💫3💫

2.2K 399 147
                                    


Abdi baru saja sampai di kantornya kembali setelah ia merasa gagal mencoba meluluhkan hati wanita yang tetap ia cintai. Ada penyesalan mengapa dulu dengan mudah ia mempercayai kisah Lanang dan Redanti dari ibunya, juga ketololannya mengiyakan saja keinginan Redanti untuk berpisah, semua terasa terlambat sudah tapi menatap lagi foto pernikahannya dengan Redanti membuat semangatnya kembali hidup. Ia raih foto penuh kenangan itu, ia usap wajah cantik Redanti dalam balutan baju pengantin nan menawan membuat senyumnya timbul dan matanya berkaca-kaca.

"Pengakuan cintamu tadi membuat aku ingin kembali meraihmu, apapun akan aku lakukan, meski kau mengatakan tak ingin kita kembali."

"Maaas iku jenenge rai gedek (itu namanya muka tembok)."

Reflek Abdi menoleh dan wajahnya berubah marah seketika. Jika tak ingat ini kantor rasanya ingin sekali ia memukul kepala sepupunya yang lancang itu.

"Kalo nggak ingat kamu sepupuku yang kerjaannya bagus sebagai sekretarisku aku pecat kamu, keluar Net." Abdi mengusir Neta yang tiba-tiba masuk dan menimpali apa yang ia gumamkan.

"Hmmmm ... nyesel to wes tak kandani biyen kae, jik gak percoyo wae, percoyo bude Ratmi dadine ajur tenan (hmmm menyesal kan, sudah aku bilangin dulu, masih aja nggak percaya, percaya sama Bude Ratmi, jadinya berantakan)." Neta masih saja melanjutkan ocehannya.

"Heh sontoloyo, jelas aku lebih percaya ibuku sendiri dari pada kamu yang nyinyir gak karu-karuan," bentak Abdi.

"Leh, tapi aku loh gak tau bohong to Mas, mulutku memang lambe turah tapi sorry yeah no bohong kaleng-kaleng."

"Iyaaa tapi ember-ember."

Neta tertawa keras mendengar ucapan sepupunya, ia menyerahkan dokumen yang baru saja ia kerjakan.

"Nih dah selesai punya mantan istrimu yang cantik jelita tiada banding, tiada tanding."

"Iya iyaaa pergi sanaaa, rame aja, kalo bukan karena kerjaanmu yang cepet beres dan kerjaan semua gak pake lelet sudah aku pecat kamu."

"Leh piye to Mas, nggoleko sing koyo aku gak kiro nemu (lah gimana sih Mas, cari yang kayak aku gak akan Nemu)." Neta kembali terkekeh sambil berjalan ke arah pintu.

"Iyaaa gila soalnya, makanya gak kan ada duanya." Kembali tawa Neta terdengar di balik pintu. Abdi melihat semua dokumen yang diperlukan telah siap. Dan akan menyelesaikan proses hukum yang dialami oleh butik mantan istrinya.

.
.
.

Keesokan harinya ...

"Alhamdulillah, makasih ya Ca, akhirnya selesai sudah baju pengantin adikku, aku yakin ia akan semakin cantik." Lanang bangkit dan mengulurkan tangannya. Mereka bersalaman, Lanang menuju pintu dan sekali lagi ia menoleh sambil tersenyum pada Redanti. Bersamaan dengan itu tiba-tiba saja Neta masuk hingga tanpa sengaja membentur Lanang.

"Eh maaf."

"Nggak papa."

"Eeeh Netaaa, masuk yuk, bai Mas Lanang."

"Ya Ca, Bai."

Redanti meraih tangan Neta dan mengajaknya masuk, mereka duduk berhadapan, Neta menatap wajah cantik mantan istri sepupunya. Neta semakin mengutuki sepupunya yang dengan tolol melepaskan wanita sabar, cantik dan ulet di depannya.

"Aku senang akhirnya kamu yang ke sini, aku sejujurnya tidak suka jika sepupumu yang ke sini." Ucapan Redanti membuat Neta tersenyum.

"Alah Mbak takut jatuh cinta lagi sama kang Masku yang ganteng to?"

Duda Gagal Move-on (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang