بسم الله الرحمن الرحيم
_____
Aku tidak tahu mengapa rasa ini datang. Yang kutahu hanya aku sedang mencintaimu sekarang.
_____
Pagi-pagi buta aku sudah ditelpon oleh Rina yang tetap merengek memintaku untuk ke rumahku. Akhirnya aku mengiyakan permintaannya. Saat ini aku sedang bersiap-siap menuju rumahnya. Entah apa yang ingin dibicarakannya hingga memaksaku untuk tetap ke rumahnya.
Aku membelah jalanan desa yang cukup ramai di hari minggu. Jarak antara rumahku dan rumah Rina memakan waktu sekitar lima menit.
Saat aku memasuki gang rumah Rina, ada getaran yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Tanpa paksaan, mataku tiba-tiba memandang sebuah rumah sederhana yang berada di Utara jalan. Rumah itu tampak penuh kedamaian didalamnya. Pintu rumah yang terbuka, namun sepertinya tidak ada orang didalamnya.
Astaghfirullah! Aku salah jalan. Mengapa dengan diriku? Jalan rumah Rina yang biasa aku lewati sampai lupa. Harusnya tadi aku berbelok ke arah kanan, tapi sekarang aku malah lurus ke depan. Untunglah aku tahu jalan pintas untuk sampai di rumah Rina tanpa harus putar balik.
Di jalan aku mengerutuki diriku sendiri. Kenapa aku sampai tidak fokus begini? Rasanya aku ingin menertawakan diriku sendiri yang tiba-tiba menjadi agak aneh ini. Ah, gara-gara rumah itu.
Aku berusaha memfokuskan pikiranku kembali. Jangan sampai aku lupa rumah Rina berada. Sungguh memalukan jika aku cerita hal ini kepada Rina.
Alhamdulillah, akhirnya aku sampai di rumahnya. Baru sampai saja aku serasa ingin tertawa. Aku memperpanjang perjalanan menuju rumahnya. Padahal, jika tadi aku belok kanan, pasti aku sudah sampai dari tadi. Sebelum turun dari motor, aku menetralkan kembali ekspresiku yang entah bagaimana tadi. Setelah semua normal, aku bersikap seperti biasa.
"Assalamualaikum, Rina!" ucapku.
"Waalaikumsalam, masuk dulu!" teriak Rina dari arah kamarnya. Akupun masuk dan langsung duduk di kursi. Beberapa menit kemudian, Rina menghampiri dengan rambut basah yang tergerai.
"Baru mandi, ya?" tebakku. Rina hanya tersenyum sambil menampakkan deretan giginya.
"Kebiasaan!" ujarku.
"Aku tadi males banget mandi!" jelasnya.
Aku tertawa terbahak-bahak mengingat kejadian tadi. Astaghfirullah! Rina menatapku bingung.
"Heh! Kesambet apaan kamu di jalan?" tanyanya bingung.
"Nggak ada!" jawabku masih dengan tertawa.
"Dasar gak jelas!" cibirnya.
"Eh, kenapa kamu nyuruh aku kesini?" tanyaku setelah selesai tertawa.
"Bantuin aku ya, Ra!" pintanya.
"Bantu apa?" tanyaku lagi.
"Bantu aku buat roti brownies. Aku pengen masak-masak lagi sama kamu!" jawabnya.
"Em... Oke deh, ayo ke pasar!" ajakku dengan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AU2] Keikhlasan Cinta✓ [COMPLETED]
Roman pour Adolescents[Sequel Alfiyah Untukmu] ~Belum Revisi~ "Namamu akan selalu ada didalam hatiku, meskipun kau takkan pernah menjadi milikku." Nayyira Huwaida Husna. Cinta memang sudah untuk ditebak. Takdir Tuhan-lah yang mampu menyatukan cinta. Akankan cinta Nayyira...