25. Die?

1.1K 112 7
                                    

Zefanya menyandarkan punggungnya pada sofa di ruang tamunya, Ifa yang duduk di sebelahnya saat ini sedang mengunyah salad buahnya hikmat sambil menonton film Harry Potter yang entah sudah berapa ratus kali Zefanya tonton.

"Lo mau makan sesuatu lagi nggak?" tanya Zefanya sambil memainkan ponselnya.

"Gue tiba-tiba pengen martabak telor, tapi nggak papa deh nggak usah, udah malem juga," ucapnya.

"Yaudah gue keluar dulu, sekalian mau beli mie rebus tek tek," ucap Zefanya yang kemudian bangkit dari posisinya untuk mengambil cardigan berwarna hitam.

"Serius nggak apa-apa?" tanya Ifa sungkan.

"Santai,"

Zefanya tidak menyadari saat ia berjalan dengan earphone menyumbat telinganya, ada dua laki-laki yang terus saja mengikutinya dari belakang sambil sesekali mereka mencoba untuk saling berjauhan agar tidak menimbulkan kecurigaan.

BUG

BRUK

Tubuh mungil Zefanya dihantam balok kayu sehingga langsung membuatnya roboh seketika, ponsel Zefanya segera mereka masukkan ke kantong lalu tiba-tiba satu mobil menjemput dua orang tersebut tak lupa Zefanya yang pingsan.

Zefanya membuka matanya secara perlahan-lahan, kemudian ruangan dengan temaram lampu menyapanya, kepalanya pusing dan beberapa bagian tubuhnya terasa sakit untuk digerakkan.

Zefanya melihat samar-samar perempuan yang saat ini sedang mengobrol dengan keempat laki-laki di depan pintu ruangan.

"Bos, dia udah bangun!" ucap preman yang ternyata ada di pojok ruangan menungguinya membuat keempat orang tersebut buru-buru menghampiri Zefanya yang tidur di ubin dingin dengan tangan yang terikat.

Sekarang sudah jelas siapa empat orang itu, Devina, dan disana ada Rafi yang entah kenapa sudah keluar dari penjara, Lucky, dan sisanya bukan orang yang Zefanya kenal, semuanya menatap Zefanya bengis membuat Zefanya sedikit terkejut namun masih bisa mengontrol ekspresi wajahnya.

"Kenapa? Mau ngabisin gue?" ucap Zefanya santai, membuat semua orang tersebut menatapnya berani.

"Kalian mau bunuh gue pake nyewa pembunuh bayaran juga gue nggak semudah itu buat mati!" ucap Zefanya remeh.

"Lo mau ngapain lagi Rafi? Belum puas gua ngancurin idup lo? Mau di hancurin kaya gimana lagi? Udah nggak ada yang bisa diancurin lagi dari orang sialan kaya lo," ucap Zefanya membuat Rafi mengambil kursi kayu lalu berniat melempar Zefanya yang kemudian ditahan oleh semua orang disana.

"Lo mau apa lagi juga Devina? Mau sama Kevin?" tanya Zefanya membuat wajah Devina tegang.

"Kalo abis ini gue udah selesai sama kalian, gue pastiin kalian membusuk di neraka, bahkan sampe bumi menolak lo untuk melebur bersama tanah nanti," ucap Zefanya dengan senyum lebar yang membuat seisi ruangan tiba-tiba terasa menyeramkan.

Zefanya kemudian melemparkan ikatan tali yang berhasil ia lepaskan saat melilit tangannya ke wajah salah satu preman yang tadi memberitahu bahwa dia sudah bangun.

"Yang bener kalo mau ngiket gue," ucap Zefanya santai membuat semua orang melongo.

"Maju satu-satu, dua juga boleh,"

Zefanya menendang wajah Rafi tanpa ampun hingga membuat laki-laki tersebut harus pingsan karena hidungnya kemungkinan besar akan patah.

Lucky memukul kepala Zefanya menggunakan botol yang entah ia dapat darimana hingga membuat botol tersebut pecah tak karuan, sedangkan Zefanya masih berdiri tegak sama seperti sebelumnya.

Zefanya mengambil salah satu pecahan kaca yang paling besar tersebut lalu menarik Devina yang dengan bodohnya hanya diam di pinggir ruangan lalu menaruh kaca tersebut di leher Devina membiarkan Devina panik.

"Jangan Zef, plis," cicitnya memohon.

"Jalan keluar dari ruangan ini, ayo semuanya mati," jawab Zefanya dengan senyum lebar.

"Ponsel gue sekarang bajingan!!! Atau kalian nggak akan lihat keluarga kalian lagi besok," ucap Zefanya membuat semua orang yang berada di dalam saling lirik melirik.

"GUE BILANG SEKARANG BAJINGANNN!!!!" ucap Zefanya membuat Devina mulai terisak pelan.

"Devina, gue nggak ada niatan ngelukain lo kalo aja masalah yang lo buat sama gue cuma genitin Kevin,"

"Tapi, kalo masalah yang lo buat hampir bikin gue mati, gue nggak tau siapa yang akan mati beneran setelah ini," ucap Zefanya mengelus pipi Devina.

Preman dengan badan kurus memberikan Zefanya sebuah ponsel dengan takut-takut.

"Gue akan hubungin polisi, satu langkah kalian bergerak dari tempat, kalian selesai," ucap Zefanya.

"Nggak usah sok berani Zefanya, lo nggak akan mau dibilang pembunuh," tantang Lucky.

"Lucky, gue bisa menghantam kepala gue sendiri pake gelas yang lo pegang, polisi akan mudahnya percaya sama gue,"

"Lo liat berapa banyak orang yang lo bawa buat bunuh gue, dan itu bisa gue rekayasa sebagai upaya perlindungan diri," ucap Zefanya membuat semua orang yang ada disana benar-benar tidak percaya pada apa yang gadis tersebut ucapkan.

Zefanya yang sedang menghubungi polisi tiba-tiba dipukul untuk yang kedua kalinya dengan botol, kali ini beberapa serpihan kaca bahkan melukai kulit kepala dan lehernya hingga mengeluarkan darah.

"KALIAN YANG MINTA," ucap Zefanya yang kemudian mengeluarkan pistol yang sempat ia ambil di tubuh Rafi yang sudah roboh.

"Zefanya gue minta maaf, gue janji nggak akan ganggu lo sama Kevin lagi," ucap Devina yang sudah terisak-isak.

Polisi sudah mendobrak pintu masuk, membuat Zefanya langsung melempar pistolnya lalu berpura-pura terduduk ketakutan sambil tersenyum miring.

"Kalian semua saya tangkap!! Angkat tangan!" teriak polisi tersebut.

'Semua orang yang mencoba menghancurkan gue harus hancur,'

Zefanya sedang meminum air dinginnya sambil memberikan keterangan kepada polisi yang sedang mewawancarainya, Om Ali, satu-satunya orang yang menemaninya buru-buru datang saat mendengar kabar bahwa anak dari kliennya hampir menjadi korban percobaan pembunuhan.

Kevin menghampiri Zefanya di apartemennya saat berita tentang percobaan pembunuhan Zefanya di up di salah satu media informasi.

"Zefanya kamu kenapa?!" tanyanya panik sambil memperhatikan sekitar wajah Zefanya.

"Chill, i'm okay," jawab Zefanya santai membuat Kevin terkejut mendengar bagaimana santainya ucapan Zefanya.

"Kamu tuh manusia atau bukan sih Zef?" tanya Kevin spontan membuat Zefanya tersenyum.

"Kayaknya bukan," balas Zefanya santai.

"Mereka berencana bunuh aku karena aku jahat ya?" tanya Zefanya dengan tatapan mata yang tiba-tiba kosong.

"Nggak,"

"Iya, itu kenapa semua orang memang akan ninggalin aku, aku yang bajingan. Ada yang salah sama diri aku!!! Aku sakit jiwa, kamu seharusnya nggak terjebak sama orang sakit jiwa Kevin" ucap Zefanya yang akhirnya menangis dengan badannya yang lemas.

𝔃𝔂𝓷𝓲𝓼𝓬𝓱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang