Tanpa sepengetahuan Maura, keesokan harinya Queen mendatangi apartemen Selly. Sedikit ragu, ia menekan bel. Tak lama kemudian, Selly membuka pintu. Terkejut dan tidak menyangka jika pagi itu akan kedatangan tamu.
"Tamu tak diundang." Selly tersenyum sinis. "Rafael milikku, dan dia tidak mungkin kembali padamu."
Usai Selly mengucapkan kalimatnya, Queen mengangkat tangannya dan menampar Selly sekuat tenaga. "Aku tidak akan mengemis cinta pada Rafael. Aku hanya ingin mengatakan, kau ... wanita jahat yang mencuci otak Rafael hingga dia tega membatalkan pernikahan kami. Kau pantas mendapatkan ini."
Sekali lagi, Queen melayangkan tangannya hingga membuat Selly terjajar ke belakang. Tidak mau kalah, Selly bergerak maju dan menjambak rambut Queen. "Berkacalah! Siapa di antara kita yang tidak punya hati! Aku yang terlebih dulu memiliki Rafael, lalu tiba-tiba kau datang dan tanpa tahu malu menjadi orang ketiga. Apa namanya jika seorang wanita mau tidur dengan lelaki asing? Perempuan murahan?"
"Rafael menjebakku! Dan sebelum ini, dia sangat mencintai anakku! Lalu tiba-tiba kau merampas ayah dari anakku!"
"Rafael jauh lebih mencintai anakku!" Selly berseru sembari menahan sakit karena Queen balas menarik rambutnya.
"Aku bahkan tidak yakin kau hamil! Atau jika memang benar hamil, apa bayi itu anak Rafael?"
"Tentu saja ini bayi Rafael! Jadi, sekarang pergilah. Aku yang lebih dulu mencintai Rafael, maka aku yang berhak mendapatkannya. Jangan usik kebahagiaan kami."
Queen tertawa mengejek. "Kebahagiaan kami, katamu? Kau ingin berbahagia di atas penderitaan orang lain? Rafael sudah diusir oleh ayahnya, dan bayi di perutmu tidak diakui oleh Tuan Alexander. Karena beliau lebih menginginkan bayiku. Jadi, kau bisa lihat siapa nanti di antara kita yang akan berbahagia."
"Bullshit!"
"Akan aku pastikan hidupmu tidak akan pernah bahagia!"
Selly meradang, sekuat tenaga mendorong Queen dan membenturkan kepalanya ke dinding. Baru saja Queen akan membalas, seseorang terlebih dulu menarik tubuhnya dan mencengkeram pergelangan tangan kanannya erat-erat. Queen menoleh, dan ia menemukan wajah dingin Rafael tengah menatapnya.
Sontak, kesedihan Queen tidak bisa terbendung lagi. Tanpa bisa ditahan, bulir-bulir bening itu mengalir di kedua pipinya. Menangis tanpa suara. Tatapan Rafael serupa pedang yang mengoyak tubuhnya tanpa ampun. Menyakitkan. Queen berusaha menarik tangannya, tetapi cengkeraman Rafael terlalu kuat.
"Selly, masuklah ke kamar. Aku akan menyelesaikannya."
Queen sudah menduga hal ini, Rafael pasti akan membela kekasihnya. Tidak apa, ia sudah berusaha menguatkan diri sejak awal. Yang jelas, ia sudah puas bisa mengatakan ini.
Selly merapikan rambut dengan ujung jari, kemudian masuk ke kamar sesuai perintah Rafael. Sebelum menutup pintu kamar, ia tersenyum sinis pada Queen.
Saat pintu sudah tertutup, Rafael kembali menarik tubuh Queen dan mencengkeram pundaknya dengan kasar. Napas Rafael terengah, setengah menunduk untuk menatap mata basah Queen. Tidak, Rafael tidak boleh lemah menatap air mata itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped
RomanceQueen harus terjebak di dalam permusuhan antara Rafael dan Joshua. Dia terlalu lugu untuk bisa memahami, jika Rafael hanya sekadar memanfaatkannya. Dan semua sudah terlambat ketika Queen menyadari hal itu. Joshua menawarkan cinta, sedangkan Rafael...