"Kevin you deserve better, kamu harusnya nggak usah terjebak sama orang gangguan mental kayak aku," ucap Zefanya lagi.
Kevin tanpa ba-bi-bu lagi langsung memeluknya, membawa badan mungil Zefanya ke dalam rengkuhannya, ia merasakan bagaimana badan Zefanya ternyata bergetar seperti ketakutan.
"No, i don't deserve better, i deserve you Zefanya, because you're more than better," ucap Kevin mengelus puncak kepala Zefanya.
"Kepala belakang kamu kenapa ada perban?" tanya Kevin dengan raut wajah khawatir.
"Kevin, rasanya aku mau nyerah aja sekarang," ucap Zefanya dalam pelukan Kevin.
"Sebanyak itu orang yang mencoba ngelakuin percobaan pembunuhan sama aku ternyata bikin aku sadar kalo aku memang di benci sama semua orang. Aku pengen nyerah," ucap Zefanya.
"Setiap aku kepikiran mau nyerah, aku selalu ingat ingat lagi tujuan aku dan kenapa aku berjuang sejauh ini, aku bayangin wajah kecewa orang-orang yang sayang sama aku kalo mereka tau aku nyerah," ucap Kevin membuat Zefanya terdiam.
"Zefanya, mereka ngerencanain semua hal jahat itu karena mereka nggak bisa jadi baik kaya kamu," ucap Kevin.
"Aku mau nengok papa lagi besok pagi," ucap Zefanya masih dalam pelukan Kevin.
"Aku belum pernah kesana lagi semenjak papa pergi," ucap Zefanya membuat suasana makin hening.
Esok paginya, Kevin menjemput Zefanya untuk menemaninya bertemu sang papa, Zefanya tidak terlihat baik di mata Kevin, pandangannya kosong, wajahnya pucat membuat Kevin benar-benar mengkhawatirkan kesehatan Zefanya saat ini.
Kevin menggenggam tangan Zefanya yang terasa dingin, ia tahu bahwa gadis itu gugup untuk kembali lagi ke hadapan papanya sambil membawa sebuket bunga.
"Hati-hati," pinta Kevin saat Zefanya berjalan dengan tatapan kosong.
Zefanya menatap makam sang ayah dengan raut wajah yang tidak bisa dijelaskan, buket bunga yang ia bawa terjatuh diiringi suara tangis yang mati-matian dirinya tahan.
"Pa," sapa Zefanya sambil berjongkok di samping pusara sang papa.
"Apa kabar?" tanya Zefanya yang kali ini sudah mulai meluapkan tangisnya.
"Pa, Zefanya sebenarnya malu datang kesini setelah ninggalin papa dan nggak pernah jenguk papa lagi," ucap Zefanya sembari mencabut rumput liar yang tumbuh di makam sang papa.
"Papa nggak perlu tanya keadaan Zefanya, karena yang selalu papa tau, Zefanya selalu baik."
"Tapi, Zefanya capek pa. Disini Zefanya nggak punya mama lagi, pasti papa sama mama udah ketemu kan diatas sana?"
Kevin hanya diam melihat bagaimana gadis itu mulai menangis sambil bercerita pada pusara sang papa.
"Pa, makasih karena sewaktu kecil dulu papa selalu percaya sama keinginan Zefanya semustahil apapun kedengarannya,"
"Pa, Zefanya malu sudah pernah punya keinginan untuk ikut papa padahal papa mati-matian jaga Zefanya supaya nggak terluka," ucap Zefanya lagi sambil mengelus pusara.
"Pa, ini Kevin, dia yang jagain Zefanya disini, dia juga sudah bertemu sama mama. Mama cerita kan?" tanya Zefanya.
"Om, saya Kevin, saya akan jagain Zefanya sama kaya om mati-matian jagain dia," ucap Kevin mengikuti apa yang Zefanya lakukan.
"Udah lega? Mau lanjut kemana?" tanya Kevin begitu keduanya sudah duduk di mobil.
"Aku nggak tau mau kemana, tapi aku juga nggak kepengen pulang dulu," ucap Zefanya yang diangguki Kevin.
Kevin membawa Zefanya untuk makan siang di rumah makan Padang langganannya, tentu saja masih dengan Zefanya yang masih terasa muram, tapi Kevin tidak terlalu mempermasalahkannya mengingat Zefanya telah berjalan sejauh ini untuk tetap menjalani hidup, Zefanya nya tak selemah itu.
"Kamu mau makan apa?" tanya Kevin yang membuat Zefanya tersadar dari lamunannya.
"Aku nggak tau mau makan apa, bingung terus," jawab Zefanya seadanya.
"Oke,"
"Mas, sajiin ke meja aja ya," ucap Kevin.
"Nah gitu dong makannya," ucap Kevin sembari tersenyum karena melihat mood Zefanya yang mulai membaik karena dendeng balado yang ia campur dengan nasi hangat.
"Makasih lagi ya Kevin," ucap Zefanya girang.
Zefanya sadar bahwa obat sedihnya adalah orang-orang yang menyanyanginya dan terus berada di sisinya, seperti Kevin.
"Mau lagi es jeruknya?" tanya Kevin melihat Zefanya mengunyah es batunya.
"Boleh?" tanya Zefanya.
"Boleh lah,"
Kevin melajukan mobilnya menuju kafe cantik yang ia perkirakan akan disukai oleh Zefanya, kafe milik teman lamanya yang sempat dicurigai oleh Zefanya.
"Disini aja sampe malem, nanti malem aku ajak jalan lagi sebelum nganter kamu ke apart," ucap Kevin yang hanya dibalas anggukan oleh Zefanya.
Zefanya melihat wajah wanita yang saat itu pernah ia curigai sebagai pacar Kevin melambaikan tangannya ramah pada dirinya dan Kevin yang baru keluar dari mobil.
"Hai!!" sapanya ramah sambil memeluk Zefanya.
"Gue Anindya! Temen Gereja nya nih orang dari kecil, lo Zefanya kan? Pacarnya Kevin yang sering dia ceritain ke gue?!" tanyanya antusias.
Zefanya menyesal pernah menuduhnya yang tidak-tidak, kenyataan bahwa gadis yang lebih pendek dari nya ini ternyata ramah pada semua orang membuat Zefanya makin tak enak hati dibuatnya.
"Iya, lo Anindya kan? Kevin juga pernah cerita tentang lo kok ke gue," jawab Zefanya mencoba untuk menanggapinya dengan ramah, padahal Kevin hanya membahas Anindya waktu menjelaskannya tentang status keduanya.
"Cerita apaan lo tentang gue ke cewe lo?" tanya Anindya heran.
"Kepo banget sih lo, udah cepetan masuk! Pegel nih," sewot Kevin menggandeng tangan Zefanya.
Zefanya dan Kevin mengambil tempat duduk paling strategis yang ada di kafe milik Anindya, tak ada seorang pun di sekitar area tempatnya duduk, pemandangannya juga memiliki spot yang paling bagus.
"Kalian mau minum apa?" tanya Anindya.
"Gue Greentea Frappuccino deh Nin, kamu mau apa?" ucap Kevin menoleh pada gadisnya yang sudah berpegangan sambil sibuk memandangi pemandangan ibukota Jakarta yang mulai menggelap.
"Aku Americano aja deh, long black ya," ucap Zefanya yang di hadiahi jempol dari Anindya.
"Langitnya cantik," puji Zefanya pada pemandangan di hadapannya.
"Kamu, cantik," goda Kevin menujuk wajah Zefanya dari samping.
"HAHAHAHA," balas Zefanya sambil tertawa.
Zefanya dan Kevin menghabiskan beberapa jam di kafe milik Anindya, sementara Anindya yang tadinya mengobrol dengan keduanya sudah mulai sibuk melayani pelanggan karena kafenya mulai kebanjiran pelanggan.
"Nin, gue sama Zefanya balik duluan," pamit Kevin yang dihadiahi jempol di udara oleh Anin yang sibuk dengan mesin kopinya.
Kevin memberhentikan mobilnya di pinggir jalan lalu mengajak Zefanya jalan sedikit menuju halte yang jaraknya hanya beberapa meter.
"Kenapa ngajak aku ke sini?" tanya Zefanya bingung.
"Nggak apa-apa, aku suka ngelamun di halte kalau lagi sedih, siapa tau ampuh juga buat kamu," balas Kevin.
Zefanya dan Kevin asik dengan pikirannya sendiri, keduanya bahkan tidak bicara sama sekali karena sibuk memperhatikan mobil yang lalu lalang kesana kemari.
Zefanya tersenyum, ia sadar sesuatu karena kesibukan jalanan di hadapannya.
"Bener Vin, nggak peduli sehancur apapun aku, dunia tetap terus sibuk dengan kegiatannya. Dunia nggak pernah repot repot menanyakan keadaanku," ucap Zefanya membuat Kevin tersenyum tipis.
"Makasih lagi," ucap Zefanya yang diangguki oleh Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝔃𝔂𝓷𝓲𝓼𝓬𝓱
Fanfiction(n) ASDP (Antisocial Personality Disorder) merupakan gangguan mental dimana individu berperilaku agresif, impulsif, melanggar aturan hukum, dan tidak lagi memiliki perasaan bertanggung jawab terhadap perilakunya. Zefanya Anabelle Stephanie, gadis pe...