14. Perhatian Kecil

75 14 6
                                    

Perhatian sekecil apa pun itu selalu membuatku bahagia.
«««

Nadine kembali ke tenda. Nadine takut membangunkan teman sekamarnya, dia membungkuk dan berjalan dengan hati-hati ke tempat tidurnya.

Untungnya, semua teman sekamar Nadine tidur nyenyak dan tidak bangun. Nadine menyelinap kembali ke tempat tidur, masih ada perasaan hangat dari esensi minyak kayu putih di pipinya.

Nyamuk-nyamuk di tenda masih berdengung, tapi karena bau minyak kayu putih di tubuhnya, nyamuk tidak berani menggigitnya.

Nadine berbaring di tempat tidurnya, tetapi tidak bisa tidur. Dia ingat bahwa dia baru saja bersama Davin dan Davin mengolesinya obat.

Malam itu, Nadine tidak tidur sampai subuh. Setelah pagi dia mendengar Galen berteriak di luar, "Anak-anak perempuan bangun, bersihkan tenda dan turun gunung."

Nadine masih tidur nyenyak, mendengar Galen berteriak Nadine mengerutkan hidungnya dan tanpa sadar membenamkan mata.

Beberapa gadis lain yang juga tidur nyenyak, ketika mereka mendengar bahwa mereka akan turun gunung, mereka semua tertatih-tatih keluar dari tenda mereka.

Setelah berpakaian dan menyisir rambutnya, mereka melihat Nadine yang masih tidur nyenyak dengan memeluk bantalnya.

“Nad Nad bangun, siap-siap turun gunung.” Gizel menepuk pantat Nadine dan mendesaknya.

Nadine bergumam tanpa bergerak.

Beberapa gadis saling memandang tanpa daya, Anetha tersenyum pahit, "Apa yang harus gue lakukan?"

Gizel mengangkat alis, "Biarkan Kak Davin yang memanggilnya, pangeran datang memanggilnya dan membuatnya segera melompat."

Segera setelah itu, Nadine yang masih berbaring membuka matanya, lalu bangkit dan tersenyum pada Gizel, "Gizzy, lo nyebelin."

Gizel tertawa dan meletakkan bahu Anetha di lengannya, "Yah, apakah ini masih efektif bagiku? Begitu aku mendengar pangeran Davin, aku langsung bersemangat."

“Gizel nyebelin deh!” Nadins tersipu, dia meraih bantal dan bergegas memukul Gizel.

Beberapa gadis bermain-main untuk waktu yang lama dan tertawa bersama.

Gadis-gadis itu berkemas perlahan-lahan, ketika mereka keluar tenda, anak laki-laki sudah penuh menunggu mereka di luar.

Davin berbicara dengan Galen tidak jauh dari situ. Begitu Nadine melihatnya, dia berlari dengan gembira, memeluk lengannya dengan kasih sayang dan menatapnya dengan senyum an, "Bangun jam berapa?"

Davin menatapnya, matanya lembut dan mulutnya melengkung dengan senyum, "Jam tujuh."

"Ini masih pagi," ucap Nadine.

Rambut Nadine agak berantakan. Davin mengulurkan tangan dan membantunya menjepit jepit rambutnya di belakang telinganya dan berbisik, "Lapar? Gue baru saja pergi ke area layanan dan beliin lo sarapan."

Anak-anak bangun lebih awal. Mereka pergi ke kios terdekat dan membeli sarapan. Setelah mendengar ucapan Davin, tiba-tiba matanya berkilau, "Kak Davin beliin gue makan? Di mana, di mana?"

Nadine sedikit bersemangat, Davin tidak bisa menahan tawa, "Kemarilah."

Davin membawa Nadine ke batu besar di mana dua orang bisa duduk, tidak jauh dengan tas sekolah hitam milik Davin.

Ketika Nadine melihat tas sekolah hitam itu, dia segera mengenalinya.

Dia duduk di atas batu dan mengambil tas itu, "Sarapannya ada di dalam?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DAVIN {Slow Update}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang