Hi, Namaku Lulia, tapi orang-orang memanggilku Lili.
Umurku 17 tahun, dan aku duduk di bangku kelas 11 sekolah teknik jurusan Elektronika.Sejujurnya, aku agak menyesal memasuki jurusan itu, mengingat bakat dan minatku tidak ada sedikitpun didalamnya. setiap kali belajar, aku selalu bengong memikirkan hal lain karena tak mengerti apa yang Guruku bahas.
Ibu ku selalu bertanya apa saja yang sudah aku capai selama dua tahun menjadi siswi teknik dan apa saja kontribusiku terhadapnya. Namun, aku tak dapat menemukan jawabannya sampai saat ini.
Pernah suatu saat aku mencoba untuk mempraktekkan apa yang Guruku terangkan tentang rangkaian sederhana, tetapi aku malah membuat aliran Listrik di sekolah konslet.
Sejak saat itu aku mulai frustasi, teman-temanku semuanya sudah pandai merangkai listrik, sedangkan aku masih disituasi yang sama.
Akhirnya aku mulai mencari ide agar aku pandai seperti teman-teman dan menjadi anak kebanggaan Ibu dan Ayahku.
Aku berjalan tanpa arah sambil memikirkan Ide, hingga tanpa sadar tanganku mulai memunguti semua sampah plastik yang kulalui lalu membuangnya ke tong sampah.
Saat aku memungut sampah terakhir yang ada dihadapanku, tiba-tiba saja terdengar suara teriakkan memanggil namaku di dalam bengkel yang berada tepat di ssampingku. Dan ternyata itu Pak Dayat, Wali kelasku
"Ada perlu apa ya Pak memanggil saya?" Tanyaku padanya.
"Oh ini, Bapak ada tawaran projek menjaga lingkungan untuk kamu. Apa kamu bersedia?"
Aku sedikit bingung pertama mendengarnya, tapi akhirnya aku iyakan saja karena kupikir, ini kesempatan terbaikku untuk mencari jati diri yang sebenarnya.
Setelah itu Pak Dayat terus mengundangku ke perpustakaan untuk membicarakan apa saja yang harus ku lakukan selama menjalankan projek ini.
Mulai darisitu aku belajar lebih banyak tentajng bercocok tanam, menjaga lingkungan, Ekosistem makhluk hidup dan lainnya. Aku pun melakukan serangkaian kampanya ke setiap kelas, mengajak mereka untuk membuang sampah pada tempatnya dan mulai menanam pohon untuk mengurangi polusi.
Memang tidak banyak yang mau mengikuti kampanye ini, tapi aku sangat bersyukur, aku bisa menjadi salah satu manusia yang ikut berkontribusi bahkan mengajak orang lain untuk menjaga lingkungan.
Suatu saat aku kehabisan Bibit pohon untuk kubagikan kepada teman-teman, aku kebingungan karena uang jajanku saja tidak cukup untuk membelinya lagi.
Akhirnya aku dan rekan projekku bersama-sama meminta dana pada Pak RT setempat, agar bibit-bibit ini bisa kami tanam di perkampungan dan daerah lapang juga. Syukurnya Pak RT mau memberi kami dananya, dan yang lebih baik lagi, Pak RT mengajakku untuk mengadakan kampanye di kantor kecamatan. Aku begitu senang mendengar tawaran itu, dan tentu saja aku menerimanya.
Setelah melaksanakan kampanye terakhir di sekolah, aku dan partnerku mulai mengadakan kampanya di kantor kelurahan, tapi ternyata saat itu juga ada Ketua Bupati kami menghadiri acara itu. Betapa senang sekaligus gugupnya kami.
Kampanya dilaksanakan dengan lancar, setelah itu kami dipanggil untuk menghadap ketua Bupati kota kami.
"Nak Lili, dan Nak Yanto, kalian hebat sekali. Jarang-jarang ada pemuda yang mau menjaga lingkungannya dengan sungguh-sungguh seperti kalian. Ibu, sangat bangga dan sangat berterimakasih pada kalian. Untuk menghargai jasa kalian, Ibu akan memberikan sejumlah uang dan beasiswa."
Saat itu aku merasa terbang ke langit tujuh,hingga tak sadar kedua mataku menitikan air mata haru.
Apa yang selama ini kucari dan kuusahakan sudah kulakukan, walaupun dengan susah payah, menerima banyak cacian saat melakukan kampanye, tapi aku berhasil mencapai puncaknya.
Semua penghargaan ini aku persembahkan untuk ayah, ibu, dan segala kerja kerasku.
Setelah ini aku tersadar, Impian tidak ditentukan dengan jurusan yang kita ambil, Membanggkan orangtua juga tidak harus menjadi ranking pertama di kelas. tetapi setidaknya aku bisa menjadi orang baik bagi lingkungan.