Bab 12

1K 96 10
                                    

~WILL~

Disinilah aku sekarang, berjongkok di balik semak-semak yang sepi di sudut taman hiburan sambil muntah-muntah. Aku muntah-muntah karena mengalami motion sickness akibat naik wahana tornado tadi. Sementara aku sedang muntah, Casey malah terkikik geli menertawakanku sambil memijit tengkukku.

"Kau itu kenapa, Will? Kau takut naik wahana tornado. Tapi, kau memaksakan diri menaikinya. Lihatlah dirimu sekarang. Kau jadi muntah-muntah seperti ini.", Casey berbicara dengan masih menertawakanku. Dan tawanya terdengar sangat puas.

Aku tidak membalas ucapannya karena masih muntah. Hingga beberapa saat kemudian, aku sudah berhenti muntah. Aku berdiri dari posisi jongkokku lalu berjalan lemas untuk mencari tempat duduk terdekat. Setelah menemukan bangku kosong, aku duduk di sana. Casey juga mengikutiku duduk di bangku sebelahku.

"Ini, minumlah.", Casey menyerahkan sebotol air mineral padaku.

Aku menerimanya dan menuangkan sedikit ke dalam mulutku untuk berkumur. Setelah itu, aku meminum sedikit air mineral yang diberikan oleh Casey padaku.

"Terimakasih.", ucapku padanya setelah meminum air. Napasku masih terengah. Aku menyerahkan botol air mineral itu kembali pada Casey.

"Apa kau ingin makan permen? Aku punya beberapa permen mint di dalam tasku. Mungkin, itu bisa meredakan rasa mualmu.", kata Casey menawarkan padaku.

Aku menggeleng.

"Tidak. Nanti saja. Mulutku masih terasa kacau saat ini.", ucapku menolaknya.

Casey kembali tertawa melihatku yang kepayahan karena baru saja muntah.

"Jangan menertawakanku.", ucapku kesal padanya.

Bukannya berhenti, tapi Casey malah tertawa semakin keras.

"Kau itu sangat lucu, Will. Aku jadi teringat bagaimana tadi kau berteriak ketakutan saat kita naik wahana tornado. Dan begitu kita turun, kau langsung lari terburu-buru mencari semak-semak lalu muntah di sana.", ucapnya sambil tertawa puas.

"Apa kau puas menertawakanku?", tanyaku semakin kesal padanya.

Casey mengangguk dan masih tertawa.

"Ya. Aku sangat puas.", jawabnya.

Aku memberengut kesal mendengar jawabannya yang terlalu jujur.

"Lagipula, kenapa kau memaksakan diri naik tornado jika kau memang setakut itu?", Casey bertanya padaku setelah tawanya sedikit mereda.

Aku masih cemberut menatapnya. Aku tidak mungkin mengatakan alasanku yang sebenarnya bahwa aku naik tornado karena aku kesal saat melihatnya bersikap manis pada James.

"Karena tadi kau marah padaku saat aku menolak menemanimu naik tornado.", jawabku yang tidak sepenuh berbohong.

"Kau tahu bahwa aku tidak benar-benar marah padamu. Aku juga tidak memaksamu setelah kau menolak ajakanku tadi. Tapi, kau sendiri yang tiba-tiba mengajakku naik tornado.", kata Casey padaku.

Aku masih menatap kesal ke arah.

"Sudahlah. Lupakan saja. Sebaiknya, sekarang kita pulang.", kataku padanya.

Casey kembali terkikik melihatku yang semakin kesal.

"Baiklah. Ayo kita pulang.", ajaknya dengan masih menertawakanku.

Kemudian, aku melemparkan kunci mobilku padanya.

Casey menangkap kunci itu lalu menatapku bingung.

"Kenapa kau menyerahkan kunci mobilmu padaku?", tanyanya.

You're My Best (Girl)FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang