16 - Strike One

9.7K 2K 126
                                    

Sandra muncul di ambang pintu kamar Neri. Akhirnya, batin gadis itu lega. Melihat si bungsu yang malu-malu memandangnya.

"Masuk, Ndra," undang Neri, mencoba bersikap sewajarnya.

Sandra mendekat. "Mbak..."

"Hm..."

"Ehm... Anu... Mau minta maaf," katanya dengan suara pelan.

"Untuk?" Neri mengangkat alisnya.

"Yang kemarin. Aku salah paham."

Neri tersenyum. "Makanya kalau ada apa-apa itu ngomong sama aku langsung, Ndra. Nggak menyimpulkan sendiri."

"Kupikir Mbak Neri udah lepas semuanya, nggak mau tahu sama aku..." Sandra menundukkan kepala, tidak melanjutkan kata-katanya. "Tapi tadi pagi Mbak Neri masih kasih aku jajan bulanan..."

"Ya nggak mungkin lah, Ndra, aku lepas langsung. Kamu baru belajar mandiri. Pasti masih aku support, dan baru aku lepas pelan-pelan. Makanya manfaatin waktu dengan baik buat berusaha, biar nggak kaget kalau sewaktu-waktu aku lepasin total."

Sandra mengangguk. "Makasih ya, Mbak."

Neri tersenyum. "Sampai di mana sih usaha kamu sama Mama?"

Sandra terkejut. "Mbak Neri mau dengar?"

"Ha?" Neri terkejut.

"Aku pikir Mbak Neri nggak peduli dan nggak mau tahu. Mama juga bilang kalau Mbak Neri jangan diganggu..."

"Yaelah!" Neri menepuk dahinya. "Udah, bilang aja. Ceritain semuanya dari A sampai Z. Aku dengerin!"

Dasar!

"Oh ya, Mbak. Beneran nih Mbak Neri pacaran sama laki-laki dari kantor Mbak Neri?" tanya Sandra setelah mereka selesai membahas tentang urusan jualan sang Mama bersama teman Pra.

"Hus! Belum pacaran! Baru berteman dekat aja."

"Emang beda?"

"Beda komitmen, Ndra. Mana bisa langsung pacaran. Kenal aja baru. Makanya berteman dekat dulu biar tahu cocok nggaknya."

"Trus, Mbak Neri merasa cocok gitu?"

Neri menggeleng. "Entah. Belum tahu juga. Kan ya lihat-lihat dulu."

"Kok kayak ragu gitu sih, Kak?"

"Bukan ragu namanya, Ndra. Tetapi berhati-hati. Kan baru kenal. Jadi ya nggak bisa gegabah dong. Mbak juga belum tahu dia latar belakangnya gimana, sifat aslinya, dan lain sebagainya. Ini lagi berusaha deket aja. Kenapa?"

"Kalau kenal cowok, jangan dibandingin sama Mas Pra, Mbak. Sandra lihat kalian selama ini terlalu dekat. Mas Pra jadi satu-satunya cowok yang dikenal Mbak Neri luar dalam. Jangan-jangan persepsi Mbak Neri sama cowok maunya disamain dengan gambaran Mas Pra."

Neri mengerutkan kening. "Mama bilang apa sama kamu?" tuduhnya tiba-tiba.

Sandra belingsatan. "Kata Mama, baru kali ini khawatir sama Mbak Neri."

Neri benar-benar terkejut.

"Maksudnya, selama ini Mama yakin sekali Mbak Neri bisa menjaga diri dari siapa pun. Mbak Neri dewasa sebelum waktunya, begitu sih bilangnya. Tetapi sejak pertunangan Mas Pra, terus Mbak Neri yang berani menantang Bude Agni secara terus terang, kemudian kedekatan Mbak Neri sama laki-laki itu. Mama kepikiran, Mbak. Apalagi posisi Mbak Neri di pekerjaan juga sedang dalam masa transisi."

Neri mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. Lalu ditatapnya Sandar dengan serius. "Ndra, kamu percaya kan kalau kakakmu ini bisa jaga diri?"

Marry Me Marry Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang