4. Hampa

342 78 17
                                    

Promo pdf Valentine
100/4 judul.
WA. 083863261149

*Livee (Dendam 1)
*When i need you (D2)
*Jangan sebut aku  pedofil (D3)

*The beautiful destiny
*Gabriel Kebelet Nikah
*A Love for Raka
*That's My Girl
*Cintai Aku
*Ayunda
*Because You're My 'Baby'
*To Save You-To Love You


Bab.4
Hampa

Hampa ....

Sunyi malam dengan desauan angin dan langit mendung seakan melingkupi sosok yang berdiri di balkon kamar.

Lelaki itu menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Malam ini perasaannya terasa tidak karuan. Malam ini udara yang biasanya bersahabat entah kenapa berubah lebih dingin. Entah akan turun hujan atau memang sedang musimnya yang dingin.

Beberapa saat kemudian, hembusan asap rokok kembali memenuhi udara. Hanya rokok yang bisa menemaninya saat-saat seperti ini tanpa banyak bertanya. Rokok adalah salah satu teman setianya yang selalu menemani dirinya sejak pernikahan pertamanya kandas. Barang yang katanya mengandung banyak racun itu tak lagi dia hiraukan. Sepertinya sekarang dia sudah kecanduan benda di tangannya. Sehari-hari dia merasa tidak nyaman jika tidak merokok.

Sepi!

Dia kosong. Jiwanya entah ke mana perginya. Sejak perceraiannya, dia seakan merasakan kekosongan dan rasa sesak yang tak berkesudahan. Apa yang dinamakan kebahagiaan rasanya tidak lagi dia cecap.

Semuanya hampa.

Meskipun dia sudah menikah dengan Melodi, kini. Rasanya tetap ada yang salah. Melodi memang baik, mencintainya dan juga istri penurut, tapi seperti ada yang salah. Ada yang tidak tepat dan ada yang tidak pada tempatnya. Hidupnya terasa begitu monoton dan juga kaku. Apa yang salah? Padahal orang lain yang bercerai bisa hidup tentram dan bahagia, tapi dia tidak.

"Mas kok nggak tidur?" Dia merasakan pelukan dari balik punggungnya. Wajah Melodi muncul dari balik lengannya dan terlihat mengantuk.

"Masih ingin cari angin." Dia menjawab sekenanya kemudian memasukkan batang rokok ke sela bibirnya lagi.

"Kenapa? Ada masalah di kantor?" Melodi bertanya manja. "Atau ingin aku hibur?"

"Hibur?" Kevin terkekeh. "Seperti wanita penghibur saja."

"Kan istri penghibur."

Kevin tidak bisa tidak tersenyum. Dia mengusap kepala Melodi dan berkata," aku mau merokok dulu. Kamu tidur dulu nanti aku menyusul."

Melodi mengangguk patuh seperti seekor puppy yang menggemaskan.

"Aku tunggu ya. Malam ini jadwal subur aku," bisik Melodi mesra. Mereka sudah menikah bertahun-tahun tetapi belum juga ada tanda kehamilan. Entah mungkin belum waktunya. Mereka juga sudah memeriksakan diri ke dokter, dan dokter hanya menyarankan mereka untuk hidup sehat.

Kevin juga seharusnya berhenti merokok, namun laki-laki itu merasa dirinya belum bisa meninggalkan rokok karena rokok adalah salah satu pelariannya saat jenuh dan sesak.

"Kamu tidur dulu saja. Aku masih harus memeriksa beberapa pekerjaan."

Melodi diam-diam menghela nafas tak suka. Dia sudah berusaha sebaik mungkin agar program hamilnya segera berhasil, tapi Kevin nampak pasif dan acuh tak acuh. Jika hanya Kevin tidak terlalu mengharapkan anak, dia juga masih bisa tenang. Tapi mertuanya mulai sering menanyakan tentang cucu yang belum juga mereka miliki.

Memandang punggung Kevin sekilas, Melodi berbalik dan naik ke pembaringan. Dia menenggelamkan dirinya ke dalam selimut dan mulai merenung. Apa yang salah?

Hiatus!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang