Bab 21. Kisah Dari Seorang Sahabat

114 20 0
                                    

Setahun kemudian Dheng yang sebaya dengan Angga mengantar Sarah pulang menemui para sahabatnya di tepi danau hutan pinus.

Ali, Karin, Angga dan Widi siap mendengar cerita Sarah.

"Alhamdulillah, waktu itu Fahri berhasil menyelamatkan aku dan Dea dari ancaman Steve di Amerika. Masih inget, kan? Aku juga sempet telpon Al dan Karin, sebelum sampai di bandara. Nah, begini ceritanya ....."

*****

Sarah baru saja mengakhiri pembicaraannya dengan Karin dan Ali. Mobil Fahri berhenti mendadak karena mobil lain sengaja menghalangi jalan, sehingga ponsel Sarah terlempar jatuh entah kemana.

Fahri cepat mengambil pistol. Ia curiga mendapat rintangan lagi dari orang suruhan Steve.

"Sarah, Dea, sembunyi. Kalau situasi memungkinkan, segera lari, cari mobil lain untuk ke bandara, jangan sampai kalian telat naik pesawat!" perintah Fahri.

Seseorang menggunakan tutup kepala hitam menghampiri dan menodong pistol pada Fahri yang juga sudah menodong orang itu.

Sarah dan Dea lari sambil menunduk, mereka pun menghilang dari pandangan Fahri.

Orang yang menghalangi Fahri membuka tutup kepalanya. Ternyata dia adalah Fahri yang lain.

Kedua Fahri tetap saling menodongkan senjata.

"Gue datang buat cegah kalian naik pesawat," ujar Fahri penghalang.

"Sori. Gue belum tahu, di masa depan, gue tetap jadi orang baik atau enggak," ujar Fahri penyelamat.

Fahri penghadang tertawa."Terus lu mau nembak gue? Berarti lu bakal tahu dari sekarang, bahwa umurlu enggak panjang."

"Lu juga berani nembak gue? Tembak aja! Gue enggak mungkin mati, buktinya lu ada di depan gue. Mending lu minggir, sebelum kita kehilangan jejak Sarah."

"Fahri. Pesawat yang bakal dinaikin Sarah bakal jatuh."

Dor!

Fahri penyelamat menembak kaki Fahri penghadang. Untungnya Fahri penghadang sudah tahu, sehingga ia sudah menghindar bersembunyi di balik mobil.

"Siapa yang suruh lu dateng?" teriak Fahri penyelamat."

"Sarah sendiri! Ups ...."

Fahri penyelamat berteriak lagi. "Takdir enggak bisa berubah. Mau naik pesawat, mau jalan kaki, kalo lu bener, Sarah bakal aman-aman aja. Buktinya Sarah masih hidup. Lu kenal dirilu sendiri, kan? Kita enggak pernah mau gagal jalanin tugas. Gue harus mengantar Sarah pulang sampai ke Jakarta. Minggir!"

Dor! Dor! Dor!

"Haduh, mau ngomong apa aja, takdirnya emang harus ngadepin manusia kepala batu itu." keluh Fahri penghadang sambil menghindari arah tembakan yang ia sudah tahu.

Fahri penyelamat meninggalkan Fahri penghadang untuk mencari Sarah dan Dea yang sudah menghilang. Fahri penghadang mengejarnya.

"Huffh! Nyesel gue pernah sekeras kepala ini, jadi ngalemin bertarung sama diri sendiri dua kali deh," omel Fahri penghadang sambil mengejar Fahri penyelamat.

Sarah dan Dea sudah jauh dan berbeda arah pula dari kedua Fahri yang mencarinya.

Sarah menyetop mobil. Mobil itu berhenti. Seorang pemuda yang berada di dalam membuka kaca.

Mbak Sarah yakin, kita naik mobil orang yang enggak kita kenal?" tanya Dea.

Sarah memandangi isi mobil orang itu. Banyak buku-buku akademis, peci dan sajadah kecil.

"Kita enggak punya pilihan. Kelihatannya dia orang baik-baik," ujar Sarah.

"Masya Allah, kalian orang indonesia? Saya juga. Kenalkan, nama saya Dheng Dwara. Saya ini seorang dosen, Insya Allah, amanah," ujar Dheng sambil membuka pintu.

Sarah dan Dea masuk ke dalam mobil Dheng.

"Terima kasih, Mas. Nama saya Sarah. Kami lagi dikejar sama pembunuh bayaran. Tolong antar kami ke airport."

"Orang yang ngejar kalian udah tahu tujuan kalian?" tanya Dheng.

Sarah mengangguk.

"Saya kuatir, pembunuh itu sudah menunggu di sana. Tenang, insya Allah saya bisa mengantar kalian pulang ke Indonesia tanpa harus melewati bandara," ujar Dheng.

TAMAT 


TAMAT

Penulis, Indra W

Al Kahfi Land 3 - DelusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang