GC 28

386 47 49
                                    

Apapun yang terjadi hari ini, Jihoon ingin segera melupakannya. Bagaimana temannya menciumnya ditoilet lalu meninggalkannya begitu saja. Bertemu lagi dikelas seolah tidak terjadi apapun, masih bersikap dingin pada sekelilingnya.

Jihoon jengkel setengah mati bersamaan rasa takutnya pada sikap Younghoon untuk kedepannya entah apa yang akan dilakukan pemuda tinggi itu padanya.

Lalu, pulang berjalan kaki. Daniel bilang tidak bisa menjemputnya karena ada operasi mendadak. Uang saku sudah tidak ada, tidak mungkin ia menggunakan bus.

Kaki terus terhentak kesal ditrotoar, melampiaskan benda mati yang tidak memiliki kesalahan apapun padanya. Jihoon bertindak bodoh disepanjang jalan menuju rumah yang sangat jauh, peluhnya membanjiri.

Menumpu sejenak dikedua lutut, Jihoon mendengus lagi-lagi seperti banteng marah. Wajahnya sudah merah padam karena kepanasan. Rumah sudah didepan mata, tertawa hambar melihat mobil yang selalu digunakan Daniel tertampik rapi didepan rumah.

Melangkah memasuki rumah dengan kecepatan normal, melempar tasnya disofa seraya menghempas tubuh di sana.

"bibi Jung? Dimana daddy?" ujar Jihoon tepat saat wanita tua itu melewatinya dengan sebuah nampan.

"tuan Kang ada di Taman belakang," jawab sekenanya.

"kapan pulangnya?"

"sudah agak lama, hmm sekitar satu jam mungkin?" tidak yakin, bibi Jung mengangkat bahunya tidak tahu.

Menukik alis melihat Jihoon tertawa paksa, lalu berdiri menghampirinya.

"ada tamu ya? Biar aku saja yang mengantarnya."

Tidak bisa menolak, Jihoon sudah membawa alih nampan yang berisi dua gelas cangir, teh dan kopi. Membalas senyum Jihoon yang manis, bibi Jung tidak mampu mengambil kembali sebagian pekerjaan kecilnya itu.

Berlalu ketika tuan mudanya sudah pergi, wanita tua itu mengerjakan pekerjaan lainnya.

Terhenti dipintu belakang penghubung taman, matanya melihat seorang wanita di sana. Duduk dengan tenang dikursi kayu yang anggun, rambut panjangnya tersapu kecil.

Dari belakang Jihoon tahu siapa yang berada disana seorang diri. Tidak ada entitas Daniel.

Langkah gusar mendekati wanita itu, sedikit menghentak nampan disamping wanita itu duduk.

Somi tersentak kaget.

Lalu tersenyum lembut saat tahu siapa yang berdiri didepannya saat ini, tertawa kecil melihat Jihoon yang melayangkan tatapan tajamnya.

"oh astaga menggemaskan sekali!!" pekik Somi tertahan, sembari menutup mulut sebelah tangan.

"hei ajhumma, aku bukan anak kecil lagi yang dipuji begitu." sengitnya menantang alih-alih takut, Somi tertawa lepas melihat Jihoon.

"baiklah-baiklah, kenapa marah hm?" sela tawa, ia bertanya lembut sembari meredakan kikikan cantiknya itu.

"mana daddy?!" rengek Jihoon tanpa sadar menghentakkan kaki kesal ditanah.

"Daniel-ssi ada didalam rumah. Kenapa?" Somi menahan tawanya lagi.

"karena ajhumma daddy tidak menjemputku!! Dia berbohong katanya ada operasi, tapi ada dirumah saat ini detik ini setiap hembusan nafasku dijalan tadi aku hampir menangis tahu?!"

Tidak tahan, Somi kembali tertawa.

"benarkah?"

"iyaa!! Lihat keringatku! Lihat ini, wajahku terbakar huhuu, daddy!"

"kasihan sekali, kemarilah. Sini hm-ajhumma hapus keringatmu," canggung saat Somi mengatakan dirinya seperti itu, padahal ia masih muda. Biar saja, asal Jihoon tidak meneriakinya lagi, Somi hanya akan menuruti Jihoon saja.

Get Closer (NIELWINK) I√Where stories live. Discover now