11

46 3 0
                                    

Yohan sedang sibuk memeriksa isi kulkas ketika hp nya yang terletak di meja makan berbunyi. Yohan segera berhenti dari aktivitasnya dan membaca nama sang pemanggil sambil berdiri, tanpa menyentuh hp nya. Tertulis 'Mama Mertua' disana. Yohan ragu untuk beberapa saat tapi kemudian dia memutuskan untuk mengangkat panggilan dari Mama Kikan.

"Halo? Iya Ma?" sapa Yohan duluan.

"Halo Yohan, apa kabar? Udah makan siang?"

"Aku baik kok Ma. Udah makan juga barusan. Tadi aku pesan makanan online. Mama apa kabar?"

"Mama juga baik. Barusan makan siang juga."

Yohan tersenyum lalu kemudian terdengar Mama Kikan menghela nafas. "Kikan, ada disini."

Yohan terdiam untuk beberapa saat. "Iya, aku tahu. Maaf Ma-"

"Gak. Kamu gak salah," Mama Kikan memotong. "Kikan yang salah. Mama udah dengar ceritanya dari Donghyun. Kamu tahu Donghyun kan? Dia temen kuliah Kikan."

Yohan mengangguk. "Iya, aku tahu Donghyun."

"Mama tahu Kikan salah. Dia lupa ngasih tahu kamu. Terus pas mau nelpon kamu, hp nya mati. Mama gak akan ceritain secara detail karena Mama yakin kamu pasti juga udah tahu ceritanya gimana. Jadi, maafin Kikan ya?"

Yohan terdiam.

"Berantem itu hal yang wajar. Tapi sampai kapan mau gini terus? Kalian itu suami istri. Kalau ada masalah diselesaikan baik-baik. Jangan diam-diaman kayak gini. Kikan juga sedang hamil. Terus yang kemaren itu, kamu mungkin udah tahu juga Donghan itu siapa. Jadi, maafin Kikan ya?"

"Aku juga salah Ma. Aku kebawa emosi jadi aku marah dan mungkin ada ucapanku yang nyakitin hati Kikan. Makanya dia bukannya pulang ke rumah kita tapi malah pulang ke rumah Mama. Jadi aku juga minta maaf," suara Yohan agak bergetar.

Mama Kikan menghela nafas. "Kalau gitu, jemput Kikan kesini. Kalau nunggu dia yang berinisiatif untuk pulang duluan, rasanya gak mungkin. Mama paham, jauh di lubuk hatinya dia mau kamu yang jemput duluan. Tapi kamu tahu Kikan, kan? Dia kadang gengsian."

Yohan tersenyum mendengar candaan Ibu mertuanya. "Oke Ma, nanti sore aku kesana."

***

Yohan sampai di rumah Kikan sekitar jam tujuh malam. Setelah menyapa Mama mertuanya di bawah, dia segera ke lantai dua, ke kamar Kikan. Yohan bingung juga kenapa semakin dekat ke kamar Kikan, semakin deg-degan jantungnya. Padahal waktu dulu sebelum nikah ketika pertama kali datang ke rumah ini dan masuk ke kamar Kikan, semuanya biasa saja. Ini bahkan belum masuk, tapi dada sudah tak karuan rasanya. Kayak mau nyamperin gebetan. Yohan baru saja akan mengetuk pintu kamar Kikan ketika pintu itu terbuka duluan dan ya, akhirnya Kikan dan Yohan bertemu lagi setelah dua hari.

Kikan mengerjap-ngerjapkan matanya, berusaha meyakinkan diri bahwa yang berdiri di depannya sekarang adalah benar suaminya, Kim Yohan. Matanya dan mata Yohan beradu pandang untuk beberapa saat sampai akhirnya Yohan bersuara duluan. "Boleh gue masuk?"

Kikan tersadar dari lamunannya dan melepas pegangannya di knop pintu yang dari tadi belum dia lepas. Dia lalu menghela nafas. "Masuk aja."

***

Kikan duduk di atas kasur dan Yohan duduk di seberangnya, di sofa dekat jendela. Mereka duduk berhadap-hadapan tapi dari tadi tidak ada yang berani bicara duluan. Yohan kemudian menghela nafas dan memberanikan diri menatap Kikan.

"Sorry," kata Yohan singkat, tapi itu berhasil membuat Kikan memalingkan wajah padanya. "Sorry, kalo ada ucapan gue yang nyakitin hati lo. Gue cuma, kebawa emosi."

To Reach YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang