Beware of Lime
Lime
Shameless Lime
Sandwich, so many sandwich...
.
.
.Bar Konoha dipenuhi tawa, musik, dan cahaya lampu yang berputar dalam gemerlap warna-warni.
Para shinobi yang dulu polos kini telah tumbuh dewasa, saling bercengkrama, tertawa, bahkan berbisik-bisik mesra di sudut ruangan. Malam itu, Naruto merayakan ulang tahun ke-21 dengan semangat yang tak tertandingi, disorot sebagai calon Hokage yang penuh kharisma seperti impian masa kecilnya dulu.
Rookie 9, Tenten, Lee, Sai, dan para sensei—Kakashi, Iruka—berkumpul di sini, berbagi momen dan kenangan dalam suasana yang memekakkan indera.
Hinata, entah mengapa sekarang berada di antara Gaara dan Sasuke di sofa panjang yang agak sempit di salah satu sisi ruangan gelap, merasa seperti sedang terjebak di antara dua dinding yang tinggi dan kokoh.
Gaara, dengan wajahnya yang tenang dan sedikit pucat, menyesap anggur yang ia pegang dengan formal khas seorang Kazekage.
Di sisi lain, Sasuke hanya duduk diam, matanya memandang pesta di depan mereka dengan tatapan bosan.
Kehadiran Sasuke, yang biasanya jarang berada di desa, membuat suasana sedikit berbeda. Dengan distrik Uchiha yang kini telah selesai dibangun kembali, ia telah resmi menjadi salah satu tuan tanah terkaya di Konoha.
Naruto mengangkat cawan sake di tangannya, dan tertawa. "Hei, bersulang untuk tuan tanah kita, Sasuke!" ucapnya riang.
Beberapa orang yang mendengar ikut tertawa kecil, dan Sasuke hanya memutar matanya, seolah menganggap pernyataan Naruto hanyalah lelucon semata. Meski begitu, ia mengangkat cawan sake sebagai jawaban singkat, kemudian meminum sedikit isinya.
Gaara tampak mencuri pandang ke arah Sasuke dan bergumam. "Selamat, Uchiha." Lalu kembali menatap Naruto dengan tatapan kosong.
"Ah, Gaara kau seharusnya kuberi selamat juga, bagaimana pertunanganmu, Gaara? Kudengar kau bertunangan dengan seorang gadis," tanya Naruto, penuh rasa penasaran.
Ekspresi Gaara sedikit berubah, dan ia menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Dibatalkan," katanya singkat, suara rendahnya tak berusaha menyembunyikan sedikit rasa pahit yang terselip di sana.
"Heeeh? Nande?" Naruto terkejut, terlihat benar-benar penasaran dengan alasan di baliknya.
Gaara tersenyum tipis, namun bukan senyum yang cerah. "Klan-nya menginginkan kematianku." Kata-katanya sederhana, namun membawa bobot yang cukup mengejutkan semua orang yang mendengarnya.
Hinata terdiam, menyesap sake di cawan kecilnya. Usia dewasa memang membawa beban sendiri, namun ia tak menyangka bahwa beban seperti itu juga turut hadir.
Ada banyak perasaan yang bergejolak di sekelilingnya. Naruto dan Sakura, yang sudah lama ia relakan dengan segala usaha, kini duduk bersama, saling tertawa, bahkan sesekali Naruto melingkarkan lengannya di bahu Sakura, mencium lehernya dengan senyum lebar.
Hinata tersenyum tipis, canggung. Perasaan itu, meskipun telah ia kubur bertahun-tahun, masih tetap terasa di suatu sudut hatinya. Namun, ia berusaha merelakan kebahagiaan Naruto. Lagipula, Naruto bukanlah sebuah barang yang harus ia miliki.
.
.
.Pandangannya kembali pada cawan sake yang ia pegang erat, mencoba mengabaikan panas di pipinya yang entah mengapa terasa lebih jelas malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
You And You...
FanfictionDi tengah gemerlap malam, Hinata Hyuuga menemukan dirinya terperangkap dalam pusaran emosi dan godaan yang tak terduga. Saat bertemu dengan dua pria yang sama-sama memikat, Sasuke Uchiha yang misterius dan Gaara, Kazekage berwibawa dari Suna, Hinata...