langsung saja menuju kamarku sambil mengulurkan tangan kedepan untuk meraba sekitar. Karena aku benar" tak dapt melihat apapun.

Aku menemukan pintu kamar dan langsung menempelkan tanganku di dinding dekat pintu, karena memang di sana saklar lampu kamar berada. Namun aku seketika menjerit dan menarik kembali tanganku. Aku tak mendapati saklar itu, malah merasakan ada tangan lain yang sedang menyentuh saklar itu juga. Aku begitu syok dan hampir mnangis. Aku perlahan mundur ke belakang. Jantungku berdegub kencang sekali. Aku memegangi tanganku yang barusan menyentuh 'sesuatu' apapun itu. Aku pun menangis tak tahu berbuat apa. Aku terduduk di sudut ruang tengah. Tak pernah ada kejadian ini sebelumnya. Aku begitu takut untuk beranjak untuk memastikan hal itu lagi. Aku hanya bisa meringkuk dan terus berdoa.

Tiba-tiba seberkas cahaya menyinari mataku yang tertutup dan mulai sembab. Aku tau itu lampu kamarku, yang kini malah menyala. Dan sebelum tangisku kembali pecah, ibuku berdiri disana dengan posisi tangannya masih menyentuh saklar. Ia tersenyum melihatku. Aku pun lega, ternyata ibu sudah pulang. Tumben sekali, batinku. Aku langsung saja menghampirinya. Aku katakan padanya bahwa itu tadi sangat mengejutkanku. Aku tak tau bagaimana syoknya aku. Ibu kembali hanya tersenyum melihat ekspresiku yang sedikit kesal karenanya. Lalu Ia menyuruhku mandi dan siap-siap makan malam. Aku menurutinya.

Selesai mandi badanku terasa segar dan semua lelah seperti terangkat begitu saja. Aku tak melihat ibu dimanapun. Kemana perginya Ibu? Aku memanggil-manggilnya namun tak ada jawaban. Aku kembali dihinggapi perasaan takut dan cemas.
Saat itu juga ponselku berdering tanda pesan masuk.

Aku terbelalak saat tau itu adalah pesan dari ibu. Aku lebih terkejut saat membaca isi pesannya. Seketika tubuhku lemas dan jantungku seperti berhenti berdetak. Ibu berkata bahwa ia sudah menyiapkan makanan lebih, karena malam ini ibu akan pulang lebih larut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WhateverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang