Chapter XXI

22.1K 928 41
                                    


Disudut kamar yang megah berdiri seorang pria yang begitu kacau dengan tubuh gemetar. beberapa peluh melintas didahinya, turun hingga ke dagu.

Matanya tampak menyiratkan kesakitan memandang gambar gambar yang bertumpuk menempel didinding kamarnya.

"Apa mau mu sebenarnya?" suaranya yang serak keluar berbicara dengan telepon yang sedang digenggamnya.

"Hahaha... kau terdengar begitu ketakutan. apa karna aku mengetahui rahasia mu?" terdengar suara berat dari ujung telepon.

Pria itu menggigit ibu jarinya tampak semakin cemas. dia tidak tahu bagaimana pria-entah-siapa-dia ini mengetahui rahasia kelam yang ditutupnya rapat rapat.

"Tenang saja. aku tidak akan memberitahukan rahasiamu kepada orang lain. belum. ini belum saatnya aku membocorkannya. kalau ini bocor duluan tidak akan ada serunya, benarkan?"

"Katakan saja apa maumu? uang? aku akan memberikan beberapapun yang kau minta. kau tahu aku orang kaya."

"Hahaha... aku sama sekali tidak menginginkan uang busuk milik orang tuamu."

"Kalau begitu apa?! kumohon, aku akan melakukan apa saja asal kau tidak menyebarkannya."

"Benarkah? apa aku perlu memberitahu Taylor Dawson secara langsung?"

"Kumohon jangan!" terdengar isakan dari pria yang ketakutan itu.

"Baiklah. aku tidak akan membocorkannya asal kau mau membantuku."

"Apapun. apapun akan kukerjakan." melasnya.

"Aku ingin kau mendekati Lily Thompson."

"Siapa?"

"Lily Thompson, siswa penerima beasiswa Dawson Company. Cari tahu alasan Taylor berteman dengannya."

"Kenapa?"

"Tidak usah banyak tanya. kerjakan saja. aku memberimu tenggat waktu tiga hari, jika kau tidak mendapatkan informasi dalam tiga hari. Kau akan menerima resikonya."

"Ba.. baiklah."

Dilain tempat. Si pengancam mematikan sambungan teleponnya. senyum licik terpasang diwajahnya.

Anak panah lepas dari tangannya menuju dinding yang sudah ditempel sebuah gambar. anak panah itu mendarat di dahi seorang anak laki laki dalam gambar.

"Selangkah lagi menuju kematianmu Taylor Dawson."

***

Taylor melihat Lily berjalan menunduk didepannya. Gadis itu sepertinya sibuk memperhatikan jalanan tanpa menyadari ada segerombolan orang yang siap ditabraknya.

"Kyaaa!!"

Seperti dugaan Taylor, Lily terjatuh ke tanah seperti yang pernah terjadi dengannya saat didepan kelas Jack.

Apa dia tidak pernah belajar dari kesalahan?

Pikir Taylor. Mereka yang ditabrak mengerubungi Lily yang sibuk menyusun bukunya, tampak kesal.

Taylor menyipitkan mata saat melihat sosok Josh dan Alan diantara yang lain.

"Apa kau tak punya mata!" Josh menendang beberapa buku yang berhasil dikumpulkan Lily hingga kembali berserakan dilantai.

Laki laki itu luar biasa kesal sekarang. sekolah memintanya menjadi tukang kebun selama sebulan penuh dengan tangan yang di gips.

Dan yang membuatnya lebih putus asa lagi, ayahnya menyetujui dan menanda tangani persetujuan detensinya.

dan sekarang gadis jelek ini menubruknya dengan wajah ketakutan melekat di wajahnya yang jelek. ingin sekali dia melampiaskan amarahnya.

Josh menarik kerah kemeja gadis itu sehingga dia berdiri dengan tangannya yang sehat.

Sang Nouveau [Dawson Tales]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang