"Papa ingin kamu menikah,"ucapan itu berasal dari pria paruh baya yang tengah menatap lurus pada laki-laki muda yang duduk dibelakang meja kerjanya.
Sabas——laki-laki muda itu, membalas tatapan Papanya dengan tajam. Apa-apaan ini? Papanya tiba-tiba datang dan memintanya untuk menikah.
"Tidak."
Jawaban yang singkat, padat, dan jelas dari Sabas sudah cukup membuat Gerald—— Papanya Sabas, mengerti jika putranya itu menolak permintaannya barusan.
Gerald mendekati Sabas. "Papa mohon."pinta Gerald menatap teduh Sabas. Sementara Sabas menarik nafas panjang melihat Papanya bersikap seperti ini. Ia terlihat seperti anak yang kurang ajar sampai membuat Papanya sendiri memohon padanya.
"Papa kenapa tiba-tiba seperti ini?" tanya Sabas mencoba bersabar. Ayolah apa Papanya pikir menikah itu semudah membalikkan telapak tangan?
"Papa hanya ingin melihat kamu menikah. Memangnya salah?"ucap Gerald. "Usia kamu juga sudah matang untuk menikah,"
Sabas memalingkan wajahnya kesamping. "Sabas tidak akan menikah,"
"Kenapa, Sabas ? Karena masalah itu lagi?"Sabas tidak menjawab. Itu artinya benar. "Tidak semuanya sama, Sab. Kamu tidak boleh menyamaratakan semuanya 'jahat' hanya karena satu orang,"
Sabas tetap diam. Dibawah meja tangannya terkepal kuat menahan gejolak didadanya. Ia benci ketika membahas masalah seperti ini, karena hanya membuka luka lama yang tidak ingin ia ingat. Dan sialnya ia tidak bisa melupakan masalalu itu.
"Papa sudah menemukan wanita yang tepat untuk kamu."yang Gerald katakan menarik perhatian Sabas. Laki-laki itu menatap tajam Papanya.
"Sabas sudah bilang kalau Sabas tidak mau, Pa."suara Sabas meninggi. Kenapa Papanya tidak mengerti juga?
"Papa mohon sama kamu untuk kali ini aja jangan keras kepala."ujar Gerald. "Apa perlu Papa sujud didepan kamu supaya kamu tidak menolak?"
"Pa...!"
"Papa tidak mungkin memilihkan wanita yang nggak baik untuk mendampingi kamu."
Sabas memijit pangkal hidungnya. Rasanya kepalanya hampir pecah karena hal ini. Ia pikir Papanya akan mengerti jika dirinya tidak akan mau membina rumah tangga, nyatanya pria itu memiliki banyak cara untuk membujuknya. Dan sepertinya ia tidak akan bisa menolak permintaan orang yang paling berharga dalam hidupnya.
"Kamu mau, kan?"
"Memangnya Sabas bisa menolak?"
Gerald tersenyum kemudian menggeleng. "Besok kalian akan bertemu, Papa mau kamu meluangkan waktu,"kata Gerald lagi. "Papa pergi dulu,"
Selepas kepergian Gerald, Sabas langsung menyenderkan punggungnya dikursi yang ia duduki. Ia menarik nafas sepanjang-panjangnya.
Wanita, adalah makhluk yang paling ia benci dimuka bumi ini. Dan pernikahan baginya hanya sebuah formalitas.
"Papa tidak mungkin memilihkan wanita yang salah untuk mendampingi kamu."bagaimana bisa pria tua itu berkata seperti demikian. disaat dia sendiri pun juga pernah gagal dalam hubungan yang nyaris semua orang impikan.