Sudah sebulan Mean dan Plan tinggal bersama. Mereka kenal lebih baik satu sama lain dan bahkan tak terlihat canggung atau formal lagi.
Pada setiap akhir bulan, Mean akan pergi dengan beberapa orang lainnya yang sama yang mengontrak mata kuliah itu ke luar kota. Ini masuk dalam salah satu programnya. Hanya pada akhir bulan kedua, mereka tidak pergi ke luar kota sebab itu bertepatan dengan Festival Songkran.
Plan tentu juga tahu mengenai program Mean. Ia merasa bahagia saat Mean pergi sebab setidaknya ia bisa meratapi hidupnya yang menyedihkan tanpa harus menahan atau bahkan menyembunyikannya.
Benar. Sebenarnya ia masih berduka tentang dirinya dan Joss, tetapi ia sangat pintar menyembunyikan hal itu sebab ia tak suka orang lain mengasihani dirinya.
Pada malam Minggu akhir bulan pertama, Plan duduk di beranda belakang menatap danau sambil menangis. Dia memakai baju yang sangat terbuka bahkan cenderung seksi.
Ia tak peduli dan ia pikir sesekali ia ingin memanjakan dirinya dan membiarkan dirinya terekspos dengan bebas karena hanya dia dan alam di sekitar rumahnya yang menikmatinya.
Di tangan kanannya sebuah gelas yang berisikan anggur merah dan ia membiarkan dirinya terus menangis dan menangis. Setiap air matanya keluar, ia akan mengusapnya dan kemudian menangis lagi dan seterusnya begitu sampai ia puas meluapkan emosinya.
Ia menatap foto pernikahan dirinya dengan Joss dan kemudian menyobeknya dan membuangnya ke tempat sampah.
Setelah itu, ia menangis lagi. Kali ini lebih keras dan seolah ia ingin melupakan semuanya, ia memaki dan berteriak di depan danau bahwa ia akan memulai hidupnya kembali.
Ia kemudian tersenyum seolah semua beban sudah lepas dan ia siap menyongsong hidup barunya. Plan tak pernah tahu, Mean pulang lebih awal. Ia mengamati semua yang Plan lakukan bahkan saat Plan masuk ke kamarnya, ia mengambil sobekan foto dan kini ia tahu wajah Josswayar mantan suami Plan itu.
Semakin dirasakan, Mean semakin menggila karena si mungil. Mimpi basahnya semakin menjadi sering dan ia semakin ahli dalam permainan solonya.
Kesempatan datang pada akhir bulan kedua saat Festival Songkran. Pagi itu, Plan tengah menyiram tanaman di halaman belakang di sepanjang jalan setapak menuju danau.
Mean datang kepadanya dan menyapanya. Plan membalas sapaannya dan dengan isengnya, ia menyemprotkan air dari selang untuk menyiram tanaman ke tubuh Mean seraya berteriak dengan kencang.
"Selamat Hari Songkran," ujar Plan sambil tergelak.
Mean kaget. Ia melawan dan mendekati Plan dan merebut selang dari tangan Plan dan setelah berhasil, ia menyemburkannya ke tubuh Plan dan Plan berteriak dengan kencang sambil mencoba menghindarinya serangan.
Plan berlari ke dekat keran lalu mengambil selang yang lain dan kemudian menyemprotkanmya ke Mean dan akhirnya mereka berperang air. Mean mendekati Plan, bermaksud untuk merebut selang yang ada di tangan Plan, tetapi, kakinya tersangkut selang sendiri, ia terjatuh dan menimpa Plan.
Keduanya membelalakkan mata sebab mereka berada pada posisi yang begitu mengundang untuk bercinta. Baju Plan yang tipis membuatnya menjadi menerawang karena basah.
Plan juga begitu. Ia bisa melihat dengan jelas dada bidang Mean dan perutnya yang membentuk indah dengan lekukan yang jelas terlihat hasil olahraga.
Kedua wajah berdekatan dan tubuh mereka menggigil karena kedinginan. Namun, tak ada satu pun yang berniat untuk bergerak seolah keduanya masih ingin bersentuhan.
Mean dan Plan bertatapan lama dan wajah Mean semakin mendekat dan terus mendekat dan bibir mereka hampir bergamitan saat Plan menahannya dengan tangannya yang mungil sambil menggelengkan kepalanya seolah ia tahu yang akan Mean lakukan kepadanya.
Mean tak mengindahkannya. Ia mengambil tangan Plan dan menahannya dengan satu tangannya dan membiarkan bibirnya menggamit bibir Plan pelan.
Pada awalnya, Plan tak membalasnya. Ia membiarkan Mean menikmati bibirnya, tapi lama kelamaan ia menikmati gamitan itu dan secara spontan membalas ciumannya sambil memejamkan matanya.
Mereka berciuman cukup lama dan tangan Plan mulai menjamah punggung Mean dan mereka mulai menikmati pergumulam mereka di atas rumput pada pagi yang cerah.
Mereka bercumbu cukup lama dan perlahan Mean melorotkan celana dalam Plan dari balik roknya lalu menurunkan celananya dan mendorong naganya pelan ke dalam nona Plan.
"Ooo, astagaaa!" desah Plan. Ia agak membelalakkan matanya sebab lubangnya disambangi sesuatu yang lebih besar dan panjanh daripada ukuran biasanya.
"Kau tidak apa-apa?" ringis Mean sambil menahan kenikmatan di bawahnya dan juga linu sebab lubang yang dimasuki sang naga lebih sempit dan sangat hangat.
Plan menganggukkan kepalanya dan mereka berciuman lagi. Mean mulai menggoyang dan keduanya merintih bersamaan.
"Nnnngh, ooo, Meaaan!" lenguh Plan dan ia mengeratkan pelukannya di punggung Mean seraya menggelinjang.
Mereka berciuman lagi sehingga bibir atas dan bibir bawah Plan dipenuhi kehangatan. Yang satu dari ciuman dan yang lain dari genjotan.
"Mmmmmph, nnnnngh, oooo, Meaaaan, nnnngh," desah Plan dengan napas tersengal.
"Plan, nnnnngh, aaaa, enaak sekali. So gooood, For God sake!" Mean mendesah panjang dan tak lama kemudian genjotannya semakin kencang dan keduanya sudah mencapai batasnya dan akhirnya saling meneriakkan nama masing-masing seraya mendesah panjang dan mereka berhenti karena keduanya sudah mencapai klimaksnya.
"You are good!" bisik Mean dan naganya masih bersemayam nyaman di dalam nona Plan. Plan tak merespons.
Ia tengah mengatur sengal napasnya. Berapa lama ia tak melakukannya dengan mantan suaminya bahkan sebelum mereka menjadi mantan.
"Your lips are beautiful," bisik Mean lagi dan ia kemudian mengecup bibir indah itu pelan. Lagi-lagi Plan tak merespons. Ia hanya tersenyum. Mean menggamit lagi bibir Plan dan Plan merasakan naga Mean mengeras lagi di dalam lubangnya.
Mereka melakukannya lagi dan setelah tiga kali mereka berhenti sebab keduanya sama-sama punya janji dengan temannya masing-masing.
"Hei, kau marah?" tanya Mean saat Plan diam saat mereka bertemu lagi di ruang makan setelah berpisah untuk mandi.
"Tidak, kenapa?" tanya Plan sambil mengembangkan senyuman.
"Karena kau tak bicara sepatah katapun setelah yang kita lakukan," sahut Mean lagi.
"Aku hanya bingung memberikan alasan kepada teman-temanku. Kau menandai hampir seluruh tubuhku. Bagaimana aku akan memakai baju terbuka jika begini dan ini festival air pula," sahut Plan.
"Aduuuh! Maafkan aku!" ujar Mean sambil meringis dan wajahnya tampak menyesal.
"Uhm," gumam Plan. Mereka kemudian sarapan.
"Plan," sahut Mean lagi saat mereka berjalan menuju mobil mereka di halaman rumah.
"Uhm," gumam Plan sambil menoleh.
"Mau menjalin hubungan denganku?" Mean menatap Plan dengan serius.
"Eh?" Plan kaget.
"Aku serius," ujar Mean.
"Bisakah kita bicarakan ini nanti malam?" tanya Plan.
"Ah, oke," sahut Mean lagi.
Dan mereka pun berpisah.
Bersambung