-Kehidupan tidak pernah berhenti. Itu sebabnya manusia bisa berubah,umur terus bertambah, dan waktu semakin berkurang. Maka lakukan hal-hal baik dan berikan senyuman pada setiap perjumpaan agar hidup memiliki banyak kenangan-
***
Sabda Abisatya Ganendra adalah satu dari banyaknya manusia di dunia ini yang punya definisi aneh tentang kehidupan. Baginya, hidup tak ubahnya sebagai permainan ular tangga yang semakin meningkat levelnya maka semakin besar pula peluang untuk merosot lebih rendah.
Berulang kali Sabda katakan bahwa ia hanya laki-laki sederhana yang punya dua tangan untuk memeluk dunianya, sendiri. Padahal jika mau sedikit saja menyombongkan diri, laki-laki itu nyaris tak punya celah untuk disebut sebagai sebuah kekurangan. Layaknya bunga matahari yang merekah, begitulah refleksi laki-laki itu ketika tersenyum. Matanya teduh, seteduh pepohonan tabebuya di bulan Juni yang rindang karena air hujan. Dengan segala tingkah dan dunianya sendiri ia patut mendapatkan penghargaan tertinggi atas nominasi pria paling tampan sedunia.
Lantas dengan ajaibnya semesta mengilhamkan sebuah karakter hebat dalam diri Sabda. Menjadi seorang yang memiliki sisi paling tabah, paling kuat, paling bijaksana, juga paling dalam untuk mencintai orang lain. Satu yang tidak ditemukan pada orang lain selain Sabda, ialah ketulusan yang tak pernah luntur dari sorot mata laki-laki itu.
Sabda tahu, bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi, bukan? Itu sebabnya Sabda berusaha melakukan segalanya dengan tulus. Karena jika dunia memang sudah harus ia tinggalkan nanti, ia ingin dikenang sebagai Sabda yang apa adanya. Sabda yang hanya ada di diri Sabda saja.
Sebentar, Sabda mau membagi sedikit eksistensi tentang keluarganya. Pertama, ia akan memperkenalkan Abah yang merangkap tugas sebagai sahabat dan guru dalam hal apapun. Namanya Pak Jatmiko, paling sering pakai kaos partai yang lengannya dipotong jadi singklet, bawahannya kalau nggak sarung ya celana trining harga 35 ribu yang dibeli Ibuk dari pasar. Abah punya hobby klise macam bapak-bapak yang lain. Suka pelihara burung, terus ikut turnamen Kicau Mania. Kalau hoki, dapat juara bisa bawa pulang piala sama uang, kalau lagi apes cuma dapat semprot dari Ibuk gara-gara cemburu karena Abah lebih sayang sama Jamilah-nama burung peliharaan Abah.
Meski begitu, Abah adalah pemilik detak anak-anaknya. Abah bukan orang tua yang bergelimang sertifikat tanah ataupun sawah. Abah cuma punya usaha kedai kopi yang ia kelola sejak anak-anaknya kecil. Abah juga tipikal orang tua yang manut saja sama pilihan anak-anak. Selagi itu positif dan tidak merugikan siapapun, Bapak akan iya-iya aja.
"Jadi laki-laki harus konsisten, kalau sudah jalan itu yang kamu pilih, ya harus dijalani sampai menemukan ujung yang tepat."
Abah itu cuma lulusan S3, alias SD, SMP, SMA, sama seperti Ibuk. Tapi kalau sudah bicara tentang hidup beserta atek-ateknya, omongan Abah selalu bisa membuat anaknya manggut-manggut sambil mengacungkan jempol. Abah hebat.
Kalau Romeo punya Juliet, berarti Abah punya Ibuk. The one and only great women in the world. Asli, Ibuk cantiknya nggak main-main. Tipekal gadis desa yang anggun dan penyayang. Dibanding ibu-ibu daerah rumah Sabda, Ibuk tentu paling mencolok dan paling famous di kalangan tukang sayur. Sabda sendiri pun bingung, kenapa Ibuknya yang cantik itu bisa menikah dengan Pak Jatmiko yang tampang sama dompetnya pas-pasan.
"Buk kenapa mau sama Abah, orang jorok begitu? Masa suka garuk-garuk ketek terus dicium sendiri." Sabda ragu, takut Abahnya dengar ucapannya dan berakhir dikepret sampai klenger.
"Cinta itu bisa merubah segalanya, Sab. Yang jorok sekalipun bisa jadi paling menawan di mata orang yang mencintainya."
Saat itu Ibuk sedang melipat baju di ruang tengah. Dan Abah sedang duduk di teras sambil menggaruk keteknya, lantas mengansurkan tangannya ke hidung. Mantab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabda Semesta
Fanfic"Sabda, tidak perduli berapa sering kamu menangis. Nyatanya sebuah kepergian akan selalu datang. Entah dengan ucapan perpisahan yang jumawa atau mendadak pergi tanpa aba-aba. Meski begitu, bumi tetap bulat, matahari terus bersinar, dan hidup harus b...