Gue Pulang

1.6K 169 2
                                    

Nanda memasuki kamar Naomi. Dia ditemani maminya. Sekilas Bu Sunarsih mengamati seluruh penjuru kamar yang berukuran kecil itu. Hanya ada dipan dan lemari baju plastik kecil. Dindingnya penuh coretan. Hawa panas menerpanya. Sesekali dia mengibas-ngibas tangannya ke lehernya, pun dahinya mengernyit. Dia pasti tidak nyaman.

Nanda kembali duduk di sisi Naomi yang masih memunggunginya. Maminya pun turut duduk di sampingnya. Tapi Naomi belum menyadari kehadiran mertuanya itu.

"Peluk aku, Mas Nanda. Aku maafin Mas Nanda. Tapi janji jangan pergi lagi... aku mau kita di sini aja. Kasihan Ibu Bapak pasti malu dengan aku. Papi Mami Mas Nanda juga. Aku nggak mau nyusahin orang,"

Bu Sunarsih dan Nanda saling pandang. Maminya Nanda itu cukup terenyuh mendengar kata-kata Naomi. Disentuhnya punggung Naomi lembut.

"Nduk. Pulang. Ini Mami. Mas Nanda sudah cerita semua. Nggak usah Nak Naomi sedih lagi,"

Naomi kaget. Mami Nanda?

Perlahan dia duduk. Nanda membantunya.

"Maaf, Tante...," ucapnya segan. Dia melotot ke arah Nanda. Nanda membalasnya tersenyum.

"Kok manggil Tante. Yo panggil Mami,"

"I..., iya, Mami...," ucap Naomi akhirnya. Dia canggung sekali.

Muncul Pak Tirta, Juga Papi Nanda.

"Pulang. Malam ini nginep di rumah. Ibu sudah nungguin kamu," ujar Pak Tirta.

Naomi cepat-cepat menghapus air matanya. Tidak menyangka ada beberapa orang yang berharap dia pulang malam itu.

"Peluk. Tadi Naomi minta peluk," canda Mami Nanda yang sudah siap-siap beranjak dari kamar Naomi. Naomi tersipu malu. Nanda langsung merangkulnya.

"Mami duluan. Mami tunggu di bawah. Dibujuk dulu. Pasti masih kesel. Tuh, mukanya masih cemberut," lanjut Mami Nanda masih dengan candanya. Dicubitnya pipi Naomi gemas.

Perlahan perasaan Naomi mulai pulih. Ditatapnya punggung Bu Sunarsih yang berlalu dari kamarnya, diikuti bapaknya dan Pak Biantara. Sementara Riko sudah menunggu di luar kamar kos setelah dia menasehati Naomi tadi.

"Mami kayak Mas Nanda,"

Nanda mencibir.

"Iyakah? Tapi suka nyelekit kalo lagi kesel,"

Nanda memeluk erat Naomi.

"Yuk, pulang. Mau di rumah kamu? Atau di rumah Mas? Tinggal pilih. Asyik kan?," Nanda mengerdipkan matanya. Membayangkan rumah mereka yang berdekatan.

***

Naomi disambut hangat di rumahnya. Apalagi Ibu, ini kedua kalinya Bu Denok menyambut dara manisnya kembali hari ini. Dia yang lupa jika Naomi sudah menikah, malah menyuruhnya untuk tidur dengannya. Mungkin karena hampir dua tahun lebih mereka tidak saling sapa. Kerinduan pun tidak terelakkan lagi. Pak Tirta yang siang tadi tidak sempat berucap banyak ke Naomi, kini juga selalu berada didekatnya. Sejak penjelasan dari Nanda mengenai Naomi, semua pun bersikap baik ke Naomi. Malah menurut Naomi agak berlebihan. Padahal dia sendiri tidak mengiginkannya. Dia hanya orang-orang di sekitarnya merasa nyaman saja.

"Bapak dan Ibu minta maaf. Kalo selama ini membuat kamu kesal dan merasa tersisih,"

Naomi tersenyum.

"Ya ampun, Pak, Bu. Mana pernah aku merasa begitu. Aku yang justru minta maaf, soalnya suka nakal," Naomi menundukkan pandangannya.

"Kalo masalah perjodohan itu aku memang marah, Bu. Maaf,"

Bu Denok tergelak.

"Ibu juga, Omi. Maaf. Malah kamu yang nyelamatin Nat. Ibu senang. Meski mereka belum selesai kuliah, tapi Riko sangat setia dan bertanggungjawab. Nat bahagia, Omi,"

Namaku NaomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang