Hyunwoo berlari di sepanjang lorong rumah sakit yang akan membawanya menuju ruang rawat Kihyun. Dengan kaki panjangnya Hyunwoo berusaha berlari lebih cepat namun semuanya justru terasa begitu lambat.
Tanpa memperdulikan luka-luka yang ada di tubuhnya, Hyunwoo terus berlari hingga akhirnya ia sampai di depan ruang vvip itu. Hyunwoo membuka pintu ruangan itu, membuat semua yang ada di dalam menoleh ke arahnya.
"Hyunwoo..."
Flash back
Sejak pagi Hyunwoo terus merasa gelisah. Semua pekerjaannya pun tertunda karena Hyunwoo tidak dapat berkonsentrasi dengan semua berkas yang sudah menumpuk di atas meja kerjanya.
Tok tok tok
Hyunwoo mengangkat wajahnya saat ia mendengar seseorang mengetuk pintu ruangannya.
"Masuk."
Terlihat Hana masuk ke dalam ruangan Hyunwoo dengan membawa nampan dengan secangkir kopi pesanan Hyunwoo. Hana tersenyum. "Kopi anda, Pak."
Hyunwoo menganggukkan kepalanya dan membiarkan Hana meletakkan cangkir kopi itu di meja kerjanya. Hyunwoo meraih salah satu berkas kemudian mencoba untuk membacanya.
"Anda baik-baik saja, Pak?"
Hyunwoo menyandarkan punggungnya di sandaran kursi yang didudukinya. Sejenak, Hyunwoo menatap kosong ke arah foto Kihyun yang seolah tengah tersenyum padanya. "Aku merindukan dia." Ujar Hyunwoo masih menatap foto Kihyun. "Aku belum menyapanya pagi ini."
Hana menganggukkan kepalanya. Bekerja bersama Hyunwoo selama satu tahun ini membuat Hana cukup faham dengan kebiasaan-kebiasaan kecil yang sering Hyunwoo lakukan. Pimpinan perusahaan itu akan datang terlambat di hari-hari tertentu dengan alasan ia harus mengisi tenaga lebih dulu. "Anda tidak pergi ke rumah sakit, Pak?"
Hyunwoo menggelengkan kepalanya. Helaan nafas berat terdengar setelahnya. "Banyak sekali pekerjaan, Hana... aku hanya mengambil cuti selama tiga hari, tapi kenapa rasanya seperti meninggalkan pekerjaan selama tiga tahun."
Hana tersenyum. "Anda bisa menemui cinta anda lebih dulu. Dia hal yang paling utama, 'kan?"
Hyunwoo mengangguk. Ia meraih bingkai foto Kihyun yang ada di atas mejanya. Tanpa memperdulikan kehadiran Hana di ruangannya, Hyunwoo memeluk bingkai itu. "Aku ingin memeluknya dengan erat dan tak ingin melepasnya lagi, Hana."
"Kalau begitu. Pergilah, dan peluk Kihyun mu."
Hyunwoo meletakkan kembali bingkai itu kemudian terkekeh. "Selesai meeting, aku akan memeluknya... ayo."
Hana mengangguk kemudian mengikuti Hyunwoo menuju ruangan di mana mereka akan mengadakan meeting.
Hyunwoo berlutut saat ia merasakan deru jantungnya terasa bekerja lebih cepat dari biasanya. Hana yang tengah bersamanya segera berlari untuk memeriksa keadaan Hyunwoo. "Pak. Anda baik-baik saja?"
Hyunwoo mengangkat tangannya. "A-aku... aku baik-baik saja."
"Ada apa. Kenapa perasaan ku tidak enak, Kihyun?"
Hana membantu Hyunwoo berdiri perlahan. "Pak. Ponsel anda berdering."
Hyunwoo menoleh ke atas meja di sampingnya. Terlihat panggilan masuk dari Changkyun, dengan segera Hyunwoo menggeser bilah hijau untuk menjawab panggilan itu.
"Hmm... ada apa jagoan?"
Hyunwoo meremas ponselnya saat ia mendengar suara isakkan dari seberang sana. "Kyun?"
"Appa cepat datang. Dokter ingin melepas semua alat-alat di tubuh Daddy... Appa aku bingung..."
Hyunwoo menatap Hana yang masih bersamanya. "Sayang. Tenanglah, di mana Halmeoni?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness For You [Son Family]🌸
Teen FictionPerpisahan bukanlah penghalang untuk menggapai kebahagiaan. Jika Tuhan telah berkehendak dan didukung dengan usaha, maka kebahagiaan itu akan mudah digapai. ▪BxB ▪MPreg ▪Be wise p.s: ⚠️ kamu tidak boleh baca kalau belum 17 tahun 7 April 2020 - 12 No...