Gue Bahagia (EPILOG)

2.9K 218 14
                                    

Nanda yang sudah rapi dengan pakaian kerja terlihat sangat lahap menyantap sarapan yang disiapkan maminya pagi itu. Bu Sunarsih tersenyum simpul melihatnya. Sepertinya ada pertarungan hebat antara dirinya dan Naomi semalam di kamarnya. ;)

"Beda kamu dulu waktu menikah dengan Gertrude. Makan aja nggak mau," ujar Bu Sunarsih saat Nanda sudah menghabiskan seluruh sarapan yang tersedia. Nanda tertawa kecil sambil memandang wajah maminya.

Pernikahannya dengan Gertrude memang dipenuhi drama. Nanda yang sempat takut jatah warisannya jatuh ke tangan keponakannya saat itu, terpaksa memenuhi permintaan maminya untuk menikah perempuan pilihan maminya. Ternyata harta juga tidak menjamin kebahagiaan hidupnya. Dan sejak mengamati Naomi, pola pikirnya pun berubah. Naomi saja sanggup menyerahkan kebahagiaannya demi kebahagiaan orang lain. Dia mau bekerja keras, meski pada akhirnya Nanda tahu Naomi meratapi kesendiriannya.

Kini Nanda lega, menikah dengan perempuan yang dia cinta. Rasa senang dan bahagia datang menghampirinya.

"Naomi masih nyenyak, Mi. Sarapannya diantar ke kamar aja," pinta Nanda sambil menyeka ujung bibirnya dengan serbet.

"Nanda pagi ini ke kantor Batan. Ada laporan akhir yang mesti Nanda serahkan," ujarnya kemudian. Batan adalah Badan Tenaga Nuklir Nasional yang kantornya berada di daerah Serpong, dan Nanda yang bekerja di perusahaan tenaga nuklir swasta di Amerika ini kerap ditunjuk atasannya untuk menuntaskan beberapa proyek kerjasama antara Indonesia dan Amerika.

"Nanti malam. Nanda kembali ke kosan Naomi. Naomi nggak mau di sini. Segan katanya,"

Bu Sunarsih tersenyum kecut.

"Di sana panas. Kalo Naomi yah sudah terbiasa. Kamu? Kalo segan di sini, kenapa nggak di sebelah aja,"

"Di sebelah kan sudah ada dua keluarga. Naomi pasti malah tambah segan,"

Bu Sunarsih tersenyum memandang wajah Nanda. Nanda memang sangat memprioritaskan Naomi.

"Atau yah..., cari hotel, atau sewa apartemen yang lebih nyaman. Yang deket-deket sini,"

Nanda bangkit dari duduknya.

"Iya. Nanti dicariin," ujarnya pendek.

Tampak wajah Bu Sunarsih sedang memikirkan sesuatu. Dia tidak begitu senang dengan rencana kepergian anak menantunya itu dari rumahnya.

________

Bu Sunarsih ditemani salah satu staffnya yang mendorong meja berisi makanan dan minuman, berjalan menuju kamar Nanda. Begitu pintu kamar terbuka, Bu Sunarsih tersenyum simpul. Dilihatnya tubuh Naomi yang hanya dibalut selimut masih tertidur lelap di atas kasur besar.

Mami Nanda perlahan duduk di sisi Naomi.

"Tolong ambil bath sheet dan bath robe dari kamar mandi, Dena. Letakkan di sini. Setelah itu kamu boleh ke luar. Ibu di sini dulu," perintah Bu Sunarsih ke staffnya. Dia tahu Naomi yang tidak berbaju itu pasti akan kaget dengan kehadirannya di kamar.

Benar saja, tak lama Dena ke luar dari kamar, Naomi bangun. Dia kaget sekali.

Sambil menarik selimut dan menutup tubuhnya seadanya, dipandangnya Mami mertuanya takut-takut.

"Maaf, Tan..., Mami,"

Senyum Bu Sunarsih belum surut dari tadi. Malah diiringi tawa kecil, sekilas dilihatnya leher dan dada Naomi penuh dengan tanda merah pekat.

"Udah. Mandi dulu. Habis itu sarapan. Mami tunggu di sini," ujar Bu Sunarsih sambil menyerahkan handuk-handuk mandi ke hadapan Naomi. Naomi meraihnya. Wajahnya masih takut-takut.

Namaku NaomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang